Melirik sekedar ke berita, Jimin bertampang pongah. Ada berita si pelaku disiarkan.

"Oh ya, Tae. Gimana perasaanmu pas liat bajingan itu udah ketangkep polisi? Lega kan? Kayak habis menangin lotre?"

Taehyung bingung. Haruskah mengatakan keraguan ini? Tapi bisa saja keliru kan? Lagian waktu itu terlalu gelap dan juga gabur.

"Umm aku berterima kasih. Rasanya kayak habis minum soda campur mentos. Meledak. DUARR!"

Dasar anak ini. Ada-ada saja.

.




.

Sudah terbiasa entah sejak kapan, Jimin pasti akan bawa ponsel pintarnya untuk menemaninya bersemedi di kamar mandi.

Jangankan mandi, sambil boker pun dia pasti harus memegang HP. Hukum wajib.

Anti-mainstream memang.

Ada sedap-sedapnya gitu.

Banyak hal yang ia pikirkan kini, mulai dari pengakuan rasa yang dimiliki keduanya. Ah, entahlah. Dia kalut.

Luka Jimin bisa dibilang tidak parah-parah amat, palingan lebam dan bekas pukul biasa. Ngenyutnya paling.

Korban utama disini Taehyung, luka yang anak kecil dapati itu trauma psikis.

Iseng-iseng mengscrolling galeri untuk menyetel lagu sambil sabunan nanti, atensi Jimin justru terperangah akan hasil jepretan terbaru.

Kumpulan foto terbawah di galeri.

"Hah? Sejak kapan aku berfoto?"

Ingatkan. Pria bujangan satu ini anti berselfi. Dia tidak photogenic kan?

Jimin menggulirkan lagi layar ponsel disisipi rasa memburu, "Ini semua betulan wajahku?"

Masih tidak percaya. Esthetic dan indah. Ini suatu mahakarya. Entah dari sudut pengambilan, view, lighting dan lain pun pas.

Jimin tidak henti-hentinya memantangi puluhan foto itu. Sesaat baru dia tersadar ulah siapa ini.

Siapa lagi jika bukan penonton setianya di kursi taman yang menungunya main bola kaki.

"Taehyung! Liat ini! Apa aku emang sebenarnya cocok jadi selebgram?"

Si kecil berdiri memunggungi, mengupas buah untuk dimakan bersama nantinya.

Kedua kali, Taehyung terjengit kaget dengan kelakuan Jimin mendekatkan ponsel ke wajahnya.

"Aaakhhh!! Kenapa ahjussi telanjang!"

Taehyung menghindar, tidak sengaja menggores ujung telunjuknya dan melepaskan pisaunya.

"Maksudmu?"

"Jangan mendekat!" Taehyung berjongkok, meraba pisau buah. "Atau kupo-potong!"

Deg.

Dasar si tua cabul tidak tau diri.

Bodohnya, Jimin kelupaan memakai handuk saking semangat dan berdebarnya. Dibiarkan luntang-lantung begitu saja.

"Wakh sial! Maaf! Maaf! Gak sengaja aku, Tae! "

Jimin menutup aset terpentingnya, lari panik ke toilet.

Malu bukan kepalang sampai rasanya ingin mencelupkan kepala ke dalam air toilet.

Membiarkan Taehyung termangu dengan imajinasi liar dan pipi tembam merah padam yang panas.

"Masa sih segede itu?" Taehyung memperagakan suatu benda panjang dengan tangan, "Omo! Tae! Nggak boleh gitu!" sadar Taehyung menepuk pipinya sendiri.

KLANDESTIN | MINVOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz