30

2.5K 452 57
                                    

Jaehyun melirik Haura yang hanya diam sembari mengamati anak-anak lewat jendela salah satu kelas yang berada di depannya.

Ia dan Jaehyun duduk pada kursi panjang yang disediakan sekolah, di samping kanan gedung.

"Apa kau benar-benar melakukannya dengan Taeyong semalam?" tanya Jaehyun, setelah sekian lama terdiam.

"Kenapa itu yang jadi pertanyaanmu?" balas Haura, tanpa mau menoleh untuk menatap Jaehyun.

"Karena itu hal yang paling mustahil kau lakukan, bahkan meskipun hanya berciuman. Kalau kau mengelak, berarti kau hanya mau menggertakku semalam,"

Haura tertawa kecil. "Jangan menunjukkan seolah-olah kau sangat percaya padaku, bahkan kau pernah membututiku, dan melarangku berteman dengan pria,"

"Aku begitu bukan karena aku tidak percaya padamu, tapi aku hanya tidak suka," ucap Jaehyun. "Aku akui, aku salah karena sudah membatasimu. Tapi aku melakukannya bukan karena aku tidak percaya padamu,"

Haura tidak menjawab, ia hanya menghela napas sembari mengulum kedua belah bibirnya.

"Dan soal aku menahan Matthew tadi, aku tidak bermaksud. Aku hanya berusaha melindungimu. Jia membawa juru kamera, dia akan merekam saat Matthew berlari ke arahmu, dan membuat berita yang tidak-tidak menggunakan foto dan video itu. Tapi pada akhirnya aku tetap tidak bisa menahan Matt, aku jadi terlihat sangat jahat sekali tadi. Meskipun... yah, aku memang selama ini tidak baik, tapi tadi aku benar-benar tidak bermaksud," ujar Jaehyun.

Haura akhirnya menoleh ke arah Jaehyun, tanpa memasang ekspresi apapun.

"Terimakasih, kau sudah melindungiku," ucap Haura.

Mata Jaehyun mengerjap, ia terdiam, meskipun mulutnya ingin mengatakan sesuatu. Selalu jadi ada jeda beberapa saat di antara obrolan mereka. Keduanya sama-sama berusaha untuk bicara dengan hati-hati, seolah mereka adalah orang asing.

"Aku tahu aku tidak tahu diri, tapi apa hubungan kita benar-benar tidak bisa diperbaiki? Kita coba sekali," tutur Jaehyun.

"Meskipun hanya coba sekali, aku yang akan jadi korban. Aku sudah bertahun-tahun dilukai, lalu sekarang kau minta aku mencoba memperbaiki hubungan kita sekali saja. Kalau gagal aku lagi yang akan terluka, bukan kau," kata Haura.

"Aku akan berusaha untuk tidak melukaimu,"

"Kau sering mengatakan itu," ucap Haura, dengan raut wajah putus asa, juga nada suara jengah. "Apa... setelah aku pergi dan serius ingin cerai, kau baru akan bertekad menepati kata-katamu?"

"Tidak, aku selama ini sudah bertekad,"

"Lalu mana hasilnya?!" tanpa sadar suara Haura meninggi.

Ia sangat ingin mempertahankan pernikahannya dengan Jaehyun, tapi sekarang sudah seperti tidak ada harapan.

"Aku selalu menunggu, menunggu kapan kau akan menepati kata-katamu sendiri! Tapi apa hasilnya? Apa yang terjadi? Sama sekali tidak ada perubahan. Kau memang berubah sesekali, tapi hanya sesekali, saat kau baru melakukan kekerasan padaku. Seharusnya kau pergi ke psikiater!"

"Kau pikir aku gila?"

"Apa kau tidak berpikir begitu, huh? Apa sebutannya untuk pria yang melukai istrinya sendiri, kalau bukan gila?"

Jaehyun tercenung. Ia terdiam, untuk menahan emosinya, agar suaranya tidak meninggi dan bergetar saat bicara.

"Tulang rusukku retak," ucap Haura, yang membuat Jaehyun tersentak. "Dan ada kemungkinan dari keretakan itu, ada komplikasi ke paru-paru,"

"Kalau aku kembali padamu, tulang rusukku bisa benar-benar hancur. Aku tadinya tidak mau memberitahumu, tapi sepertinya kau harus tahu dampak yang kau lakukan pada tubuhku,"

I'm here | Lty & Jjh ✔Where stories live. Discover now