Mirae gadis bermarga Lee itu kini berstatus menjadi istri seorang laki-laki bernama Mark Lee entah suatu kebetulan atau memang takdir mereka memiliki marga yang sama.
Bukan, bukan suatu kebetulan atau takdir melainkan ini semua terjadi karena perjodohan konyol sehingga melibatkan mereka.
Seperti yang kalian sering dengar ataupun lihat, mereka sebelumnya juga menolak perjodohan ini, tapi apa boleh buat janji orang tua mereka terlalu kuat untuk ditolak.
Padahal usia mereka juga belum matang untuk menikah, lulus dari sekolah menengah atas seharusnya melaksanakan planning mereka masing-masing, tapi apa boleh buat mereka harus meninggalkan planning itu dengan perasaan berat.
"Ma... Mirae tidak mau, Mirae mau kuliah seperti teman-teman yang lain." Mirae menunduk lesu menghadapi kenyataan.
"Mirae.. kuliah bukanlah sekolah menengah, kalian diperbolehkan kuliah walaupun sudah menikah." sahut mama Mark Lee.
"Urusan kuliah papa sudah mendaftarkan kalian berdua ke universitas yang sama agar Mark tetap bisa menjagamu, untuk jurusan papa mendaftarkan kalian ke jurusan yang kalian minati." kata papa Mark Lee.
Begitulah obrolan mereka sebulan yang lalu, Mark sama sekali tidak membuka suara saat itu. Mirae yakin Mark pasti membenci semua ini seperti dirinya, tapi dengan penuh harapan semoga Mark tidak membencinya.
"Mark kau yakin akan tidur di situ?" Mirae merasa tidak enak melihat Mark tidur di atas sofa sedangkan dirinya tidur di kasur, apalagi selepas acara pernikahan mereka, pasti Mark sangat lelah.
"Apa kau mau menggantikanku di sini?" tanyanya kembali.
"Jika itu maumu aku akan tidur di situ tidak apa-apa Mark." Jawab Mirae.
Mark pun berdiri dari posisi tidurnya kemudian ia berjalan ke arah kasur, "kau mau kemana?"
Mirae berhenti melangkahkan kakinya, "tidur di sofa menggantikanmu." ujarnya polos sekali membuat Mark semakin kesal.
Mark membuang nafasnya kasar, "kembali kemari, tidak ada yang tidur di sofa kita tidur di sini!" kata Mark
"K– kita?!" sahut Mirae terkejut
"Siapalagi bodoh! Ya sudah kalau tidak mau biar aku tidur kembali di sofa."
"ah- tidak, baik kita tidur di sini saja Mark." Dengan berat hati Mirae kembali berjalan mendekat ke arah kasur mereka.
Mereka berdua tidur saling memunggungi dengan guling yang berada di tengah-tengah mereka sebagai perbatasan.
Cahaya matahari pagi hari sungguh mengusik tidur seorang Mirae, siapa yang berani membuka gorden kamar Mirae sepagi ini, pikirnya.
"Ya! Lee Taeyong tutup gordenku! Kau suka sekali menggangguku!" kata Mirae serak khas seperti orang bangun tidur tapi matanya masih tertutup.
"Tidak ada Lee Taeyong disini."
Kalau bukan kakaknya, pasti adiknya Lee Jeno yang mengganggu tidurnya, "Ya! Lee Jeno kau adik berandalan!"
"Mirae bodoh! Bangun tidak ada kakak ataupun adikmu disini, buatkan sarapan untukku pemalas!"
Mirae mencerna kata-kata itu sebelum ia terbangun dari tidurnya, hingga ia tersadar bahwa ia sudah tidak tinggal di rumah sekarang, melainkan tinggal berdua di apartemen dengan suaminya.
"Selain bodoh kau juga pemalas rupanya." Mark menatap Mirae dengan tatapan yang meremehkan.
"Maafkan aku Mark, aku belum terbiasa." ujar Mirae kemudian ia bangkit dari kasur, jujur saja Mirae merasa sakit hati karena dari kemarin Mark selalu mengatai dirinya dengan mudah.
"Kau sudah sarapan?" tanya Mirae.
"Kau buta? Kau masih bertanya saat meja ini penuh makanan?" Lagi-lagi Mark mengatainya membuat Mirae langsung terdiam.
"Kenapa diam saja? Memangnya kau makan harus disuapi ibumu?" Mark benar-benar selalu berkata tanpa berpikir dahulu.
"Mark, apa kau membenciku?" tanya Mirae memberanikan diri.
Mark berhenti mengunyah makanannya, ia beralih menatap Mirae dengan intens, "kalau aku jawab iya, kau mau apa?" Mirae sangat menyesal telah bertanya kepada Mark, namun ia sekarang tau alasan Mark sangat sinis padanya.
who's mark lee stan here?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
