"buat lo"

5 0 0
                                    

[...]

Sepulang dari cafe tadi, Arun semakin penasaran dengan pribadi Alea yang begitu tertutup.

"Bang tidur, besok jangan telat" ucap Ava, Ibu dari Arun dan Resha.

Tak ada jawaban dari Arun, yang terlintas dipikiran Ava adalah, putranya sudah tidur. Dan, benar saja, saat Ava membuka pintu kamar Arun, sang pemilik kamar sudah mengarungi dunia mimpinya.

"lagi jatuh cinta ya Bang" kata Ava pelan.

•••

Syukurlah pagi ini Arun tidak terlambat bangun, sehingga ia lebih leluasa untuk bersiap menuju sekolah.

"Bang anterin Rey ya" pinta Resha

"tapi kan, kamu masuk jam setengah delapan Rey" alasan.

"gimana kalo nanti Rey Abang jemput aja?" tawar Arun.

"oke Bang! Rey hari ini pulang jam 2, gak pake telat ya!"

Arun mengangguk, ia mengacak pelan rambut adiknya tanpa peduli ocehan Resha karena tatanan rambut yang Ava buat sedikit berantakan.

Arun menghirup udara segar pagi ini sebelum ia harus melewati jalan macet dengan banyak polusi. Kemudian dirinya memanaskan motor ala retro kesayangannya, Kawasaki W175 pemberian Kakeknya.

Setelah meng-gas-rem-kan motornya, akhirnya Arun tiba disekolah. Ia tidak langsung menuju kelasnya, melainkan bercanda gurau terlebih dahulu di parkiran, bersama beberapa temannya, Dewa, Satya, Revan, Nalen, dan Danang.

"jadi kemaren gimana Run?" tanya Dewa.

"wah apaan nih?" tanya Revan dengan sorot mata yang terlihat sangat penasaran.

"noh, deketin cewek dia" jawab Dewa, sengaja memojokkan Arun, menagih cerita semalam.

"Alea, semalem di cafe duduk bareng, pas gua mau fotoin dia buat bukti ke lo, dia nyadar mau gua foto" singkat, jelas, dan padat.

"terus lo anter dia pulang?" Satya pun ikut serta dalam perkepoan pdkt Arun.

"kagak, pas gua ajakin bareng, dia udah dijemput katanya"

"jangan jangan udah ada pawangnya Run" ucap Nalen.

"pawang-pawang! jam berapa sekarang?! sudah bel malah nongkrong disini! ikut saya kelapangan!" ini bukan Danang yang sedari tadi menyimak, ini Pak Tisna.

Keenam lelaki itu mengikuti Pak Tisna menuju Lapangan dengan sangat amat terpaksa. Bisa saja mereka kabur, tapi, mereka tidak ingin ambil resiko, jadi ya nurut aja sama Pak Tisna.

Inilah hukuman yang mereka dapatkan. Dewa di paling kanan dengan tali sepatu kiri yang terikat pada tali sepatu kanan milik Nalen, begitu pula tali sepatu sebelah kiri Nalen yang terikat dengan tali sepatu sebelah kanan milik Satya, dan begitu seterusnya sampai Arun di paling kiri.

Keenamnya dihukum berjalan jongkok 5 kali bolak-balik lapangan dengan kondisi tali sepatu yang terikat satu sama lain. Tanpa kata malu, keenamnya selesai melakukan hukuman yang dijadikan tontonan oleh siswa maupun siswi yang melihatnya, bahkan ada beberapa yang sempat mengambil gambar keenam lelaki itu.

Tak selesai sampai disitu, hukuman yang diberikan Pak Tisna masih bertambah. Keenamnya diperintahkan mengatakan kesalahan yang mereka lakukan tadi ke setiap kelas. Hanya Arun yang senang dengan hukuman ini, ia dapat bertatap muka dengan Alea nantinya.

Kelas 10, 11, dan 12 memiliki 10 kelas yang berarti Arun dengan kawan-kawannya harus bertamu ke 30 kelas. Mereka telah menyusun rencana, kelas pertama yang mereka datangi adalah kelas 12, kemudian kelas 10, dan terakhir kelas 11, yang setiap kelas sudah mereka bagi, siapa yang akan bicara didepan 30 siswa.

"assalamualaikum, kita disuruh Pak Tisna jalan-jalan memperhatikan proses kegiatan belajar mengajar sebagai bekal untuk menjadi guru nantinya" ucap Danang yang mendapat tatapan dari Pak Tisna yang mengawasi mereka selama mereka diberi hukuman.

"Pak Tisna emang baik, ngasih yang terbaik buat murid nya sampe kayak gini" Danang masih tak menghiraukan tatapan Pak Tisna itu.

"ngga lah, kita telat padahal udah disekolah 15 menit sebelum bel, tapi Pak Tisna nya aja yang ga dapet siswa telat makanya jadiin kita siswa telat" benar-benar Danang ini.

"mereka telat karena nongkrong dulu di parkiran padahal sudah bel" Pak Tisna yang geram akhirnya membenarkan.

Setelah selesai bertamu di kelas 10 dan 12, dan 9 kelas dari kelas 11, jadi sisa 1 kelas yang belum dikunjungi, tentu saja 11 IPA 1.

"assalamualaikum" salam Arun dengan sorot mata yang mencari keberadaan Alea.

"waalaikumsalam"

"kita tahu lo semua kan dikelas unggulan nih, capek dong belajar terus. apalagi yang cewek, nah kedatangan kita kesini buat ngehibur kalian yang cewek, kita kan cakep semua nih, yaudah liatin dah gratis ini. besok kita bikin meet and greet oke" sungguh melenceng dari hukuman perkataan Arun ini.

Walaupun gadis dikelas ini rata-rata ambis semua, mereka tetap perempuan normal yang akan menerima dengan senang hati ketika disuguhi pemandangan 6 lelaki tampan di SMA Abyaksa, kecuali Alea.

Bukan Alea tidak normal, tapi menurutnya, itu hanya membuang waktunya, lebih baik ia gunakan untuk memejamkan matanya walau sebentar saja.

"udahan ya, jangan kangen" pamit Arun yang sudah ditinggalkan teman-temannya.

Pak Tisna menggelengkan kepalanya melihat kelakuan 6 lelaki yang bandel namun berprestasi ini. Berprestasi dengan cara mereka sendiri.

•••

"Alea mana ya, ga keliatan" ucap Arun sambil meninggikan badannya, mencari keberadaan Alea (lagi) di tempat siswa-siswi menghabiskan waktu istirahat-nya, kantin.

"samperin kelasnya aja sono Run" saran Nalen yang secara tidak langsung mengusir Arun, khawatir Arun akan meminjam uangnya untuk membayar pesanan Arun.

"oke deh, Len pinjem goceng mau makan dikelas aja" nah kan.

Nalen mengeluarkan selembar uang berwarna kuning kecoklatan kepada Arun, tanpa terpaksa. Karena ia hafal betul, Ava, Bundanya, pasti akan mengembalikan pinjaman putranya itu tanpa sepengetahuan Arun.

Nasi goreng sudah ditangan Arun. Ia berjalan menuju kelas Alea. Dan, Arun dikejutkan dengan keadaan kelas yang diisi 2 orang saja, Alea, dan teman sekelasnya. Rupanya Alea dan teman sekelasnya itu membawa bekal dari rumah, sehingga tak perlu repot ikut mengantri di kantin.

"boleh duduk?" tanya Arun

Alea melirik sedikit, dan mengangguk pelan. Kali ini Alea tidak sibuk dengan buku tebal berisi soal latihan, dirinya tengah mendengarkan lagu dengan earphone yang menyumbat indra pendengaran nya.

"uhukk uhukk" bodohnya Arun, ia tidak sempat membeli air mineral, jadi lah ia terselak makanannya sendiri.

Tak disangka, Alea menyodorkan air mineral kepada Arun. Kini, Arun sedang salah tingkah.

"gue bawa dua, itu buat reffil. buat lo" kemudian Alea meninggalkan Arun.

[...]

ArunaWhere stories live. Discover now