Bittersweet Snippet: The Day After (2)

Start from the beginning
                                        

Sayang sekali, satu-satunya orang yang ia beri izin dan ia inginkan untuk melakukan semuanya adalah Selin.

Adalah Selinㅡyang mungkin saja kini tengah bersenang-senang, bermain bersama teman-teman malaikatnya di taman surga; meninggalkan Jihoon sendiri di atas tempat tidurnyaㅡmeratap penuh harap, merindukan kekasihnya.

•••

"Kak, jangan nangis ihㅡjelek."

Pipinya disapu dengan lembut, kemudian ditarik gemas. Jihoon mengerjap pelan, menahan tangan Selin tetap di tempat. "Ngapain di sini?"

"Bosan di rumah, aku ingat Kak Jihoon nggak ada kelas juga hari ini. Aku yakin banget kakak ada di sini jadi tadi aku masuk aja." Selin menarik tangannya. "Jangan marah ya?"

"Enggak marah."

"Kakak kenapa nangis?"

"Siapa yang nangis?" Jihoon menyeka hidungnya dengan punggung tangan kanan sebelum beranjak duduk, berhadapan dengan Selin.

"Itu ada bekas air mata di pipi Kak Jihoon." Selin mencondongkan tubuhnya, mengecup pipi Jihoon gemas. "Udah hilang sekarang. Tapi jawab dulu, kenapa nangis?"

"Capek, Selin."

"Tugasnya banyak? Tugasnya berat? Dosennya jahat?" Selin bertanya dengan raut wajah menggemaskan yang membuat Jihoon berhasrat menggulungnya dalam selimut. "Orang jahat nanti kena karma, biarin aja, Kak."

"Kamu nggak ada tugas? Kenapa malah ke sini?"

"Kan aku udah bilang bosen." Selin beranjak dari atas tempat tidur, memasang headphone berwarna hitam-biru perlahan. "Seenggaknya di sini ada koleksi lagu kakak. Aku mainin ya."

Jihoon mengangguk pasrah lantaran kesadarannya masih terkumpul setengah. Sementara Selin mengoperasikan komputernya, Jihoon meraih ponsel di atas nakas untuk melihat jam.

Setengah 3 sore. Ia baru tidur selama dua jam.

"Ini bagus," ujar Selin sembari memutar kursi menghadap Jihoon dan mengetuk telinga kirinya. "Apa tadi ini judulnya kok nggak ada ya."

"Coba nyanyiin."

"As if nothing happened, I told myself that this is all a dream, when I close my eyes and open them again I wanted to wake up in relief..."

"Oh," Jihoon bangkit dari tempat tidurnya untuk menghampiri Selin dan memutar kembali kursinya. Lengan Jihoon melingkar di sekitar leher kekasihnya sementara dagunya ia tumpukan di puncak kepala Selin. "What Kind of Future, Selin."

"Tentang masa depan?"

"Tentang ketidakpastian yang ditawarkan masa depan," Jihoon menghirup wangi rambut Selin sekali lagi sebelum melepas pelukannya dan berjalan ke sisi lain meja komputerㅡmembuka laci. "Kalau mau, pindah aja ke ponsel."

"Mau."

"Ini kabel datanya," Jihoon mengulurkan gulungan kabel berwarna hitam pada Selin yang menyambutnya antusias. "Ingat ya, konsumsi pribadi. Enggak boleh disetel di tempat umum."

"Oke."

"Aku mandi dulu."

"Kak Jihoon belum mandi?!"

"Belum. Tetep wangi ya?"

Sambil tertawa puas, Jihoon berjalan menuju kamar mandi. Tidak lupa menyambar handuk berwarna biru di cantelan, meninggalkan Selin yang kini sibuk mengkopi satu berkas lagu baru.

•••

"Kak Jihoon kan nggak begitu suka jalan di luar, aku nggak apa-apa di sini. Kita delivery aja kayak biasa kalau mau makan."

SEVENTEEN Imagine SnippetsWhere stories live. Discover now