Kaira

60 4 1
                                    

Seorang gadis melihat cermin yang memantulkan wajahnya sendiri. Tak ada yang menarik dari wajahnya selain warna kulitnya yang hitam. Tak pernah ada yang memandangnya bahkan keberadaannya pun tak ada yang peduli. Semua mata tertuju pada satu gadis, Laura.

Rasanya aneh bila mengatakan kalau Kaira dan Laura kembar. Keduanya berbeda jauh Laura putih dan Kaira hitam. Lihat dari segi manapun keduanya seperti orang asing. Dari dulu Kaira selalu iri pada Laura. Dia selalu menjadi no satu tak terkalahkan sama sekali. Benar-benar seperti punguk merindukan rembulan.

Seluruh keluarganya selalu bersikap baik pada Kaira. Namun, gadis itu tak pernah menganggap mereka baik. Semua orang di rumahnya menjadikan Laura sebagai panutan. Semua harus seperti Laura benar-benar membuat muak Kaira yang tak pernah dianggap sama sekali.

Dari jauh Kaira hanya bisa melihat Kak Langit yang begitu tampan dengan aura yang begitu memancarkan dari setiap sudut di manapun ia  berada.  Laki-laki tampan itu begitu sempurna kapan ia bisa dekat dengannya. Raut mukanya berubah saat ia menghampiri Laura.
“Lagi-lagi Laura!” gumanya sendiri kesal dengan saudara kembar yang begitu sempurna.

Keduanya terlihat cocok tampan dan cantik. Membuat Kaira semakin membenci Laura. Selalu saja Laura. Rasanya ia ingin memusnahkan Laura dari muka bumi ini. Hatinya dipenuhi iri dan dengki berserta amarah yang memuncak. “Kenapa Tuhan, tak adil padanya,” gumannya lagi penuh dengan amarah.

Tak ingin membuat hatinya tersakiti. Kaira pun meninggalkan mereka. Seseorang wanita tersenyum sumeringah. Dia tak bisa dilihat manusia. Akan tetapi mahluk itu tertarik pada gadis itu aura hitam penuh dengki dan juga amarah itu menjadi sumber kekuatannya.

Mahluk itu pun mendekati dan mengikutinya untuk mendapatkan kebencian dari gadis ini yang menjadi sumber kekuatannya.

Laura melihat Kaira pergi begitu saja. Gadis itu pun menunduk sedih.

“Lau,” sapa seseorang membuyarkan lamunannya.

“Eh, iya Kak,” ucapnya kembali menoleh kepada Kakak kelas.

“Kamu, sudah punya pacar?” tanyanya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Laura tersenyum.

“Aku serius suka sama kamu?” ungkapnya.

“Maaf Kak, sepertinya kita menjadi teman saja,” tolaknya ramah.

“Kenapa? Sudah mempunyai pacar!” tanyanya penasaran. Anak laki-laki itu pun sudah menyelidiki tentang gadis cantik dihadapannya ini. Tak ada laki-laki yang sedang dekat dengannya.

“Maaf Kak, Kaira menyukai Kakak. Aku tak enak bila menerima Kakak.” berlalu meninggalkan kakak kelasnya.

Langit, mengerutkan keningnya. Rasanya ia beralasan saja. Lagi pula Kaira siapa? Anak laki-laki itu tak mengenalnya. Kakak kelasnya pun mulai kesal dan marah baru kali ini ia ditolak oleh seorang gadis. Laki-laki itu tak menerimanya. “Walau bagaimanapun juga Laura harus menjadi miliknya. Bila ia tak bisa mendapatkan Laura maka laki-laki lain pun tak boleh,” pikirnya dalam hati sembari mengepalkan telapak tangannya.

Seseorang yang tadi mengikuti Kaira pun kini mendekati Langit yang sedang marah atas penolakan dari Laura. Kebencian manusia menjadi kekuatan terbesarnya. Semakin manusia itu penuh kebencian semakin besar kekuatan yang ia ambil dari manusia-manusia itu. Tak sia-sia ia datang ke sini. Wanita tak kasat mata itu pun bahagia karna, ia banyak menghisap kebencian dari
para manusia.

Parfum Penukar JiwaWhere stories live. Discover now