You'll be Okay

13 1 2
                                    

"Andrea? Kau baik-baik saja?" Tanya Anastasya.

"Ah? Iya, kenapa memang-nya?" Jawab gadis yang dipanggil Andrea itu sembari tersenyum.

"Tidak....kau hanya berbeda dari biasa-nya." Ujar Anastasya.

"Kau ngelantur ya? Aku selalu sama kok. Memangnya aku bunglon yang bisa berubah-ubah?" Canda Andrea. Anastasya menatap Andrea dengan pandangan khawatir.

"Hei, jangan menatapku seperti itu. Lagipula kalau aku ada masalah, aku kan selalu menceritakannya padamu atau pada yang lain!" Kata Andrea.

"Aku tau tapi....."

"Ini sudah terlalu sore, ayo kita pulang." Kata Andrea memotong kata-kata Anastasya.

***********

"Darimana saja kau anak jalang?!" Teriak seorang Pria berumur 40 tahunan.

Andrea diam dan mematung, menyaksikan Ayah-nya yang sudah menyiapkan rotan tipis untuk membuat tato baru di tubuh Andrea.

Gadis itu tidak berteriak, ia sudah biasa dibuatkan tato oleh Ayah-nya sendiri.

"MASUK KE KAMAR DAN BUATKAN MAKAN MALAM UNTUKKU!!" Andrea mengangguk meng-iyakan perintah Ayah-nya. Ia mengganti baju-nya dan segera memasak makan malam.


Gadis itu menegak ludah-nya saat melihat Ayah-nya yang makan dengan lahap. "Ayah...Andrea juga lapar." Lirih Gadis malang itu sembari mengusap perutnya.

Ayah Andrea berhenti mengunyah dan melemparkan sepotong tulang ayam pada Andrea.

"Sudah cukup kan?! Sekarang pergi dari hadapanku!!" Andrea geram dan berlari pergi dari kamarnya sembari menangis kecil.

Ia terisak di kamar-nya yang sempit, menangis disana hingga mata-nya membengkak.

Jam 02:45.........

Cairan merah segar itu terus menitik tiada henti dari kepala Pria berambut acakan itu.

Dan seorang Gadis menatap-nya dengan pandangan kosong. Pisau yang ada di tangannya ia tancapkan ke dada Pria itu dan ia pergi ke kamar-nya.

Ia mengambil satu kursi dan naik ke atas kursi itu, lalu mengenggam erat tali yang ia gantung di paku.

Ia memegang kedua tali itu, dan mengikat tali itu ke leher-nya yang kecil. Ia merasa kalau ikatannya kurang kencang, dan ia mengikatnya lebih kuat lagi, hingga nafas-nya berhembus untuk yang terakhir kalinya.

Our Point Of ViewWhere stories live. Discover now