Zero Snippet: Happy Birthday, Sea!

Start from the beginning
                                        

"Ya ampun, Kak," Sea tertawaㅡpadahal, sebenarnya gugup setengah mati mendengar pertanyaan dadakan penuh jebakan ini. "Aku kayaknya enggak expect dalam waktu dekat deh. Chan masih sibuk ada kelas juga."

"Lah dia udah mau lulus, tesisnya udah mulai dikerjain kan?" tanya Xiaoㅡyang ditanya hanya mengangkat bahu. "Maksudku, bisa lah siapin dari sekarang jadi nanti habis kamu sidang tesis langsung menikah."

"Nanti lah, satu per satu dulu ini kepalaku mau pecah soalnya." Chan mengulas senyum tipis sebelum membalik piring di hadapannya dan menjangkau sendok nasi. "Aku makan duluan boleh kan? Laper."

•••

"Chan," panggil Sea pelanㅡsedetik setelah pintu unit apartemen mereka menutup di belakang. "Marah ya, sama aku?"

"Nggak, it's okay. I told you I'm fine with your decision.
Living together like this is more than enough for now. I understand."

"Bener?"

Chan mengangguk, meletakkan kunci mobil di gantungan dekat TV dan menggantung mantelnya di stand hanger dekat pintu kamar. "Sure."

"Tapi kamu diem aja sepanjang perjalanan pulang dari rumah kakak tadi."

"Thinking." Chan berbalik, menatap Sea yang berada tepat di belakangnya. Menatap ke dalam mata perempuan yang sudah bertahun-tahun mengisi hari-harinya. "Thinking a lot. Your happiness is all that matters, jadi aku mikir banyak dan sampai pada kesimpulan as long as you're happy, I'm fine."

"I love you."

"I love you." Chan meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh Sea sebelum menariknya mendekat. "What do you want from me for today?"

"Hmm." Sea mengulas senyum miring, kemudian balas melingkarkan lengannya di pinggang Chan. "I want you to be honest."

"Aku nggak lagi bohong tuh?" Chan mengernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaan Sea. "Kamu mau aku jujur gimana maksudnya?"

"Your opinion about marriage. Terlepas dari aku, terlepas dari masa laluku, dan latar belakang keluargaku. What ifㅡgimana kalau aku berasal dari keluarga yang baik-baik aja? Gimana kalau aku nggak punya trauma dengan pernikahan karena sempat mau ditukar sama uang."

"Ya aku akan dengan senang hati menikah, lah."

"Jadi kamu banyak mikir karena orangnya adalah aku ya, Chan?"

Chan mengangguk.

"Jadi kalau aku bilang nggak apa-apa, kamu mau?"

"Apa?"

"Menikah."

"Aku nggak mau, sih, kalau kamu terpaksa. Aku nggak mau kamu akhirnya setuju untuk menikah karena kasihan sama aku. You better heal yourself first, I can wait."

"Tapi aku juga nggak mau kalau kamu kasihan terus deh sama aku, Chan. Aku punya pengalaman buruk sama kata menikah, iya. Tapi sebenernya bukan berarti aku nggak akan mau menikah juga untuk selamanya. Aku tahu kok kamu menghargai aku lebih dari apapunㅡapalagi uang. Aku tahu kamu nggak bakal kayak ibu dan kakakku yang mau nikahin aku sama random person demi uang."

Chan mengangguk, tangan kanannya ia bawa ke pipi Seaㅡdiusapnya pelan, lembut. "Jadi gimana? Kamu mau apa?"

"Let's try?"

"Coba apa?"

"Yaa ... coba pelan-pelan bahas pernikahan," bisik Sea malu-malu. Pipinya merona dan ia secara refleks mendekatkan tubunhnya untuk memeluk Chan erat, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher. "Malu banget aku."

"Pelan-pelan?" Chan mengeratkan pelukannya, mengusap punggung dan belakang kepala Sea dengan lembut. "Jangan dipaksa ya, Sea. Kalau nggak bisa juga nggak apa-apa."

"Mau kok ... bisa juga," Sea berbisik pelan. "Pelan-pelan aja sambil nunggu kamu kelar tesis kan?"

"Bener?"

"Hm-m." Sea mengangguk, mencium rahang Chan sekilas sebelum menarik mundur wajahnya. "Aku tahu kamu juga pengin punya keluarga kecil kayak kakak kan? Kamu lihatin aku sama Juan terus dari tadi."

Chan terkekeh. "Pertama, keluarga mereka enggak kecilㅡanaknya empat kalau kamu lupa. Kedua, bener. Kadang, tiap lihat kamu main-main sama anaknya kakak tuh ya aku kepikiran gimana kalau seandainya mereka beneran anak kita."

"Cute."

"Indeed." Chan mengulas senyum lega. Rasanya ada sedikit beban yang terangkat dari dada mendengar penuturan Sea. "We will try. Kita bisa juga tuh kalau mau konseling kayak kakak to make it easier for you."

Sea mengangguk setuju. "Okay."

"Jadi, kamu mau hadiah apa dari aku, Sea?"

"Oh, hadiahnya udah kuterima." Sea mengulas senyum lebar. "Kamu dan aku setuju untuk pelan-pelan bahas pernikahan is a really good gift, tho. Makasih, Chan."

"Enggak mau hadiah lain?"

"For example?"

"Warm hug, kisses, cuddleㅡanything."

"Sini, balas aja ciumanku ya." Sea menangkup kedua pipi Chan dan mengecup bibir bawahnya pelan. Lalu, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik mendekat, dipeluk erat, dan bibirnya dilumat dengan lembut.

Sea dicintai dan dilimpahi afeksi adalah kado ulang tahun yang lebih dari cukup. Selamat ulang tahun, Sea, sehat dan bahagia selalu, bisik Chan di sela ciumannya.

•••

Timeline scene ini adalah bertahun-tahun setelah Zero tamat 🤓 Anyway, HBD CANCII ❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Timeline scene ini adalah bertahun-tahun setelah Zero tamat 🤓 Anyway, HBD CANCII ❤

SEVENTEEN Imagine SnippetsWhere stories live. Discover now