• page one •

Mulai dari awal
                                        

Asahi mengela napas lelah, sebenarnya ini adalah topik yang paling ia hindari sejak semalam. Hak yang tidak ia suka, tapi ia harus melakukannya. Karena bagaimanapun kedua orangtuanya sudah mengizinkan Asahi untuk menggapai keinginannya, kini giliran dia yang menuruti keinginan orangtuanya itu.

Setelah pertanyaan itu suasana berubah hening. Mungkin mereka sedikit peka dengan perubahan suasana hati Asahi. Dan setelah 30 menit sesi sarapan itu ah tidak mungkin lebih baik dibilang makan siang itu selesai. Asahi langsung kembali ke kamarnya untuk mengambil barang-barang miliknya.

"Iya, bentar ini lagi siap-siap duluan aja kesana nanti nyusul," ucap Asahi sambil berjalan menuruni tangga dengan sebelah tangan memegang ponsel di telinganya dan tangan satunya memang beberapa buku.

"Ya kan bisa minta anterin pacar kamu, gimana sih," balas Asahi menjawab ucapan dari sebrang sana.

"Iya-iya ini mau jalan, sabar ya," dan panggilan itu langsung diputuskan Asahi sepihak. Biarkan saja orang disebrang sana marah-marah nanti juga mereda sendiri.

Setelah itu Asahi pamit kepada orang tuannya untuk pergi sebentar. Ia mengendarai mobil miliknya membelah jalanan kota menuju suatu tempat yang mungkin nanti jarang ia kunjungi karena kesibukannya. Jadi selagi bisa ia akan sering-sering kesana.

"Kakak mu itu kayaknya buru-buru banget kenapa ya?" tanya ibunya pada Haruto setelah Asahi pergi.

"Paling mau ketemu pacarnya kali," jawab Haruto cuek, ia sibuk sendiri dengan ponselnya.

"Hush, kamu tuh ngada-ngada aja, kakak kamu kan gak punya pacar kerjaannya juga cuma baca buku sama belajar," balas ibunya memberitahu kebiasaan anak pertamanya itu.

"Nah itu mama tau, ya dia pasti ke perpustakaan lah, ketemu pacar sebelum sibuk dirumah sakit," ucap Haruto sambil menatap ibunya.

"Terus tadi itu abis telponan sama siapa ya? Masa iya punya pacar, bahaya dong kalo gitu," ucpa ibunya lagi.

"Ih gemes deh mama ini, ya pasti sama Cio hyung lah! Emang siapa lagi temen deketnya Asa hyung selain dia, dan gak mungkin juga Asa hyung punya pacar kan bentar lagi punya suami, gimana sih mama nih!" jelas Haruto kesal, ternyata bukan hanya Asahi yang tadi pagi mendadak aneh, sekarang ibunya pun menjadi sedikit pelupa.

"Ah iya, untung kamu ingetin. Sekarang mama mau nyiapin semuanya buat nanti malem," ucap ibunya lalu pergi meninggalkan Haruto sendiri diruang tengah.

Setelah ibunya menghilang dibalik tembok, Haruto terdiam memikirkan kejadian nanti malam akan berlangsung. Dimana ia harus siap hidup berjauhan dengan hyungnya setelah hari itu tiba. Mengapa hal ini sangat mendadak bahkan ia belum mempersiapkan perpisahan itu.

Haruto hanya berharap hyungnya itu nanti akan terus bahagia dengan hidupnya sendiri. Dan Haruto ingin semuanya itu berjalan lancar.


⏳⏳⏳


Sudah tiga jam Asahi menghabiskan waktunya di perpustakaan bersama Mashiho. Keduanya sedang mempelajari kasus-kasus yang mungkin akan mereka hadapi saat kembali ke rumah sakit nanti dan bisa menjadi bekal kedepannya.

"Asa udahan ah, bosen banget nih," rengek Mashiho berharap Asahi mau mengikuti ajakannya itu.

Asahi hanya menatap Mashiho sekilas lalu kembali sibuk dengan buku ditangannya. Sesekali ia mencatat hal yang dianggapnya penting.

Mashiho kesal jika sudah seperti ia memilih untuk menghubungi tunangannya, Junkyu. Berharap orang itu tidak sibuk di hari Sabtu seperti ini. Dan untunglah Junkyu sedang tidak ada kerjaan kali ini jadi ia bisa menjemput Mashiho.

Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Asahi disana tertera tulisan "Mama" yang menandakan ia harus segera pulang. Ia menerima panggilan itu dan berusaha menjawab setenang mungkin.

"Iya ini Asa sebentar lagi pulang, Cio juga kayaknya dijemput pacarnya nanti," ucap Asahi padahal ibunya disebrang sana hanya menanyakan ia ada dimana. Tapi Asahi yang kelewat peka langsung memberikan balasan seperti itu. Panggilan pun selesai setelah ditutup oleh ibunya yang mengucapkan hati-hati dijalan.

Asahi langsung membereskan semua barangnya dan memasukkan buku-buku yang ia bawa dari rumah. Ia juga menaruh kembali buku yang dipinjam kedalam rak semula.

"Kan aku ditinggal lagi, untung pacarku gak sibuk dan lagi untung aku sabar sama anak kecil ini," ucap Mashiho sambil memperhatikan Asahi yang sibuk sendiri dengan barang-barangnya.

"Aku bukan anak kecil ya, kita cuma beda satu tahun, dan Junkyu itu bucin jadi pasti bisa jemput kamu," balas Asahi lalu mengajak Mashiho untuk keluar dari perpustakaan itu.

"Ih panggil hyung dong, kan pacarku lebih tua tiga tahun dari kamu ya," ujar Mashiho kesal, ia merasa Asahi sedikit berbeda kali ini.

"Iya-iya yaudah aku duluan ya, mama udah rewel nyuruh pulang," pamit Asahi pada Mashiho, memang benar ibunya dari tadi terus mengirimkan pesan agar Asahi cepat pulang, padahal acara masih empat jam lagi tapi ibunya sudah sangat ribet menyiapkan ini dan itu.

"Iya, hati-hati dijalan Asa... Inget jangan ngebut ya!" balas Mashiho, setelah itu Asahi meninggalkan dan berjalan menuju parkiran dimana mobil miliknya berada.

Asahi langsung mengemudikan mobilnya, kembali menuju rumah. Tapi dalam perjalanan itu pikirannya kembali melayang tentang rencana yang telah orangtuanya buat. Sebenarnya ia ingin menolak, karena masih ada banyak hal yang belum bisa ia capai.

Biarkanlah kali ini ia mengalah, dan berusaha menerima karena mungkin ini memang keputusan terbaik untuk diterima. Biar semesta yang menentukan cerita, dengan perantaraan orangtuanya.

Biarkan waktu yang menjawab semua ini, ternyata perasaan, harapan, dan keinginan di masa depan mendatang.

















Hai-hai
Aku update cerita ini
Kayaknya untuk sekarang konfliknya gak akan berat-berat dulu tapi gak tau kalo nanti hehe
biar waktu yang nentuin ya
Semoga suka
See u

-aya

About time [Jaesahi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang