2

18.6K 4.1K 889
                                    

⚠️ Suicidal though content

[Pengaruh Kepercayaan]
-2nd regret, Kim Junkyu-

.
.
.

"Aku dengar, kau adalah yang paling dekat dengan Jaehyuk."

Kalimat itu ditangkap oleh runguku dengan penuh siksaan emosional. Aku terduduk berhadapan dengan pihak polisi di siang hari ini, jelas saja  membuatku semakin tertekan. Segelas teh hangat di hadapanku sama sekali tak ku sentuh. Pagi tadi, kabar mengejutkan soal Jaehyuk mengudara di seluruh penjuru sekolah. Aku berlari menuju arah yang dimaksud. Tubuhku bermandikan keringat dan kaki-kakiku terasa hampa. Perasaanku bergemuruh tak wajar dan penuh sesak. Saat aku sampai di tempat kejadian, telah dipasang garis-garis kuning yang membatasi. Yang bisa kulihat hanya kekosongan.

"Aku dekat dengannya. Tapi aku bukan temannya."

Polisi itu mengkerutkan kening mendengar jawabanku. Pasalnya aku tak lagi bisa bicara lebih banyak dari itu. Pikiranku belum jernih, tak bisa merespon banyak hal untuk saat ini. Jika aku memaksa, maka aku akan menangis. Akhirnya aku beranjak pergi dan berlari ke luar. Mengindahkan teriakan polisi dan para guru yang memaksaku untuk kembali.

Aku mencuci muka secara brutal di wastafel kamar mandi sekolah. Kemudian memandang pantulan diriku dicermin lebar. Segala hujatan ku arahkan pada sosok didalam cermin itu.

"Kim Junkyu, kau bukan teman Jaehyuk." Aku bermonolog pada bayanganku sendiri. "Jika kau temannya, harusnya kau percaya padanya."

Yoon Jaehyuk dan segala kebaikannya telah menemaniku selama bertahun-tahun. Jujur saja, aku berhutang sangat banyak kepada Jaehyuk. Dari hal kecil sampai hal yang besar. Hampir seluruh detik di masa remajaku aku habiskan bersama Jaehyuk. Pemuda Yoon itu bahkan memilih kelas yang sama denganku. Padahal dia bisa saja masuk ke kelas unggulan sekolah karena kepintarannya.

Tapi, aku tidak sanggup mengatakan bahwa aku adalah teman baiknya. Aku merasa tidak pantas.

Jaehyuk selalu mempercayaiku. Karena dia menganggapku berharga. Dia menaruh banyak sekali keyakinan padaku tiap kali aku merasa ragu. Dia membuatku percaya diri. Jika tak ada Jaehyuk maka aku tak akan tertawa lepas setiap harinya. Jika aku tak bertemu dengannya, barangkali aku bukanlah Kim Junkyu yang cerah dan penuh semangat.

Tapi apa yang kulakukan terhadapnya? Ketidak-percayaanku nyatanya menjadi hantaman untuknya. Setelah apa yang ia lakukan, aku membalasnya dengan menoreh luka di atas luka miliknya.

Aku berjalan gontai ke luar dari toilet. Terduduk di bawah pohon rindang yang terlihat suram. Tidak tau lagi harus kemana. Karena segala sisi di sekolah ini penuh akan kenangan mengenai Jaehyuk.

Aku bisa membayangkan diriku berlarian dengan Jaehyuk di sepanjang koridor. Atau memakan roti di bangku-bangku pinggir lapangan. Tak lekang pula ingatan mengenai bagaimana frustasinya Jaehyuk mengajariku matematika di depan gedung kelas.

"Sampai kapan kau akan bodoh di pelajaran ini?!" Ujar Jaehyuk kala itu sambil mengetuk kepalaku dengan bolpoin.

Aku merengut sambil mengusap surai. "Kan ada kau."

Jaehyuk mendecih dan memandangku kesal. "Kalau aku tidak ada bagaimana?"

Kala itu, aku belum memikirkannya. Aku beranggapan bahwa keadaan tak akan pernah berubah. Aku akan tetap jadi Junkyu yang dekat dengan Yoon Jaehyuk. Dan Yoon Jaehyuk akan tetap jadi dirinya yang dipuji akan kebaikannya kepada orang lain.

i. the day after today [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang