Ayah Jungkook, Jeon Sehun. Melirik. Asumsinya tentang Taehyung pemuda baik-baik cukup akurat. Lelaki paruh baya itu yakin. "Sekali lihatpun saya sudah bisa menebak karakter kamu." kembali berupaya santai, Sehun Kembali mencomot pisang gorengnya. "kalau kamu merasa kamu benar. Jangan mundur. Usaha sebisa kamu dan seyakin yakinnya. Buktikan ke mereka yang meragukan atau nuduh kamu, bahwa apa yang mereka tuduhkan ke kamu itu gak bener."

Taehyung mendongak. Merasa didukung.
"Tunjukkan ke mereka yang nuduh kamu macem-macem kalau kamu gak seperti asumsi mereka. Buktikan kalau kamu memang bener." Sehun menepuk bahu Taehyung pelan. Gesture memberi semangat.

"Atau kalau kamu lagi disuruh tanggung jawab. Karna prilaku kamu. Ya jangan Mundur. Kamu laki-laki! untuk perbuatan yang udah kamu lakuin kamu harus berani tanggung jawab."

Lagi-lagi Taehyung merenung. Namun kali ini renungannya adalah kata-kata nasehat dari Om sehun.

"Tapi Om. Kalau saya ragu. Kalau itu bukan salah saya. Kalau saya merasa bahwa yang mereka limpahkan ke saya itu bukan kesalahan saya. Tapi hanya tuduhan tak berdasar mereka? Apa saya harus tetap bertanggung jawab Om disaat saya ragu itu salah saya atau bukan."

Sehun tersenyum. "Ini Untuk hal yang beneran kamu udah yakin. Bukan kesalahan orang yang dituduhkan ke kamu."

"Lalu saya harus apa Om?"

"Balik ke nasehat awal. Selidikin dulu. Saya gak akan nanya apa pokok masalah kamu apa. Tapi yang jelas. Kamu wajib selidiki. Ini beneran salah kamu yang mewajibkan kamu bertanggung jawab. Atau hanya tuduhan palsu dengan alibi menutupi kesalahan si penuduh."

Taehyung spontan mengangkat alis bingung. Meski gesture itu kurang sopan. Dirinya refleks. Hampir meminta maaf tapi Sehun kembali tersenyum maklum.

"Siapa tau orang yang nuduh kamu. Justru orang yang melakukan kesalahan itu. Gak maksud sangka jahat. Apalagi kalau dia gak bisa menghadirkan bukti konkretnya bahwa kamu yang salah." Sambil menyeruput kopinya Sehun melirik mengamati Taehyung yang kian serius mencerna nasehatnya.

"Om." Taehyung memandanginya dengan mata berbinar. Seperti mendapat pencerahan. "Kok Saya gak ke fikiran Ya o
Om?"

Sehun terkekeh. Ketika disuguhi pemandangan wajah Taehyung yang berseri.

"Loe sih kemarin kalut. pake acara kabur dari rumah. Makanya gak bisa mikir."

Itu suara Jungkook yang mengintrupsi, secara tiba-tiba, sembari terkekeh. Meski ini pembicaraan serius Jungkook tetap santai untuk ikut bergabung mendudukkan diri dipagar dihadapan Taehyung. Sang gadis ikut mencomot sepotong pisang goreng sesaat setelah meletakkan cangkir teh miliknya dimeja.

"Jungkook?" Taehyung bersuara. Apa Jungkook mendengar percakapannya?

"Eh, udah tau nama gue ternyata?" Jungkook lagi-lagi terkekeh.

"Sejak kapan kamu ada disitu? Nguping ya kamu?" Sehun bertanya dengan pandangan tak suka, jelas saja membuat Taehyung meringis takut kalau Jungkook akan dimarahi. Akan tetapi hal selanjutnya membuatnya bingung. Jungkook bersikap terlalu santai untuk menanggapi wajah datar ayahnya.

"Ayah sok galak. Jangan bikin takut orang baru yah." Jungkook kembali tergelak.

Meruntuhkan ekspresi datar sang ayah yang spontan ikut tersenyum.

"Ayo ayah jadi bijak lagi. Jungkook mau denger nasehat ayah kek tadi." Jungkook menggoda main-main. Menaik turunkan alis sambil menyenggol lengan Ayahnya.

Sehingga, suasana mencair dengan mudah. Meski Taehyung total tak faham.

"Santai aja kak. Ayah emang sok galak." Jungkook Kembali tertawa. Menyaksikan wajah sok tak suka Ayahnya.

"Sulit banget ya galakin kamu. Ketauan mulu kalau lagi pura-pura."

"Iya dong yah. Aku kan anakmu masa gak kenal karakter ayahnya sendiri." keduanya kembali tergelak dalam tawa renyah menyisakan Taehyung yang dibuat iri.

Kenyataan bahwa dia bahkan tak sedekat ini dengan ayahnya dirumah. Juga kenyataan bahwa mereka bahkan tak saling mengenal karakter satu sama lain membuatnya mendadak merasa kembali kecewa. Jelas merasa asing.

'Pertanyaan tentang - kenapa ayah dan ibu tidak percaya bahwa dia adalah pemuda bermoral kembali terngiang dibenaknya. Dan kini dia memiliki jawaban'

Memiliki ikatan darah. Tapi tidak ikatan batin. Serumah tapi tidak saling mengenal. Sehingga mudah sekali dikelabuhi orang luar. Miris.

Sehun yang menyadari keterdiaman Taehyung, hingga diapun melirik Jungkook. Berbicara lewat tatapan mata untuk kembali bersikap serius. Jungkook tersenyum hangat.

"Aku yang urus yah." Jungkook menyarankan lewat gumaman pelan. Tak perlu waktu untuk menunggu ayah mengerti. Sehun perlahan bangkit dari duduknya.

"Om tinggal dulu ya. Mau masuk dulu. Kalian jangan terlalu malam diluar nanti masuk angin apalagi kamu." Sehun melirik Taehyung. "Kamu masih belum sembuh total." kemudian melirik Jungkook. "baju kamu terlalu tipis. Masuk angin baru nanti ngerengek ke ayah awas kamu."

Sehun mengancam. Tetapi hanya dibalas cengiran polos dari anak gadis nya. "Siap bossku tercinta." Sehun terkekeh.

Sebelum Jungkook kembali bersuara.
"Gak jadi, nanti bunda cemburu. Ayah tersayang aja."

Taehyung terperangah sekaligus iri. Rasanya ingin sekali bisa berbicara santai sekaligus bercanda begitu dengan orang tuanya. Namun apa daya hanya sebatas angannya.

"Gak usah iri Kak. Ntar lakuin kek gitu sama ayahnya loe dirumah" Jungkook berujar, sebelum melompat santai menuruni teras yang lumayan tinggi. Taehyung bergegas mengintip, merasa khawatir kalau gadis itu mendarat tak sempurna.

Sebelum kekehan ringan dari sang gadis dibawah sana membuatnya bernafas lega. "Turun sini kak. Yuk ikut gue nyari jagung bakar. Gue mau nyari makan."

Taehyung masih terdiam. Menimang apa dia perlu melompat juga?

"Kagak usah ngikutin gue Kak. Turun secara normal aja lewat tangga." tunjuk Jungkook pada tangga disebelahnya.

Jungkook dibuat genas sendiri dengan ekspresi blank khas Taehyung. Untung pemuda ini tampan kalau tidak mungkin Jungkook akan memukul kepalanya karna terlampau gemes.

Bak robot. Taehyung mengiyakan, menuruni tangga dengan pandangan mengawasi tingkah Jungkook.

"Lelet amat sih kek putri keraton." Jungkook menarik lengan Taehyung tak sabaran. Terlalu siput sekali pemuda ini fikirnya.


***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AstigmatisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang