1. BUSY DAY

749 91 15
                                    

***
**
*
*Happy Reading*


Kriiing.. Kriiing...

"Hallo, Felix's here"

Seiring telinganya mencerna ucapan orang diseberang telfon, jemari cantik itu menarikan penanya di selembar kertas kosong yang kini telah tertulis beberapa rentetan kalimat dalam bahasa Inggris.

"Oke, i'll tell Mr. Dinar when he comes. Thank you. I'll call you back soon" gagang telfon yang menempel di telinganya kini beralih ke tempat semula.

"Emm, Rianti" panggilnya pada sang sekertaris yang duduk di luar ruang kacanya.

Wanita berpakaian merah muda itu mendekat dengan sopan. "Ya, mas?"

Beberapa tumpuk berkas yang baru selesai ditanda tanganinya ia ulurkan pada sang sekertaris.

"Tolong bawa ini ke ruang perencanaan. Dan tolong tagih berkas anggaran yang dari Pak Edi" ucapnya dengan suara berat dan dalam.

"Baik, mas Felix"ucap akhir sang sekertaris.

"Oh, ya, saya mau ke ruang rapat. Kalau berkas anggaran sudah kamu terima, tolong taruh di meja pak Dinar"

"Baik, mas" ucap ulang Rianti sebelum membalikan badan dan pergi dari ruang menejer pengembangan itu.

Felix namanya. Tampan, menawan, kaya, punya jabatan tinggi, karismatik, dan.. belum berpasangan. Yang terakhir yang sangat membuatnya risih. Apa lagi jika...

Ting ting ting ting...

Mama's Calling..

Hela nafas kasar terhembus dari bibir lembabnya. Dengan (amat sangat) terpaksa, ia urungkan niatnya memakai jasnya yang akan ia pakai ke rapat dan beralih menempelkan handphone miliknya ke telinga. Untung saja ia masih punya waktu 15 menit sebelum rapat dengan dua investor dimulai.

"Ya, Ma?" ucapnya lesu.

"Fel? Fela masih di kantor?" tanya Miranti, Mama Felix dengan suara lembutnya.

"Iya, Ma. Ini masih jam 2 siang, pastinya Fela masih di kantor lah, Ma" Jawabnya dengan nada malas.

"Loh! Fela gimana sih?! Mama kan udah minta Fela buat kosongin jadwal hari ini buat ketemu anak temen Mama! Fela lupa?"

Felix memijit pangkat hidungnya yang berdenyut ngilu setelah mendengar rentetan panjang omelan Mamanya. Sudah biasa. Ia tak perlu lagi menebak kemana arah pembicaraan yang Mamanya tuju. Pasti soal perjodohan lagi. Seperti kemarin-kemarin.

"Ma, Felix kan udah bilang kalo Felix nggak mau. Mama ingat, kan?" baliknya dengan menahan emosi. Tak baik jika ia luapkan amarahnya pada wanita yang telah melahirkannya.

"Kok, nggak mau lagi? Apa sih kamu ini?! Setiap-setiap, bilangnya nggak mau! Mbok ya nyenegin Mama sekali-sekali, nak!" Ucap Miranti dengan logat Jawanya.

Felix diam. Ia tak mau menyela atau membalas ucapan Mamanya. Ia biarkan saja wanita kesayangannya selesai bicara. Dari seberang, ia juga mendengar suara Papanya yang dengan lembut menenangkan Mamanya. Tanpa bisa ditahan, bibir cantik Felix tertarik kedua sudutnya. Membentuk senyuman, yang kata orang, sangat mirip dengan milik Papanya.

"Pokoknya, Mama nggak mau tau! Mama mau kamu nikah tahun ini juga! Mau itu pasangannya Mama yang cariin atau kamu yang nemu sendiri! Pokoknya kamu harus nikah tahun ini!" Omel Miranti.

"Lagian, kamu ini sudah 28 tahun, nak! Sudah waktunya kamu itu kasih Mama dan Papa momongan!" imbuhnya.

"Kan Mama sama Papa udah dapat dari kak Minho dan Kak Hangyul" elak Felix

AROUND YOUWhere stories live. Discover now