• page one •

1.4K 184 5
                                    

Tidak semua orang dapat menikmati hidup seperti apa yang diinginkan. Terkadang ada yang harus berjuang keras untuk mendapatkannya, dan ada pula yang harus melepaskannya.

Hidup itu memang pilihan. Kau harus memilih hal yang terkadang tidak terduga. Seperti pilihan untuk menerima atau menolak suatu hal.

Kata terima memang terlihat lebih baik daripada menolak. Tapi, bukankah itu juga bisa berlaku sebaliknya. Tidak ada yang tau pilihan yang diambil sekarang akan berbuah manis atau tidak nantinya.

Pilihan itu sangat memusingkan dan menyulitkan. Karena harus membuang-buang waktu untuk hal yang belum tentu terjadi.

Seperti saat ini seorang manja sedang sibuk merenung dengan berbagai macam pikiran. Ia bahkan tidak sadar seseorang masuk kedalam kamarnya.

Ia hanya diam duduk di pinggir ranjangnya, dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya. Dan pandangan yang menatap kosong ponsel dalam genggamannya.

"Hyung."

"..."

"Asa hyung!"

"..."

"Sahi hyung!"

"..."

"Asahi hyung!!"

"..."

"HAMADA ASAHI!!!"

Lelaki yang dipanggil namanya langsung terkejut. Iya mendelik sebal kearah seseorang yang sejak tadi memanggilnya. Ternyata yang memanggilnya itu adalah Haruto adiknya.

"Ada apa?" tanya Asahi datar.

Haruto hanya mendelik, capek-capek ia memanggil nama hyungnya bahkan sampai berteriak tapi hanya mendapat jawaban datar seperti itu. Untung Haruto sabar dan sudah terbiasa dengan sikap hyungnya ini.

"Cepetan turun hyung udah ditungguin juga, dan ini udah siang ya, dari tadi di panggilin malah bengong!" balas Haruto sebal, kenapa hyungnya yang pintar ini mendadak lemot seperti ini.

Asahi hanya menatap datar haruto lalu ia beranjak dari kamarnya, ke meja makan yang berada di lantai 1 meninggalkan Haruto yang masih bingung sendirian disana. Diam-diam ia merutuki dirinya sendiri karena telah menghabiskan waktunya hanya untuk melamun apalagi sampai dilihat oleh Haruto.

"Ish ternyata kau ceroboh Asahi," ucapannya pada diri sendiri.

Begitu sampai ia langsung duduk dikursi tempat biasanya dan mengambil makanan yang sudah terhidang di meja. Belum sempat ia menyuapkan makanan, suara Haruto lebih dulu menghentikan gerakannya.

"Ih curang!!! Tungguin lah Haru kan baru dateng!" ucap Haruto setengah berteriak dan mendapat pukulan di bahu oleh ibunya.

"Gak usah teriak-teriak, kakak mu juga belum mulai," ucap ibunya lalu menyiapkan piring untuk Haruto.

"Ma tau gak? Masa tadi Haru mergokin hyung lagi ngelamun, kan aneh banget tuh," ucap Haruto setengah berbisik kepada ibunya yang tentunya masih bisa didengar oleh Asahi sendiri.

Asahi hanya diam sambil melanjutkan makan, tapi memang jika dilihat lebih dekat lagi ada yang sedikit berbeda dari sikap Asahi hari ini. Biasanya pagi-pagi ia sudah bertukar sapa dengan Mashiho lewat telpon tapi hari ini tidak, Asahi yang pendiam sekarang menjadi lebih pendiam kali ini.

Sebenarnya tidak hanya Haruto yang menyadari hal itu, tapi kedua orangtuanya pun tau jika ada hal yang sedang dipikirkan oleh Asahi.

"Asa nanti malam jangan lupa ya, kalau kamu mau pergi pulangnya sore aja. Kamu gak lupa kan?" tanya Ayahnya yang hanya dibalas anggukan singkat oleh Asahi.

About time [Jaesahi]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon