01

11.3K 1.5K 331
                                    

seorang lelaki tinggi berjalan menghampiri wooyoung yang terlihat sedang bertopang dagu dengan senyum merekah yang tak pernah sirna dari bibirnya.

sementara itu sosok dengan wajah tegas yang cukup seram duduk di samping wooyoung dengan raut malasnya.

“jadi, sekarang apa, wooyoung?”

wooyoung semakin melebarkan senyumnya, cengiran lucu terukir sambil tangannya menerima bungkus ciki rasa coklat favoritnya dari si tinggi yang baru saja datang.

“tadi pas bayar minuman tanganku kepegang tangannya mas ganteng, yeonjun.”

wooyoung membingkai kedua pipinya, masih dengan senyum lebar sesekali tertawa gemas mengalun sambil mengingat kejadian tadi siang.

“wah, iya? terus reaksi kamu di sana gimana?” tanya yeonjun.

“aku deg-degan banget, soalnya hari ini mas ganteng senyumin aku juga,” balas wooyoung dengan semangat.

“bukannya emang itu kewajiban kasir? senyum sampe giginya kering.”

si manis menoleh ke arah si lelaki berwajah seram di sampingnya, lalu cemberut. yeonjun yang melihat hal itu hanya tertawa kecil sambil menepuk tangan lelaki di samping wooyoung.

“jangan dipatahin gitu semangatnya, seo changbin,” ucap yeonjun.

“tau, nih! gak pernah banget aku liat kamu seneng kalau aku seneng,” cibir wooyoung sambil mengunyah cikinya.

“kamu senengnya kaya gitu gimana aku nggak takut? nyengir mulu gak ada obat, sini bagi cikinya!” balas changbin malas.

yeonjun tertawa lagi melihat bagaimana changbin merebut ciki pemberiannya untuk wooyoung, membuat si manis jung itu mengerang kesal karena cemilannya changbin curi.

yeonjun tahu changbin hanya iseng, bisa dilihat si seo itu hanya tertawa sambil menghindari wooyoung yang berusaha mengambil cemilannya. bahkan, sesekali rambut wooyoung diusak, keningnya ditoyor pelan, membuat lelaki menggemaskan itu makin melengkungkan bibirnya ke bawah.

“jun, ih! changbin, nih!”

dan sudah yeonjun duga, wooyoung pasti akan mengadu padanya dengan wajah merajuk andalan itu.

“bin, udah, sih. nanti nangis.”

changbin mengulas cengiran lebar, ‘hehe’ ringan keluar dari mulutnya. lantas, changbin kembali memberikan ciki pemberian yeonjun pada wooyoung setelah berhasil mencuri beberapa isinya.

“mas ganteng sekarang lagi apa, ya..”

“mulai...”

changbin merotasikan bola matanya dengan malas ketika melihat wooyoung bertopang dagu sambil tersenyum-senyum tak jelas lagi.

“hampir sebulan ini kamu sering nyamperin kedai minuman itu buat beli caramel macchiato, apa gak pernah nanya namanya siapa?” tanya yeonjun.

wooyoung menggeleng kemudian mengembungkan pipinya.

“malu..”

yeonjun mengangkat kedua alisnya, “jadi selama ini ngapain aja ke sana?” tanyanya.

“ya, apaan lagi kalau bukan buat beli caramel macchiato terus gak ada hentinya dengan tabiat asli bisa liat mas gantengnya dari jarak deket,” seru changbin.

semenjak wooyoung jatuh hati pada kasir kedai minuman di depan kampusnya itu, dia memang jadi lebih sering datang ke sana, tak setiap hari tapi hitungannya sudah sangat sering. dan lagi, dia ke sana hanya membeli satu cup caramel macchiato saja, tidak tahu harus membeli apa selain minuman itu.

pleasure, woosan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang