Chapter 7

4.9K 732 150
                                    

Mentari sudah naik begitu tinggi. Diiringi nyanyi kicau burung, hangatnya membawa semangat baru bagi para penghuni bumi.

Pengecualian untuk Win, sepertinya. Sejak kemarin pulang dari sekolah sang adik, mood-nya langsung anjlog. Kerjaannya hanya berdiam diri di kamar. Keluar hanya untuk makan. Sekesal-kesalnya Win dia masih ingin hidup, jadi makan tetap jadi prioritas.

Menyumpal telinga dengan headset, menikmati sepi dalam alunan lagu milik penyanyi Rossa yang jadi soundtrack ftv kesayangan ibu-ibu. Win benar-benar larut dalam patah hatinya.

Otaknya memutar memori pertemuan awalnya dengan si 'Mas Bule', saat-saat dia tahu jika Bright adalah guru adiknya, saat-saat kebersamaan mereka yang sebenarnya sudah Win rencanakan, dan saat Win melihat Bright berduaan makan bekal dengan Gun di depan perpustakaan.

Kaya nggak ada tempat lain aja -batin Win

Namun suasana harunya harus terputus setelah suara Rossa terselingi oleh bunyi notifikasi pesan masuk di aplikasi WA-nya.

From : Gurunya Adek

-FYI, nama kontaknya sudah diganti. Masih mending pakai nama itu, awalnya Win malah sempat berpikir untuk mengganti namanya dengan Fakboi.

Win, jadwal home visitnya Sky Jum'at ini ya..
Tugas yang tema terakhir mulai dikerjain aja

Win menghembuskan nafas kasar. Mau diblock kok ya sayang, tapi tetap dipertahankan gini, kok ya sakit. Serba salah.

Iya, makasih infonya pak

Sama-sama
Inget ngga usah dandan, hehe

Dihh.. kok gue sebel baca hehe-nya, sok polos -Win yang sebel sama Mas Bule

Btw pak, besok2 bapak WAnya langsung ke mama saya aja ya

Kok? Katanya ke kamu?

Itu kan kemaren
Sekarang mama saya udah punya kuota
Habis menang arisan soalnya
Jadi bapak langsung WA ke mama aja
Saya sibuk mau persiapan ujian masuk universitas

Gitu, ya ..
Ok, no problem
Asal tugas Sky tersampaikan

Iya tenang aja

Tanpa menunggu balasan dari Bright, Win meninggalkan begitu saja chat room-nya dan kembali ke pemutar musik yang masih melantunkan suara merdu milik Rossa.






....





Perut lapar membuat Win beranjak ke dapur menuruti instingnya mencari bau sedap yang berasal dari masakan sang mama. Dari pintu dapur tampak punggung Dome yang masih sibuk bolak-balik menyiapkan sajian.

"Ma, laper.." keluh Win manja. Dengan lemas duduk di meja makan.

Sang mama menoleh. "Bentar, kak. Ini dikit lagi." Ujar mamanya menanggapi.

Sambil menunggu Win memainkan smartphone-nya sekedar bermain Hago untuk mengusir bosan. Siapa tahu kebagian untung dapat uang.

Di tengah permainannya, Win teringat sesuatu. "Papa sama adek kemana, ma? Kok sepi?"

"Sky ikut papa mancing ke kolam dari tadi." Kata Dome sembari meletakkan satu persatu hasil masakannya di meja depan Win.

Win mendengus. "Hallah, mancing nggak pernah dapet aja disenengin."

"Namanya juga ngilangin bosen. Oh, ya kak nanti bantuin mama ya." Dome datang lagi dengan satu set rantan susun yang masih kosong.

"Bantuin apa?" Mata Win sudah tak fokus. Tanpa ambil pusing tangannya bergerak mengambil nasi dan tetek bengek yang ada di hadapannya. Perutnya tak bisa lebih lama menunggu.

Dome belum menjawab. Dengan cekatan dimasukkannya satu persatu makanan ke dalam rantan. Nasi di susunan paling bawah, sayur asem dengan ekstra potongan jagung dan buah melinjo di susunan kedua, serta lele goreng dengan sambal lamongan dan potongan timun di susunan paling atas.

"Anterin makan siang ke tempat pak Bright."

"Uhukk.."

Dome segera mengambilkan segelas air untuk anak sulungnya. "Makannya pelan-pelan, kak. Nggak ada yang mau nyomot punyamu, kok."

Win tak menanggapi, sibuk meneguk air minumnya. Selesai minum nafasnya diatur agar tak memburu.

"Selesein makannya abis itu anter ini ke sekolahan si adek, ya." Pinta Dome menunjuk rantannya.

Sial, ke rumah aja gue ogah apalagi ini ke sekolahan -batin Win

Sempat pula terfikir untuk mengantarnya tapi dengan bonus obat pencahar darinya di sayur tersebut, tapi Win mana tega. Kalau pak Bright mati gara-gara kelelahan bolak-balik kamar mandi bagaimana?

Jadi lebih baik, "Suruh papa anter aja sih, ma. Aku capek."

Dome menggeleng. "Papa sampe sore paling kalo mancing, mah. Kamu juga capek abis ngapain orang dari tadi kerjaannya rebahan melulu kok."

Win berdecak. Memonyongkan bibirnya sebal. Meski peenyataan mamanya 100% tepat sih..

"Anter pakai gosend aja gimana? Yang penting nyampe ke tempat pak Bright kan? Kalo nggak ya suruh ambil aja sendiri ke sini orangnya. Ngrepotin amat."

"Hush. Sembarangan kalo ngomong. Nggak sopan tau." Tegur Dome.

"Yaudah mau pake gosend nggak nih? Kakak pesenin deh.." tawar Win.

Mamanya berpikir sejenak. "Iya aja deh, kak. Pesenin alamatnya ke sekolahan adek atas nama pak Bright."

"Iya, iya ma.. cerewet." Bisik Win di akhir kalimat.

Mata mamanya memicing. "Apa kamu bilang?"

"Nggak, aku nggak bilang apa-apa kok." Elak Win.

"Jangan lupa sekalian bayarin ongkosnya. Mama mau ngangkat jemuran." Dome meninggalkan Win yang menggerutu begitu saja.

"Enak aja. Uang saku aja nggak pernah dikasih suruh bayar gosend segala."

"Abang gojeknya gue suruh minta ongkos sama mas Bright aja deh. Biar mampus sekalian."

Apa tadi katanya? Mas Bright? Wkwkwk -gue






Bersambung...





Vote comment ya saii 😅

Sorry for typo and thankyou 😉

Study from Home (BrightWin)Where stories live. Discover now