Nama "Lala Syaharanny" terpampang jelas di papan nama yang dipasang di kacunya. Sepertinya, gadis itu sedang terburu-buru. Ia sudah berpakaian lengkap meski masih acak-acakan. Atribut yang ia kenakan sudah tertata di tempatnya. Hanya sepatu dan sarung tangan yang masih belum ia kenakan.

"Nama lo Lala Syaharanny? Nama yang bagus," puji Escy saat ia membaca papan nama Lala.

"I-iya," jawabnya.

"Perkenalkan, nama gue Renita Escy dan si pintar yang di samping gue namanya Evril Veronica." Escy mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Ternyata, Escy bisa ramah juga, ya sama orang lain.

"Senang berkenalan dengan kalian." Lala menerima uluran tangan Escy. "Andai gue gak buru-buru, kita bisa berbincang lebih lama lagi, tapi gue harus pergi sekarang. Dah, sampai jumpa di lain waktu." Lala bergegas kembali berlari meninggalkan Evril dan Escy.

"Sudah, ayo kita kembali ke tenda," ajak Evril dan dijawab oleh anggukan Escy.

Setibanya di tanda gudep mereka, di sana anggota yang mengikuti Pionering sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan. Stok yang mereka gunakan juga sudah diikat dan diletakkan di depan tenda.

"Evril, ayo cepat. Lo lama banget, sih," ujar Vano. Salah satu anggota pramuka yang ikut kegiatan Pionering itu.

"I-iya." Evril pun langsung bergegas mengambil sepatu dan kaos kakinya yang ada di tenda. Secepat mungkin ia memakainya. Hanya itu saja perlengkapan yang kurang darinya. "Sudah!" Evril keluar dari tenda ketika ia selesai memakai sepatu.

"Semoga berhasil," ucap Tasya menyemangati anggota yang mengikuti kegiatan Pionering dari sekolah mereka.

"Tas, ikut aku yuk. Kita jalan-jalan," ajak Naura sambil menarik tangan kanan Tasya.

"Eh, baiklah." Tasya menerima ajakan dari Naura. Mereka pun pergi entah ke mana.

"Eh, mereka mau pergi tuh. Andi, ayo kita ikuti mereka!" Escy menarik tangan Andi begitu saja. "Kalian bertiga gak usah khawatir, ini biar kami yang urus. Oke? Dah," ucap Escy sambil berlari kecil mengekori Naura dan Tasya. Andi terpaksa ikut dengan Escy karena tangannya sedang digenggam oleh Escy.

Rintangan terberat saat mengawasi setiap gerak-gerik Naura dan Tasya adalah banyaknya orang yang berlalu-lalang memadati jalanan yang tidak terlalu luas itu, sehingga Escy dan Andi merasa kesulitan mengikuti Naura dan Tasya hingga mereka kehilangan jejak Naura dan Tasya.

Akibat sekumpulan anak pramuka yang membawa stok mereka untuk kegiatan Pionering itu menghambat menglihatan mereka. Naura dan Tasya sudah pergi entah ke mana saat anak pramuka itu sudah melalui Escy dan Andi.

"Sial, kita kehilangan mereka!" ketus Escy kesal. Ia menyebarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Berharap netranya menemukan sosok yang ia cari.

Dari awal, Naura sudah mengetahui kalau Escy dan Andi sedang mengawasi mereka sehingga ia memanfaatkan segerombolan anak pramuka tadi untuk bersembunyi di balik tenda gudep lain. Naura mengintip sekilas Escy dan Andi yang sedang mencari mereka.

"Kenapa kita berhenti di sini, Na?" tanya Tasya.

"Bentar, ada yang lagi ngawasi kita. Kan gk enak kalau kita lagi jalan-jalan itu diawasi, 'kan?" jawab Naura.

"Emangnya, siapa yang ngawasi kita?" Tasya ingin tahu siapa yang sedang mengawasi mereka sehingga ia mencoba mengintip dari balik tenda persembunyian mereka. Namun,Naura menghalangi Tasya.

"Sebaiknya jangan. Yuk, kita ke sana aja," ajak Naura sambil menarik tangan Tasya pergi dari tempat itu.

Escy masih menebar pandangannya ke segala penjuru arah. Namun, ia tak menemukan apa yang ia cari hingga perutnya berbunyi akibat lapar.

"Gue lapar, jajan dulu, yuk. Kebetulan di sana ada jualan bakso tuh," ajak Escy sambil menunjuk pedagang bakso yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Gimana sama Naura dan Tasya?" tanya Andi.

"Nanti aja dilanjut. Gue lapar, ni." Escy langsung menari tangan Andi tanpa persetujuan darinya.

Menunggu hingga tiba giliran mereka untuk memesan bakso memang hal yang paling membosankan. Namun, apa daya jika rasa lapar menggerogoti perut? Apa pun dilakukan untuk mengisi perut dan keroncongan.

"Lo gak beli, An?" tanya Escy.

"Enggak. Gue nunggu di sana, ya." Andi langsung pergi menuju tempat yang menurutnya nyaman untuk menunggu temannya itu makan.

"Baiklah," jawab Escy ketika Andi sudah terlebih dahulu pergi.

Selama menunggu, Andi menyibukkan diri dengan hp-nya. Membuka beberapa aplikasi untuk membuang kebosanan yang melanda saat menunggu Escy.

"Andi, lo ngapain di sini sendirian? Ikut gue yuk?" ajak Gian.

"Eh, sejak jalan lo ada di sini?" tanya Andi sambil mematikan layar hp-nya.

"Barusan," jawab Gian singkat. "Dari pada sendirian di sini, ayo ikut gue jalan-jalan" ajak Gian lagi.

"Baiklah, teman." Andi tersenyum tipis sambil beringsut berdiri. Ia memasukkan hp-nya ke saku celananya.

"Gue bukan teman lo. Jadi jangan panggil begitu. Nama gue, 'kan ada."

"Baiklah."

Kemudian, Andi dan Gian pun pergi dari tempat itu. Andi benar-benar lupa tentang Escy atau pun tentang Naura dan Tasya.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Where stories live. Discover now