Prolog

86 6 2
                                    

Seorang bangsawan dengan tubuh ramping berjalan melewati koridor mansion milik keluarga murni Kertia. Rambut pirang panjangnya yang dikuncir satu bergoyang mengikuti gerakan bangsawan itu. Rayga berhenti di ujung koridor, di depan sebuah pintu hitam yang pegangan pintunya terukir kepala ular. Tangan kanannya terangkat, mengeluarkan energi berwarna kuning muda.

Perlahan gagang pintu itu bereaksi terhadap energi milik Rayga, dan terbukalah pintu rahasia itu. Sekali lagi, Rayga melirik kanan dan kirinya dengan mata merah tajam khas bangsawannya, memastikan tak ada yang melihatnya memasuki ruangan itu.

Setelah dirasanya ia sendiri, Rayga segera masuk ke dalam. Pintu segera tertutup kembali.

Di dalam ruangan rahasia itu, semua gelap. Tak ada pencahayaan sama sekali. Namun hal itu tak menjadi masalah baginya. Sebagai seorang bangsawan murni berdarah Kertia, kegelapan sudah menjadi sahabatnya.

Ia berjalan terus, menuju sudut kiri ruangan, lantas menginjak satu lantai marmer berukuran 50 cm x 50 cm. Seketika setelah lantai itu bergeser, muncul satu meja bulat dengan sebuah permata yang berpendar terang, berwarna merah.

"Jiwa keluarga Kertia " gumam Rayga pelan. Matanya perlahan menyayu menatapi permata merah yang berukuran sekepal tangan anak kecil.

"Maafkan aku, ayah. Tapi aku tak bisa menggunakan kekuatan ini." Rayga memejamkan matanya, lalu kembali menginjak lantai marmer tadi sehingga permata itu kembali tersembunyi.

*****

Dua orang anak laki-laki berambut pirang berlarian di koridor mansion milik keluarga Kertia, membuat berisik suasana.

Anak laki-laki yang lebih kecil berteriak-teriak sambal mengejar yang lebih besar. Mereka berlarian dengan kecepatan luar biasa, melompati kursi dan meja, menendang dinding, bahkan saling mengerahkan kekuatan, meski terbilang lemah.

Rael, anak laki-laki yang lebih kecil itu menggertakkan giginya, menambah kecepatan mengejar kakaknya yang sudah jauh di depan. "Kakak! Tunggu aku!" rengeknya, membuat Lazark yang sedang berlari menoleh ke belakang sebentar. Meski tak membalas, Lazark menyunggingkan satu senyum tipis yang cukup dapat dilihat Rael.

Baru saja Lazark ingin memutar tubuhnya, berbelok menuju kamar milik ibunya, sekelibat bayangan tertangkap di matanya. Ia bersembunyi di balik tembok, menampilkan sedikit wajahnya, mengamati bayangan itu.

'Ayah?' batin Lazark melihat sosok Rayga berdiri di ujung koridor.

Rael yang baru saja berhasil menyusul Lazark hendak berteriak nyaring. Namun, tepat sebelum Rael mengeluarkan suara, mulutnya dibungkam oleh Lazark yang lalu menarik adiknya ke belakang dirinya. "Diam dulu!" bisiknya, yang langsung dituruti Rael.

"Itu ayah?" bisik Rael pada Lazark.

Sang kakak yang menggunakan baju putih polos itu mengangguk. "Sedang apa ayah ada di situ? Kupikir koridor itu sudah tak terpakai?" gumam Lazark heran.

"Ayo! Kita ikuti! Ehehe ini akan seru, Kak!" Rael menarik tangan Lazark, mereka berpindah tempat, menuju belakang lemari pajangan yang jaraknya lebih dekat dengan tempat Rayga berdiri.

Beberapa detik berlalu, Rayga memasuki pintu di depannya, yang lantas sosoknya hilang dari pandangan dua anak laki-laki itu.

"Aku penasaran, di dalam ada apa?" bisik Rael yang dibalas dengan seringai bandal milik Lazark.

"Bagaimana kalau kita mencoba masuk setelah ayah pergi?" ajak Lazark pada adiknya itu yang langsung mendapat anggukan super antusias dari Rael.

Lazark Kertia dan Rael Kertia dua garis keturunan murni Klan Kertia. Mereka tidak tahu bahwa tindakan usil dua bocah bangsawan itu kelak membawa mereka pada situasi yang berbahaya.

-tbc-

Noblesse: The Soul Of Kertia ClanWhere stories live. Discover now