1 ) pengawalan

13 3 0
                                    

"apa aku boleh belajar denganmu, Ace?" Zanna menghampiri sosok laki-laki yang disukainya selama kurang lebih 2 tahun belakangan ini.

"tentu" balas Ace sambil tersenyum tipis karena melihat kehadiran Zanna –padahal cowok itu terkenal dengan tampang dinginnya.

Semua orang yang melihat mereka pun sudah bisa tau dalam sekali tebak. Mereka saling menyukai, namun tidak ada yang ingin mengungkapkan.

Mereka mulai belajar dengan serius, hingga akhirnya ketukan kecil di meja mengalihkan pandangan mereka berdua.

Di depan, mereka Coral berdiri bersama Tris dan Hinnie sambil melipat tangan didada dan menatap Zanna tajam.

"maaf mengganggu waktu belajar kalian. Tapi anak ini belum makan apa-apa sejak semalam, Ace. Boleh kami pinjam dia sebentar?" tanya Coral seraya menekankan suaranya pada kata 'belajar'.

"e..ehh?! Tapi aku tidak perlu makan. Aku disini saja dan belajar bersama Ace," elak Zanna yang merasa terganggu dengan kehadiran ketiga sahabatnya itu.

"kalau kau memang ingin belajar. Setidaknya makanlah dulu, Zanna," kata Hinnie sambil menghela nafas melihat kelakuan Zanna.

"kami tidak akan mengganggu waktu mu dengan Ace kalau saja kamu mau mengisi perut kosong mu," tambah Tris dengan kata-kata yang sedikit sulit Zanna pahami.

"baiklah. Zanna lebih baik kau dengarkan perkataan temanmu ini. Dan maaf, aku sama sekali tidak tau bahwa Zanna belum makan sejak semalam," lerai Ace.

Dan setelah itu, Zanna dibawa pergi oleh ketiga sahabatnya menuju cafetaria dan segera makan dengan cepat agar dia bisa kembali berduaan dengan Ace meski waktu istirahat sudah tidak banyak lagi —terlebih lagi jarak kelasnya dan kelas Ace yang terbilang jauh.

"Zanna, Carol, Tris, dan Hinnie," panggil seorang wanita yang menghampiri meja mereka dengan gaya yang anggun.

"Miss Hansen!" seru mereka dan kompak memberi anggukan kepala hormat kepada kepala sekolah mereka itu.

"aku ingin kalian ke ruanganku setelah istirahat berakhir," kata Miss Hansen dengan suara khasnya yang lembut.

"baik miss. Tapi apa kami boleh tau kenapa kami dipanggil?" tanya Coral sedikit waspada. Masalahnya, jika sudah dipanggil menuju ruang kepala sekolah sudah pasti dikarenakan karena siswa membuat masalah. Memangnya mereka berempat baru saja membuat masalah?

"tenang, kalian tidak perlu tegang begitu. Aku juga menyuruh 6 siswa lain untuk menemuiku juga. Dan soal alasan mengapa kalian dipanggil langsung oleh ku, mari lihat saja nanti," ucap Miss Hansen dan setelahnya ia berlalu pergi, meninggalkan bunyi sepatunya di cafetaria.

"kenapa Miss Hansen memanggil kita? Kita tidak akan dikeluarkan kan?" tanya Hinnie khawatir sambil menggigit kuku nya sendiri.

"tidak perlu khawatir. Selama ini permasalahan yang kita buat bisa dihitung dengan jari, atau bahkan tidak bisa dihitung karena kita tidak pernah membuat masalah sehingga perlu dipanggil kepala sekolah," jawab Tris tenang sambil menyesap pelan teh nya.

"bisakah kau menggunakan bahasa yang lebih mudah, Tris?!" tanya Hinnie jengkel.

"maksudmu bahasa ku rumit? Padahal waktu ku membuka kamus mengenai bahasa rumit pun dapat mengalahkan waktu mu menyelesaikan soal matematika," jawab Tris yang sebenarnya membuat Hinnie lebih jengkel.

"aku tidak yakin Miss Hansen memanggil kita karena kita membuat masalah. Karena beliau berkata juga akan memanggil enam murid lain kan? Aku jadi curiga apa yang akan dikatakan Miss Hansen," gumam Coral yang didengarkan dengan baik oleh Tris dam Hinnie. Coral juga berpikir serius kira-kira apa yang akan dikatakan kepsek mereka itu.

This is Not ZannaDär berättelser lever. Upptäck nu