2| Chaos ♡

188 38 5
                                    

🚫 konten dewasa

Jennie memandang layar tv yang menyala tersebut tak minat. Dua hari telah berlalu setelah kejadian malam itu di soapsoul club, selama itu juga ia menghindari sosok Kai yang berkali-kali menghampirinya di kampus.

Bell pintu apartment berbunyi, cewek itu segera menghampiri dan melihat siapa yang membunyikannya dari lubang kecil yang terdapat di pintu. Tubuh Jennie bergetar melihat sosok Kai yang berada di depan pintunya.

Entah mengapa rasa panik menghampirinya, hingga tak mampu untuk bergerak maupun menjawab panggilan Kai di luar sana. Hingga terdengar suara dari tombol pintu yang di tekan, cewek itu langsung lemas.

Kai membuka pintu apartmentnya, memasukinya sebelum menutup kembali pintu tersebut. Sorot mata cowok itu menatap tajam Jennie yang kini terdiam di dekat pintu.

"Lo ngehindar dari gua?" tanya Kai setenang mungkin, berusaha untuk menahan dirinya.

Jennie menundukan kepalanya, tangannya saling bertaut dengan gelisah.

Kai menghampiri Jennie yang bersandar di sisi tembok, tangannya menarik dagu kekasihnya itu dengan kasar hingga mengangkat kepalanya.

"Lo... Gua diemin makin makin ya?! Setelah main belakang sama Taeyong, kemaren lo berduan sama cowok lain... Lo gak malu kaya gini?" sarkas Kai lalu menghempaskan tangannya dari wajah Jennie.

Cewek itu diam tak berkutik, dan hanya meneteskan air matanya. Karna ia tau ini bukan saatnya bertindak gegabah, bisa saja Kai melakukan hal gila.

Tanggan Kai menariknya untuk duduk di sofa, cewek itu langsung menurut dan mendudukan dirinya di samping kekasihnya tersebut. Tak ada yang terjadi setelahnya, hingga sebuah pesan yang masuk ke ponsel Jennie membuat Kai kembali marah.

Ponsel milik Jennie yang terletak di atas meja kaca di banting keras oleh kai ke lantai, lalu cowok itu menjambak rambut Jennie dengan kasar membuat cewek itu merintih kesakitan dan memohon ampun.

"Jadi lo main belakang juga sama nih cowok?!" bentak Kai kemudian tertawa remeh. "Udah sampe mana?! tidur bareng?"

Tangisan Jennie semakin deras saat sebuah tamparan mendarat di pipi kanannya. Prilaku Kai semakin kasar sampai membuka baju yang sedang dikenakan Jennie dengan kasar, kemudian mendorongnya untuk berbaring di sofa tanpa di balut sehelai benang pun.

Kai membuat hickey di banyak tempat, lalu memukuli tubuh kekasihnya tersebut tanpa ampun hingga timbul memar kebiruan.

Tubuh Jennie tak punya kendali lagi, dan tak dapat untuk mengelak lagi dari perbuatan Kai. Di sela Kai membuka pakaiannya, tangan Jennie meraba lantai di bawah sofa mencari ponselnya. Begitu tangannya berhasil meraihnya, jemarinya membuka riwayat panggilan telpon dan menelpon nomor yang berada paling atas tanpa melihatnya.

"Ini hukuman buat cewek kaya lo!" bentak Kai sebelum mengambil alih tubuh Jennie.

Cewek itu sudah memohon maupun melawan sekuat tenaga, namun mustahil. Kai memukul kepala Jennie dengan keras hingga cewek itu kehilangan setengah kesadaran.












Air mata mengalir begitu saja dari kelopak mata Minsik begitu mendengar suara keras dari sebrang telpon yang ia sambungkan ke speaker mobil. Ia telat.

Terlambat untuk mencegah semuanya terjadi, dan juga terlambat untuk menyelamatkan Jennie.

Setelah memakirkan mobilnya dengan asal Minsik berlari bagai orang kesetanan ke dalam lobi apartment, meminta penjaga apartment untuk membuka unit Jennie dengan kunci cadangan.

Begitu pintu terbuka, mata Minsik melihat kondisi Jennie yang sangat berantakan serta tubuhnya yang penuh luka tersebut di balik tubuh Kai. Cowok itu langsung menarik tubuh Kai, lalu melayangkan bogemannya bertubi-tubi sampai Kai tak mampu lagi untuk membalasnya.

"Mas udah, mas! Biar saya yang tahanin, mas bantu mbanya aja!" tahab satpam yang ikut bareng Minsik tadi.

Kakinya menginjak dada Kai yang terbaring di lantai sebelum mengambil selimut dari kamar untuk membalut tubuh Jennie yang polos. Lalu menggendong cewek itu ke mobil miliknya, menuju rumah sakit.












Minsik termenung di ruang tunggu depan icu, berdoa semoga gak ada luka yang fatal. Tiba-tiba ponselnya yang berada di saku berdering, melihat nama yang tertera di layar ia langsung mengangkatnya.

"Woy tolol! Ngapa lu, tumben minta gua telpon!"

"Kak... gua... " Minsik berhenti ngomong karna bingung harus ngomong apa.

"Kenapa? Lu hamilin anak orang?" tanya kakanya di sebrang sana.

"Gua telat nyelamatin temen gua, gua... " gumamnya dengan air mata yang kembali jatuh dari kelopak matanya.

Youra yang tau gimana adiknya itu bilang, "Jangan nangis! Lo cowok, dek! Nyelesain masalah jangan pake air mata, tapi pake otak! Kalau mau ngelindungin orang lo gak boleh lemah kaya gini!" nasihatnya.

"Tapi gua harus gimana?" tanyanya sambil mengelap air matanya.

"Yaa... tebus kesalahan lu lah! Lo semangatin dia dan temenin disaat dia butuh"

Setelah mendengar nasihat Youra, kakanya yang tinggal di kanada itu Minsik kemudian menelpon Jiho yang tadi ia mintain tolong buat ngurus Kai yabg tadi ditinggal gitu aja olehnya.

.
"Halo" sapa Minsik.

"Ini cowok udah gua bawa ke polsek" kata Jiho, seakan tau apa yang akan di tanyain oleh sahabatnya tersebut.

"Makasih, ho"

Jiho berdehem panjang di sebrang sana sebelum akhirnya mengatakan. "Minsik... kasus ini bakal berat banget, lo harus berusaha kalau mau menang"






×××

a/n : ini minjem faceclaimnya Kai doang loh yaa bukan berniat menjelekan.

[1] Soapseoul ♡Jennie Kim ✔Where stories live. Discover now