"Bisa kan, ngabarin bunda pinjam ponsel temen? Bikin pusing orang tua aja kerjaannya," ujar Soonyoung gemas. "Sana ke kamarnya, bangunin pelan-pelan terus jelasin kenapa pulang telat."
"Aku nggak hapal nomor kalian omong-omong," Saga tertawa pelan sembari menggaruk tengkuknya pelan dan berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil kaos polos berwarna hitam. "Kalian berantem gara-gara aku ya makanya ayah di sini?"
Alih-alih menjawab, Soonyoung malah memerhatikan bagaimana Saga melepas kancing kemejanya satu per satu dan melemparnya asal ke arah kotak pakaian kotor. Lalu, meloloskan kaos hitam polos tadi melewati kepalanya, merapikannya sedikit sebelum melepas celana jeansㅡmenyisakan celana boxer abu-abu tua.
"Besok pagi aja aku jelasinnya, sekarang mau tidur. Capek banget, Yah."
Saga baru saja berniat menjatuhkan tubuhnya di samping sang ayah saat sebuah bantal kecil mendarat di wajah dengan kerasㅡSoonyoung melemparnya barusan.
"Cuci tangan, cuci kaki, cuci muka, sikat gigi dulu nggak?!"
•••
Saga menyadari, suasana rumah pagi ini tidak biasa. Ayah bundanya diam saja meski sama-sama duduk mengelilingi meja makan. Keduanya tidak mengobrol, tidak bertegur sapa, apalagi bertukar ciuman selamat pagi yang kadang membuat Saga unmood seharian.
Saga juga tahu kalau ini semua salahnya. Jadi, dia berdeham pelanㅡmenarik perhatian. "Aku minta maaf, karena enggak ngabarin sama sekali. Aku pulang jam dua pagi tadiㅡsehat banget, nggak kurang satu senti pun. Aku nyelesaiin dekorasi untuk event hari Sabtu nanti. Ponselku baterainya habis dan aku nggak kepikiran nge-charge. Maaf ya, Bun, udah bikin khawatir. Maaf juga kalian jadi berantem cuma gara-gara aku."
Soonyoung menatap Saga sebentar, kemudian melanjutkan makan tanpa memberi respons satu patah kata pun.
Hana menurunkan sendok garpunyaㅡmenghela napas pelan sebelum melirik Soonyoung sekilas. Kemudian menatap Saga yang tengah mengangkat bahu sambil meringis.
"Baikan dong kalian," tambah Saga beberapa detik kemudian. "Kasur aku sempit kalau dipakai tidur berdua sama ayah."
"Ya udah nanti ayah tidur di ruang tamu."
"Ih, enggak gitu maksudnya," sanggah Saga cepat. "Aku ngomong gitu maksudnya biar ayah balik ke kamar besar. Aku kan udah jelasin nih, udah minta maaf, udah kelar kan masalah aku semalem di mana. Masa kalian masih mau diem-dieman kayak orang nggak kenal. Aku nggak tahu siapa yang mancing ribut di antara kalian berdua semalam, jadi aku nggak bisa nyuruhㅡ"
Ucapan Saga terhenti karena Soonyoung baru saja meletakkan sendoknya sedikit kasar. Tangan kirinya meraih tisu untuk mengelap sudut bibirnya, kemudian minum dari gelas di sebelah kanannyaㅡair mineral. "Aku berangkat dulu, hari ini di studio, bukan di kantor besar. Kalau ada apa-apa telepon aja."
Soonyoung menarik mantel hitam panjang yang ia sampirkan di kursi, merogoh saku untuk mengeluarkan kunci mobilnya sebelum berlalu menuju garasiㅡmeninggalkan Hana dan Saga di meja makan, terbengong.
"Ini, sih, bunda yang mulai," ujar Saga kemudian. "Iya kan? Ayah kalau salah minta maaf."
"Kamu pikir bunda enggak gitu?!"
"Lah, kok aku jadi dimarahin juga, kan udah minta maaf tadi." Saga mendengus pelan, meraih susunya dan menyesapnya sedikit. "Bunda ngomong apa tadi malem coba diinget. Barangkali ada yang bikin ayah bener-bener marah."
"Apa, sih?"
"Ya apa?" Saga balik bertanya. Tahu, sih, dia kalau bundanya memang salahㅡmeski mungkin cuma sedikit. Kelihatan, karena perempuan kesayangannya itu tampak berpikir keras sekarang. "Aku ada kelas pagi nih. Ini mau aku bantuin nggak beres-beresnya?"
YOU ARE READING
SEVENTEEN Imagine Snippets
FanfictionPotongan cerita dari SEVENTEEN Imagine 1.0 dan 2.0 Universe.
Workaholic Snippet: How to Solve a Small Fight Between Us
Start from the beginning
