2. Take a Break

184 26 12
                                    

"Kau ingin berangkat bersama atau tidak?"

Chenelle mengangkat wajahnya dari ponsel. Dia sudah memakai riasan tipis. "Sendiri saja. Aku tidak ingin merepotkanmu dengan mengantarku nanti," tolaknya halus. Suara notifikasi dari ponselnya kembali membuat Chenelle menunduk.

"Tidak apa," Harry mengernyit kala diabaikan oleh Chenelle. "Aku akan bermalam lagi."

"Oke."

Chenelle beranjak. Debby sudah tiba di lokasi syuting lebih dulu. Membuat ia berdecak saat sedang merias diri tadi. Ia mengambil mantelnya lalu menyusul Harry yang sudah lebih dulu berjalan ke arah pintu. Berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan pria itu. Nyaris tersandung tapi Harry sigap menahan tubuhnya agar tidak tersungkur di lorong.

"Tidak perlu lari," gumam Harry setelah memasuki lift. "Kau tidak akan aku tinggal juga."

Chenelle meringis malu. Ia berdehem pelan dan menatap pantulan dirinya juga Harry di lift. Lalu tersenyum sendiri.

"Apa yang kau lihat?"

Pertanyaan Harry menyentaknya. Pipinya makin merona. "Pantulan kita. Aku menyukainya."

"Sama," balas Harry dengan senyum kecilnya. "Aku juga suka saat melihat pantulan kita seperti ini."

Chenelle menangkup pipinya sendiri yang terasa semakin menghangat. Ia tidak meladeni lagi Harry yang kini tersenyum hangat. Kepalanya tertunduk. Lift berdenting, Harry menarik satu tangan Chenelle untuk dia genggam.

Semuanya terasa pas.

•~•~•~•

"Kau datang bersamanya?" Debby menggidikan dagunya pada Harry yang baru saja datang.

Chenelle berdehem pelan. "Sekalian," jawabnya sekenanya.

"Oh, dia menginap lagi?"

"Ssst!" Chenelle berdesis, memandang sekitarnya kemudian pada Debby. Ia memandang serius perempuan yang sudah bekerja bersamanya sejak dia debut awal. "Jangan keras-keras. Aku tidak mau jadi bahan gosip lagi."

Debby mengangkat alisnya. Wanita yang sudah bertunangan itu hanya mendengus pelan. "Siapa yang mengatakan, "Aku tidak masalah jika dijadikan bahan gosip," hm?"

"Itu- itu berbeda!" bantah Chenelle mencoba berkelit. Dahinya berkerut samar seraya berpikir. Debby hanya tertawa pelan, menjentikkan jarinya pada dahi anak asuhnya.

"Sudah, kau hafalkan saja naskahnya."

"Aku sudah hafal di luar kepala," kata Chenelle dengan senyum bangganya.

Debby menaikkan alisnya. "Otakmu di luar kepala atau bagaimana?"

"Wah, sugoi. Ne, ne, apa ada orang yang punya otak di luar kepala? Maksudku, bukannya nanti jadi mengerikan? Lalu-"

Memutar kedua matanya. Debby mendesis pada Chenelle. "Diamlah. Tidak ada manusia yang otaknya di luar kepala."

Chenelle mengatupkan bibirnya. Ia mendengus. Memilih membaca lagi naskahnya untuk hari ini. Hell, Chenelle bahkan sudah hapal hampir semuanya. Otaknya bukan kaleng-kaleng. Gen dari orangtuanya bagus soalnya. Putri keluarga Coventry itu tidak hanya menang muka sama badan doang.

Ia sudah memakai gaun yang disediakan pihak wardrobe padanya. Wajahnya juga terpoles riasan yang tidak terlalu tebal. Rambutnya sudah digelung rendah.

Behind The Scene |Harry Styles|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang