What Love Feels Like

6 3 0
                                    

Dirumah Ryan...
"Heran, cewek itu aneh. Disuruh ngejauh, tapi aslinya butuh banget. Maunya apa sih cewek?."kata Ryan, bicara sendiri dibalkon.
"Elunya terlalu goblok."kata Daniel, datang menghampirinya.
"Kok jadi gua sih."kata Ryan, menoleh.
"Cewek itu sengaja menyembunyikan perasaannya, karena dia gak mau cowok yang di suka atau malah sayang.. jadi terlalu khawatir."kata Daniel, menjelaskan.
"Gak ngerti gua."kata Ryan, tangannya memegang pagar balkon.
"Makin goblok aja lu.."kata Daniel.
"Gini, kalo Kay beneran sayang sama lu. Dia akan ngelakuin 3 hal."kata Daniel.
"1, dia selalu tersenyum saat lu ajak ngobrol. Emang kedengerannya umum banget, tapi tanda tanda itu menunjukkan kalau dia tertarik sama lu."kata Daniel.
"2, dia gak selalu bergantung sama lu. Contohnya gini, kalau dia lagi ada masalah.. dia gak minta bantuan lu, karena dia ingin menjadi pribadi yang kuat nantinya kalau suatu saat dia atau elu harus berpisah. Dan pada saat itulah lu harus bantuin dia tanpa dia minta, hatinya pasti luluh."kata Daniel, diam sejenak.
"Yang ketiga?."tanya Ryan.
"Dia gak akan meninggalkan lu apapun yang terjadi, dan selalu nungguin elu."kata Daniel, lalu pergi keluar.

Dirumah Kay...
"Kay?."panggil Kate, membuka pintu kamar.
"Aku capek Kate, selalu disakiti. Padahal aku gak menyakiti."kata Kay, berbaring di kasur.
"I know.. tapi kamu gak boleh menyerah.. kamu gak boleh berhenti belajar rasa sakit, karena hidup tidak berhenti mengajarkan rasa sakit."kata Kate.
"ProjectElon?, Seriously?."Kata Kay, tersenyum.
"Iya intinya ituu."kata Kate, tersenyum dan tertawa.
"Dah yuk, 2 bulan lagi kontes. Kita harus latihan, kan ketemu why don't we."kata Kate, mengambil gitar.

Ryan masih merenung di balkonnya.
"Kay Nadine, awalnya cuman flirting tapi jadi head over heels.."Kata Ryan, tersenyum dan mengambil gitarnya. Dia mulai bernyanyi
"Called her for the first time yesterday..
Finally find the missing part of me...
Felt so close but you were far away...
Left me without anything to say...
Now I'm speechless, over the edge I'm just breathless..
I never thought that I catch this, lovebug again...
Hopeless, head over heels in the moment..
I never thought that I'd get hit, by this lovebug again..."
Lalu ia tersenyum, dan mengambil kamera.

"If all it is is eight letters..."
"Yeay!!, Selesai deh."kata Kate, bertepuk tangan bangga.
"Seandainya aku bisa nunjukkin ini ke Ryan..."kata Kay.
"Bisa kok.. Aku yakin Ryan itu emang buat kamu."kata Kate, memegang tangan Kay.
Tiba tiba pintu diketuk..
"Siapa tuh."kata Kay.
"Gatau. Bentar aku yang buka."kata Kate, membuka pintu.
"Hai Kate."kata Chris.
"Chris, ada apa?."kata Kate.
"Maaf, aku gak bisa belain kamu. Aku tahu aku emang penakut sama cewek cewek kayak Chloe, tapi aku juga gak rela kamu dikasarin."kata Chris, membuat luluh Kate.
"Iya gak papa."kata Kate, tersenyum.
"Ohiya, nih buat kamu. Semoga kamu bisa dapetin cowok yang lebih dari aku."kata Chris, menyerahkan bunga dan pergi.

"Chris, tunggu."kata Kate, menghampiri Chris.
"Cuman karena kamu gak bisa belain aku dalam hal kayak gitu, bukan berarti aku gak suka sama kamu."kata Kate, tiba tiba dia membuka rahasianya.
"Kamu.. suka?.. sama aku?.. kenapa?."kata Chris.
"Kamu yang belain aku dari Robert, kamu gak inget?."kata Kate.
"Iya. Hehe."kata Chris.
"Kita liat saja, kalau berjalan lancar dalam 4 bulan.. kita lanjutin."kata Kate.
"Serius? Makasih ya."kata Chris, dia senang karena dia akan berpacaran dengan Kate.
Kate kembali masuk kedalam dan Chris pulang, Kay yang melihat Kate seperti terbang ke angkasa bingung.
Kate menceritakan semuanya kepada Kay.

"Oh gitu, terserah kamu deh.. kamu mah udah 3 kali pacaran, nanti patah hati malah nangis."kata Kay.
"Hehe, gapapa."kata Kate.
"Aku gak pernah pacaran, apa lagi ditembak. Selalu aku yang ngejar cowok."kata Kay.
"Ada saatnya kamu lari, dan ada saatnya kamu akan berhenti."kata Kate, menaruh bunganya.

Esoknya disekolah...

"Kay, kamu yakin sendiri aja?."kata Kate, khawatir.
"Iya, lagian taman kan rame."kata Kay.
"Okedeh."kata Kate, dia dan Kay berpisah diambang pintu.
Kay membawa gitar dan buku musiknya, masih mempelajari lagu yang sama.
"Isn't it amazing, how almost every line. On our hands align, when your hands in mine..."Kay mulai bernyanyi.

"It's like I'm whole again, isn't that a sign.. I should speak my mind.."nyanyian Ryan yang diiringi gitar membuat Kay berhenti.
"Ryan?."kata Kay, menaruh gitarnya.
"Ngapain berhenti? Lanjutin.."kata Ryan, gitarnya masih dipegang dengan kunci selanjutnya.
"I said those words before but it was a lie, and you deserve to hear them a thousand times.."Kay lanjut.
"If all it is is eight letters, why is it so hard to say...
If all it is is eight letters, why am I in my own way..."Ryan lanjut, secara isyarat menyuruh melanjutkannya.
"Why do I pull you close and then ask you for space?."Kay lanjut.
"If all it is is eight letters, why is it so hard to saay..."mereka berdua menyelesaikan lagunya...

"Maafin aku Kay, mungkin aku bukan cowok yang sempurna Dimata kamu.. tapi percaya sama aku, kamu cewek pertama yang mau berteman sama kamu tidak peduli betapa terkenalnya aku."kata Ryan, duduk disamping Kay.
"Maafin aku juga, mungkin aku terlalu memaksa diri aku buat gak jatuh cinta lagi. Aku tidak bisa membiarkan masa lalu terus terbayang bayang, aku capek Ryan. Aku capek terus mengejar."kata Kay, meneteskan air mata.
Ryan menarik nafas, mengusap air matanya...
"Berhenti yuk."kata Ryan, tersenyum.

The Moon Is Also A StarWhere stories live. Discover now