[01.] Dia Astaya

16.3K 712 317
                                    

Seorang gadis cantik berdiri seorang diri di sebuah pintu keluar bandara. Udara sejuk yang menerpanya membuat gadis ini mengeratkan jaket yang ia gunakan sejak tadi. Sudah kurang lebih setengah jam dia berdiri di tempat ini, namun orang yang sejak tadi ditunggu tak kunjung datang.

Apa mungkin ibukota malam ini sedang padat?

Perlahan sebuah mobil sedan hitam mengarah kearahnya. Berhenti tepat di depan mata. Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam mobil dan memperlihatkan senyuman manis.

"Taya."

Wanita paruh baya tersebut menghampiri seorang gadis yang sejak tadi berdiri di sana. Memeluk tubuhnya erat, serta tak henti-henti menciumi pipinya. "Gimana kabar kamu?"

"Baik kok, ma. Mama gimana?" tanyanya.

"Baik sayang. Serius nih Om Saka udah bolehin kamu pulang?"

"Udah, ma. Taya juga udah tanya-tanya dulu kok sebelumnya."

Astaya Cinta Adhyasta, nama gadis itu. Semua orang memanggilnya Asta. Taya, adalah panggilan di keluarga nya. Cantik bukan? Tubuhnya yang bisa terbilang cukup tinggi, kulitnya yang putih bersih, mata kecoklatan, yang bisa membuat siapapun terpana. Tidak lupa rambut panjang pirang dan alis tebal.

"Kita langsung pulang yuk, ma! Taya udah kangen banget sama papa, sama kakak juga," ucap Asta tak sabar.

Alice, ibu dari Asta hanya mengangguk mendengar penuturan putrinya. Alice menyuruh supir nya untuk membantu membawa semua koper dan barang bawaan Asta kedalam bagasi mobil.

Perjalanan menuju ke rumah terbilang lebih cepat. Alice pun sempat bercerita kepada Asta bahwa sejak tadi ibukota sedang padat-padatnya. Untung saja saat ini sudah lebih melonggar, jadi mereka bisa lebih cepat sampainya.

Pintu mobil terbuka saat Alice dan Asta tiba di pekarangan rumah besar bercat putih dan sedikit warna keemasan ini. Asta tersenyum ketika melihat rumah ini kembali. Rasanya rindu sekali, bertahun-tahun dia meninggalkan tempat ini.

"Kita langsung masuk aja yuk!" ajak Alice. Alice menggandeng tangan Asta dan mengajaknya memasuki rumah. Gagang pintu mulai di raih pelan oleh Asta. Hingga terlihatlah dua orang yang sangat Asta rindukan.

"Assalamu'alaikum," ucap Asta dan Alice bersamaan.

"Waalaikum salam."

Mata Asta seketika berbinar melihatnya. "Welcome back Astaya!"

Mereka berteriak bersamaan dengan sebuah terompet kecil yang ditiup oleh anak laki-laki bertubuh lebih tinggi dari Asta.

Alice serta Arfan yang tak lain adalah ayah dari Asta dan juga Bryan, kakak laki-laki Asta, mereka bertiga lah yang sudah membuat suasana rumah menjadi ramai. Asta tersenyum bahagia melihatnya.

Di belakang mereka, tepat di dinding terdapat beberapa balon yang menjadi hiasan di kanan kirinya. Dan kini Bryan pun memegang sebuah kue strawberry kesukaan Asta. "Kalian siapin ini buat aku?" tanya Asta.

"Iya sayang. Kita bertiga antusias sekali saat tahu kamu akan pulang," sahut Arfan seraya mengelus rambut putrinya pelan.

Asta tak menyangka sebelumnya, jika akhirnya dia bisa kembali berada ditengah-tengah keluarganya ini lagi. Asta bahkan sebelumnya sudah mengira jika dia tak akan pernah kembali ke sini lagi.

"Dek, kita makan kue nya, yuk! Gue yakin pasti lo dari tadi udah gak sabar banget," ucap Bryan.

Asta mengangguk semangat, gadis ini tersenyum dan segera menarik tangan kakaknya kearah sofa ruang keluarga. Mereka berempat kini berada di ruang keluarga, Asta sibuk memotong kue menjadi beberapa bagian dan meletakkannya di atas sebuah piring kecil dan langsung saja Asta bagikan kepada semua anggota keluarganya satu persatu.

"Ini siapa yang buat kue nya?" tanya Asta.

"Ya mama dong, dek. Masa kakak yang buat,"celetuk Bryan.

Asta hanya terkekeh mendengar ucapan kakaknya itu. " Pantas enak banget. Taya udah lama banget rindu sama masakan mama. Akhirnya sekarang kesampaian juga buat makannya."

Alice mengelus-elus kepala putri nya itu dan tersenyum untuknya. "Mulai hari ini dan seterusnya, Taya bisa makan masakan mama lagi. Taya sehat-sehat terus ya," tutur Alice.

"Aamiin, ma. Semoga ya, biar Taya bisa bareng-bareng sama kalian terus," sahut Asta menimpali.

Keluarga kecil ini kembali melanjutkan kegiatan makan kue mereka sambil berbincang-bincang kecil. Hingga tak terasa kue tersebut semakin menipis, karena Asta memakannya tanpa henti.

"Lusa kamu sekolah ya, dek. Papa udah daftarkan kamu ke sekolah baru." Arfan memulai pembicaraan.

"Satu sekolah sama kak Bryan kan, pa?" Tanya Asta.

"Iya dong sayang. Gak mugkin papa pisah-pisah."

"Papa bener, dek. Kalo kita satu sekolah kan, kakak bisa lebih gampang buat jagain kamu," sambung Bryan.

Asta merasa sangat senang saat ini, ternyata keluarganya sangat menyayangi dia. Asta selalu berharap bisa seprti ini terus. Semoga saja takdir tak menuntut mereka untuk berpisah kembali.

"Makasih ya pa, ma, kak. Taya merasa beruntung bisa punya kalian," ucap Asta.

"Sama-sama cantik. Makasih juga udah hadir di hidup kita. Papa, mama, sama kak Bryan juga sangat beruntung bisa punya Taya. Taya sehat-sehat terus ya," tutur Arfan seraya mengelus rambut putrinya. 

*****

Semoga suka, tunggu bab selanjutnya ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Separuh Masa (Segera PO Kedua) #wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang