Bab Tak Berjudul 1

11 0 0
                                    

Tubuhnya nihil. Tak ada satu helai kain pun yang melindungi. Bebas, terjamah oleh dingin angin malam yang menembus kaca jendela di sampingnya. Atau oleh sedikit sengatan panas lilin kecil yang nyalanya tak pasti.

Rey menatap gadis itu. Wajahnya, paras yang menawan. Memancarkan secuil harapan di dingin yang hitam ini. Terlukis sedikit ketakutan dan keraguan, ekspresi terkejut dan kepolosan sang perawan surga.

Rey masih menatapnya, tepat di mata. Secercah air mata terkumpul di pelupuknya, hingga setetes demi setetes jatuh menuruni pelipis kanan gadis itu. Rey tersenyum. Senyum penuh kesombongan, sedikit licik.

Itu tandanya. Tanda bahwa gadis di hadapannya itu tak bisa lagi menolak keberadaan seorang asing yang ingin mencampuri dirinya. Air mata meluncur semakin deras. Namun, tak ada eskpresi yang tertinggal di wajah gadis itu. Semua ketakutan, keraguan, sirna tak berbekas. Hanya ada tatapan kosong tak berarti. Kelam, namun tetap, menarik.

Tak seharusnya menjadi seperti ini. Tak ada satu pun dari mereka yang menginginkan ini sejak awal. Perasaan itu bak badai yang mengguncang di tengan musim panas. Namun apa mau dikata. Takdir telah memutuskan bahwa ironi ini lah yang akan mereka tanggung sampai mati.

Di tengah suara rintik hujan musim gugur, yang terbalut dalam sunyi malam yang membahana, dua tubuh manusia beradu, bak gagak yang mengepakkan sayapnya di angkasa luas. Hingga nama sang perawan surga hanyalah embel-embel tanpa makna.

StrangerWhere stories live. Discover now