Latar Belakang

143 16 2
                                    

***

Jalan ini jelas menuju neraka jahanam.

Bodohnya...
Aku mengiring semua orang ke sana.

***


Usai sudah semua perayaan kemenangan. Euforia di bawah laut Indonesia berakhir dengan harga mahal. Peristiwa tragis yang terjadi begitu tiba-tiba. Semua komunikasi terputus saat menjelang tengah malam. Cairan perak yang substansinya tidak dapat diidentifikasi muncul dari dinding parameter pengamanan. Cairan mistrerius itu mengenai beberapa orang sekaligus.

Puluhan Ant Army menjadi gelombang pertama, korban yang lumpuh. Cairan misterius yang mulai membungkus tubuh inangnya itu bukanlah cairan biasa. Itu cairan asam yang telah dimodifikasi sedemikian rupa untuk melemahkan, kemudian melenyapkan (secara harfiah) manusia hidup-hidup.


Tembakan perlawanan nyaring terdengar dari korban yang memegang senjata, tetapi kepompong perak yang sudah membungkus tubuh mereka seutuhnya bukanlah media yang dapat ditembus oleh peluru biasa. Yang lebih mengerikan lagi, cairan perak yang tadinya mengenang diam di atas lantai, atau atap ruangan mulai memperlihatkan pergerakan. Cairan itu merayap ke berbagai arah.

Teriakan, dan tembakan semakin nyaring terdengar.


Sebagian cairan perak berhasil menemukan mangsanya cepat, tetapi sebagian lagi gagal. Kabar baik, hanya saja terror tidak berhenti sampai di sini. Figur manusia mulai tercipta dari cairan perak yang sama. Robot perak bermata biru. Cairan perak tadi kini memiliki tambahan mata, tangan, dan kaki untuk menangkap mangsanya.

Formasi batalion terpecah. Setiap prajurit memberikan usaha terbaik untuk menyelamatkan diri, dan rekan terdekat mereka dari robot perak yang mendekat; tetapi ratusan amunisi hanya terbuang sia-sia. Pergerakan robot perak tidak dapat dihentikan, bahkan terkadang, senjata tajam yang terhunus untuk menghancurkan mereka justru ikut melebur.


Tidak ada senjata yang efektif untuk mengurangi jumlah robot perak. Pertarungan jarak dekat adalah ide terburuk. Robot yang hancur selalu kembali ke bentuknya semula, berdiri tegak dengan ekspresi sama.

Ekspresi tidak manusiawi, seakan menegaskan bahwa mereka jauh superior dari para mutan yang ada.

Mental para prajurit semakin terkikis. Mereka dihadapkan oleh satu kenyataan. Tidak ada yang dapat berbuat apa-apa. Pilihan terbaik adalah mundur sambil meratapi rekan yang nasibnya kurang mujur; ditelan hidup-hidup dalam kepompong berisi cairan perak.

Prajurit yang sudah tersudut mulai ketakutan, berpikir ingin melarikan diri. Tetapi tidak ada seorangpun yang bisa bersembunyi, ataupun kabur. Robot perak bermata biru terprogram untuk melacak korban dengan baik.

Sepertinya tidak ada lagi situasi yang lebih buruk daripada ini, tetapi percayalah, neraka berikutnya lebih mengerikan. Baru saja, warna biru pada mata robot berganti merah.

Instruksi lain telah tiba.

Perintah dari luar sana yang mengakhiri bagian perkenalan. Kini saatnya untuk membawa perburuan ini ke tahap yang lebih serius, deep hunting. Mengunci pergerakan lawan, menelan mereka, dan mengektrak semuanya hancur. Tidak ada kata berhenti sebelum manusia terurai menjadi lebih kecil dari partikel debu, atom.

Pembantaian secara sepihak mulai diinisiasi oleh para robot. Dalam sekejab, lautan manusia kompak merenggang nyawa dalam balutan kepompong perak. Pertumpahan darah benar terjadi. Tetapi ironis, tidak ada noda darah, atau tulang belulang yang dapat membuktikan kejadian ini.

Kepompong perak yang membungkus tubuh para prajurit terus mengecil ukurannya, hingga menghilang sama sekali.

Bersih.

Horror berganti keheningan. Amarah, makian, dan teriakan dari mereka yang meregang nyawa pun tidak lagi terdengar.

Di lokasi yang sama, tidak ada lagi penampakan manusia; tidak ada juga penampakan robot perak. Kelak, jika seseorang lain yang berkunjung ke tempat ini; bagian informasi hanya akan mengabari bahwa di sini adalah satu dari sekian banyak kota tua yang telantar di bumi. Tidak ada pembantaian massal di sini.


Andai, ada yang menyadari lebih cepat tentang kemenangan kami yang terlalu mudah.

***


Dulu kehidupan berlangsung simpel. Yang muda hanya perlu belajar dari yang tua. Pendampingan sederhana dari orang dewasa dinilai cukup bagi generasi berikutnya dalam melewati ragam peristiwa. Bimbingan, bacaan, dan wejangan yang diwariskan turun-temurun dipercaya dapat membantu seseorang untuk mencapai akhir yang lebih bahagia dari para pendahulunya.

Namun kehidupan sudah berubah, atau barangkali manusialah yang mempersulit segalanya. Tiba-tiba saja 'Akhir dari sebuah pembelajaran merupakan awal dari pembelajaran baru'. Tanda tanya besar terus muncul, tiada habisnya.

Tragedi kemanusian terbesar dalam peradaban sebelum Anthill kembali terjadi, tetapi di luar sana, tidak akan ada orang yang tahu. Fakta eksklusif ini hanya tersedia bagi mereka yang selamat.

Sebenarnya apa saja rahasia milik lelulur manusia?

Setiap orang tentu memiliki satu, atau dua rahasia yang tidak ingin dibagikan kepada orang lain. Jadi, tidak pantas rasanya apabila kita mengusik rahasia milik orang lain. Tetapi itu tidak menjadi pembenaran atas pembantaian manusia.

Akankah ada seseorang yang sanggup untuk mengungkap fakta? Atau semua orang lebih senang dengan buaian kebohongan?

Aku sendiri tidak berani lagi meminta tolong kepada siapapun untuk mencari tahu. Lagipula, mustahil bagi orang lain di luar sana untuk menggali kasus ini. Banyak bukti yang telah hancur, dan korban selamat mustahil hadir bersaksi.

Siapakah musuh manusia yang sesungguhnya?

Aku sudah berhenti menerka-nerka. Tebakan salah hanya akan menghasilkan akhir yang mengenaskan.

Biarlah rahasia tetap menjadi rahasia, dan selamanya menghilang di dalam laut terdalam. Jangan biarkan ada orang lain bernasib sama seperti Queen, Assam, dan aku sendiri.


***


Akhir cerita tentu bukan hanya berhasil luput dari kematian. Tantangan terberat justru hadir setelahnya.

Dunia penuh intrik. Seluruh pengetahuan adalah milik pihak lawan.


Jelas-jelas aku kehilangan banyak.

Amarah.

Penyesalan...

Jawaban.

Kebenaran...

Namun,

... semua itu tidak penting lagi.

PRIM AUX - RUNAWAYWhere stories live. Discover now