Love Letter - 1

1.3K 145 15
                                    

Pertama, Tatapan.

Aneh jika Taehyun menghabiskan waktu istirahatnya untuk berbincang-bincang dengan temannya atau sekadar melangkahkan kaki ke kantin. Setiap waktu luang, Taehyun akan pergi ke perpustakaan. Menghabiskan waktu dengan tumpukan buku dan untaian kata.

Taehyun tidak punya teman, atau mungkin Taehyun tidak punya waktu untuk teman-temannya. Setiap detik yang tersedia ia curahkan kepada buku. Bagi Taehyun, sulit rasanya untuk tersenyum. Dia selalu berwajah datar ketika berbicara.

Taehyun juga tidak pintar bicara, terlalu takut jika dia melakukan kesalahan ketika berbicara. Maka dari itu, dia lebih memilih menjawab seadanya.

Tidak ada yang bertahan jika mengobrol dengan Taehyun dan berakhir pergi. Hatinya tidak sakit, Taehyun malah senang ketika mereka menjauhi dirinya. Dia bisa lebih tenang berkencan dengan bacaannya.

Kecuali penjaga perpustakaan, dia selalu tersenyum dan menyapanya. Tidak berhenti, sampai Taehyun terbiasa dan mulai banyak berbicara.

Pak Seokjin namanya, dia terkenal galak. Namun tidak sekalipun Pak Seokjin menunjukan sikap galaknya kepada Taehyun. Dia selalu tersenyum lembut dan bertanya dengan tenang layaknya seorang ibu.

Selain buku, Pak Seokjin menjadi alasan mengapa perpustakaan adalah tempat kesukaan Taehyun. Dia selalu tidak sabar menceritakan segala sesuatu yang menurutnya menarik.

"Taehyun! Apa kau sudah mengerjakan prmu?" Gerakan Taehyun terhenti, dia menatap teman sekelasnya itu sebelum akhirnya mengangguk, "apa aku boleh menyalinnya?"

"Bukunya ada di laci."

"Oke!" Setelah itu, tungkainya kembali bergerak, membawanya ke perpustakaan. Bising dimana-mana, tidak heran karena ini adalah jam istirahat. Jam surga bagi anak-anak selain bel pulang.

Tapi tidak untuk Kang Taehyun, rasanya dia ingin cepat-cepat sampai dan menyapa Pak Seokjin. Telinganya tidak kuat dengan keributan sekitar.

Setelah meletakkan sepasang pantofelnya di rak, Taehyun masuk ke perpustakaan. Hawa adem dan pengharum ruangan khas perpustakaan langsung menyerangnya. Surga sebenarnya bagi Taehyun.

Sebelum masuk lebih dalam, Taehyun pergi ke meja dekat pintu masuk perpustakaan. Disana terdapat buku kehadiran yang Taehyun harus isi. Dan seharusnya, Pak Seokjin duduk di kursi samping mejanya. Entah sedang memainkan ponsel atau mengecek daftar hadir perpustakaan. Tapi kursinya kosong.

"Taehyun?" suara lembut Bu Eunha menarik perhatiannya, "kau memerlukan sesuatu?"

"Ah, itu," matanya melirik ke arah kursi Pak Seokjin, memberikan kode pada Bu Eunha.

"Kau mencari Pak Seokjin?" Taehyun mengangguk, "Pak Seokjin ada di ruang baca, ada beberapa anak yang berbuat ulah jadi mungkin dia sedang membuka sesi ceramah untuk anak-anak itu."

Taehyun terdiam, dia kemudian menggumamkan kata terima kasih. Tangannya mengambil pulpen dan mulai menggoreskan namanya dalam buku kehadiran itu. Lalu dia melangkah menuju ruang baca.

Ruang baca adalah ruangan disamping perpustakaan. Ukurannya hampir sama dengan perpustakaan. Bedanya ruang baca tidak memiliki rak buku, hanya ada kursi dan meja. Diperuntukkan kepada anak-anak yang benar-benar menginginkan ketenangan. Tapi sesekali Pak Seokjin menggunakannya untuk menceramahi murid-murid yang melanggar peraturan perpustakaan.

Knop pintu itu dia pegang, sebelum akhirnya Taehyun memutuskan untuk membuka pintunya.

"Kalian baca peraturan perpustakaan tidak?!" bentakan itu membuat Taehyun tersentak. Walau tidak ditujukan padanya, bulu kuduk Taehyun berdiri merasakan amarah Pak Seokjin, "jawab!"

love letterUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum