"Ya." Hana mengangguk. "Charger dibawa. Kalau udah dua puluh persen buruan diisi ulang. Kabarin, please, jangan bikin capek."
"Iya, aku minta maaf." Saga beranjak dari kursi makan dan berjalan memutar menghampiri Hana di sisi kiri meja makan. Sedikit menunduk, laki-laki jangkung itu memeluk bundanyaㅡmencium kepalanya lembut. "Berangkat dulu."
"Hati-hati."
"Yaa."
•••
Hana tahu persis apa yang membuat suaminya kesal semalamㅡmulutnya yang tanpa permisi membahas masalah perselingkuhan Soonyoung secara implisit. Padahal, kejadian itu sudah seumuran Saga alias sudah cukup lama.
Ia sendiri terkejut dan kalut sampai susah tidur. Tangannya berkali-kali mengusap sisi kasur yang kosong karena penghuninya mengungsi ke kamar sebelah. Hana juga tahu kalau Saga pulang pukul dua pagi karena dia belum tidur, tapi memutuskan untuk membiarkan saja. Biar Saga tidur bersama Soonyoung, dia bisa minta maaf dan menyelesaikan kesalahpahaman di pagi selanjutnya.
Saga memberi kesempatan di meja makan tadi, tapi entah kenapa bibirnya kelu. Kepalanya pusing menyadari Soonyoung memilih untuk makan dalam diam. Suasana hati Soonyoung jelas tidak bagus dan Hana takut dibentak.
Alhasil, perempuan itu melamun di ruang santai. Membiarkan televisi menontonnya menggalau.
Hingga pukul sebelas siang, pintu rumahnya terbuka. Hana pikir Saga hanya punya satu kelas pagi tadi dan memutuskan untuk langsung pulang begitu selesai. Namun, yang muncul dari balik pintu adalah Soonyoungㅡsama terkejutnya ketika melihat Hana di depan TV menonton drama makjang. Padahal, Soonyoung tahu Hana benci itu.
Soonyoung menggelengㅡmeletakkan mantel hitamnya di sofa setelah berhasil melepas sepatu dan meletakkannya di rak. "Mau pulang aja. Pusing."
"Pusing ... sakit kepala beneran atau pusing banyak yang dipikirin?"
"Semua," jawab Soonyoung. Kini, ia mendudukkan tubuhnya di atas sofa di samping kiri Hana. Kepalanya menoleh ke kanan, melirik istrinya. "Maaf."
"Apa?"
"Maaf."
Hana menelan ludah gugup. "Harusnya aku yang minta maaf. Nggak seharusnya aku bawa-bawa itu semalem."
"Nggak apa-apa, kamu khawatir semalem makanya nggak mikir panjang." Soonyoung mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Hana yang sedikit berantakan.
"Ya ... aku minta maaf ya?"
Soonyoung mengangguk sebelum menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Hana lalu memejamkan mata. "Ayo cium aku."
"Hah?"
"Aku pusing banget ini ayo cium akuㅡyang lama, biar pusingnya hilang."
"Susah tau kalau gini," ujar Hana lembut, tangannya mengusap kepala Soonyoung pelanㅡsesekali memijat pelipisnya. "Tidur aja kalau pusing, sih, kenapa malah mau dicium."
"Enak soalnya," Soonyoung terkekeh, matanya kembali terbuka. "Ayo buruan cium aku."
Hana menghela napas pasrah sebelum menunduk untuk meraih bibir Soonyoung dengan bibirnyaㅡsempat tertawa sebentar karena laki-laki itu malah mengerucutkan bibirnya layaknya Donald Duck.
Soonyoung membalas ciumannya, bahkan menahan bagian belakang kepala Hana agar tidak buru-buru menarik diri dan melepas ciuman mereka. Laki-laki itu mengecup berkali-kali sebelum melesakkan lidahnya sebentar dan tertawa pelan. Lalu, menariknya lagi. Melepas ciumannya, melepas tangannya di kepala Hana.
"Bener juga, susah," katanya kemudian. Kali ini sambil beranjak duduk, menepuk pahanya, dan melirik Hana di sebelah kanannya. "Come here, sit on my lap and kiss me like there is no tomorrow. Heal me, take my headache away."
Hana menurut. Ia melompat dan duduk di atas paha Soonyoung sebelum melingkarkan lengannya di leher Soonyoungㅡmenciumnya dalam-dalam, sibuk mencinta setelah perang dingin semalaman.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Benar-benar sibuk sampai tak ada satu pun yang menyadari bahwa kelas Saga memang hanya satu. Anak laki-laki itu memang langsung pulang begitu kelasnya selesai hanya untuk mendapati kedua orang tuanya tengah berciuman panas di ruang santai.
"Sit on my lap and kiss me like there is no tomorrowㅡHA. Your ass," umpatnya pelan sebelum menutup pintu dan berbalik menuju halaman untuk menghampiri mobilnya. Membawa sedan berwarna biru putih itu membelah jalanan menuju rumah pacarnya di ujung lain kota. "Bisa-bisanya making love di ruang santai mana pintu depan nggak dikunci. Untung cuma aku yang masuk. Kalau orang lain? Terus iseng? Terus direkam dan dibikin viral? Apa nggak mampus."