⋘──◈ ∗⋅◈Baby Boy◈⋅∗ ◈──⋙

Sekarang Jaemin berada di kantor milik Jeno. Ia berniat untuk mengantarkan bekalnya yang tertinggal di rumah. Ia juga ingin memastikan siapa selingkuhan Jeno itu. Ia dengar dari Mark, selingkuhannya bekerja di kantor Jeno sebagai kliennya.

Baru saja ia memasuki lobby kantor, ia bertemu dengan Renjun bersama dengan Jisung di sana. Jaemin pun langsung menyapa mereka. "Jisung, Renjun !"

Mereka yang terpanggil pun langsung menengok ke arah Jaemin. "Jaemin ! Kau sedang apa ?" Tanya Renjun.

"Aku ingin mengantar bekal Jeno." Balas Jaemin dengan senyum manisnya.

"Ngomong-ngomong, kalian sedang apa ?" Tanya Jaemin.

"Kami baru saja selesai rapat dengan Jeno." Balas Jisung.

"Ah... Begitu. Ya, sudah aku ke ruangan Jeno dulu. Sampai jumpa." Pamit Jaemin.

"Ne, sampai jumpa !"

Jaemin pun menaiki lift kantor tersebut. Setelah sampai di lantai yang ia tuju, Jaemin pun langsung pergi menuju ruangan Jeno. Tapi, sebelum ia masuk, ia mendengar suara Jeno yang sepertinya sedang berbincang dengan seorang.... Wanita. Suaranya juga terdengar familiar. Jaemin pun membuka pintu ruangan itu hingga memberikan celah kecil agar ia dapat mengintip apa yang ada dibalik ruangan itu. Ternyata benar, Jeno sedang berbincang dengan seorang wanita dan wanita itu adalah....

'Siyeon !'

Ia mengintip. Jaemin melihat Jeno dan Siyeon sedang asyik bersenda gurau dan berakhir... Saling bercumbu.

Mata Jaemin telah memburam. Pelupuk matanya telah dipenuhi oleh air matanya, siap turun kapan saja. Ternyata benar dengan apa yang Mark bilang. Selingkuhannya ada di kantornya dan selingkuhannya merupakan pembunuh ayahnya sendiri.

Sungguh, Jaemin tak menerima itu. Setelah ia melihat Jenk tengah pamit untuk ke toilet. Jaemin pun langsung melancarkan aksinya. Ia memasuki ruangan Jeno dan langsung menampar Siyeon.

Plak !

"Yak ! Apa yang kau lakukan sialan ?!" Tanya Siyeon dengan umpatannya.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, dasar jalang !"

Mata mereka saling bertubrukan, bagaikan ada kilat yang memancar dari mata mereka. Dengan tiba-tiba, Siyeon menjambak rambut Jaemin dan menamparnya.

"Hei ! Yang jalang di sini adalah dirimu, sialan ! Kau mengambil Jenoku !" Ujar Siyeon.

Jaemin hanya meringis sembari berusaha melepaskan tangan Siyeon di rambutnya.

"Kau sendiri yang melepaskannya, bodoh ! Jika kau tidak membunuh ayah Jeno, pasti Jeno sudah bersama dirimu !"

Plak !

Jaemin kembali ditampar oleh Siyeon.

"Diam, jalang ! Kau itu tidak tau apa-apa ! Sekarang, lebih baik kau melepaskan Jeno dan memberikannya padaku !"

"Jeno bukan barang, Siyeon sialan !"

"Kau ini !" Siyeon kembali mempererat jambakannya.

"Apa kau tidak pernah lelah, melihat Jeno berselingkuh ke sana ke mari, hah ?! Dasar bodoh !" Lanjut Siyeon.

"Ya, aku bodoh dan tidak peduli jika Jeno berselingkuh dari saya sendiri. Walaupun saya istrinya saya tidak mempersalahkan apabila Jeno berselingkuh dan mencari kebahagiaan. Karena saya tau, saya hanyalah sebatas saudara untuknya. Tapi... Jika saya tau bahwa kau adalah selingkuhannya, saya akan menentang keras ! Saya masih istrinya dan saya berhak mengaturnya dan saya TIDAK ingin suami saya berselingkuh dengan seorang pembunuh sepertimu !"

Plak !

Pipi Jaemin semakin merah. Matanya sudah berkaca-kaca. Tak kuat lagi dengan semua ini.

"Diam ! Diam ! Diam ! Aku tidak peduli. Yang aku inginkan hanya Jeno, Jeno dan Jeno ! Aku mencintainya !" Teriak Siyeon.

"Tidak, Siyeon itu hanya obsesi belaka !" Jaemin menyanggah ucapan Siyeon.

Siyeon kembali menjambak rambut Jaemin semakin erat dan semakin membuat Jaemin meringis. Wajahnya bahkan sudah memerah akibat menahan sakit.

"Yak ! Ada apa ini ribut-ribut ?!" Mendengar suar Jeno, Siyeon langsung mengubah posisinya.

Ia menarik tangan kanan Jaemin ke arah rambutnya seakan-akan Jaemin tengah menjambaknya dan tangan kiri Jaemin ia bawa ke arah lehernya seakan-akan ia tengah dicekik oleh Jaemin.

"A-arghh... J-jeno tolong aku, J-jaemin ingin membunuhku." Siyeon memulai aktingnya.

Jaemin yang baru sadar langsung melepaskan tangannya itu dari tubuh Siyeon. Tapi, tidak sempat karena Jeno telah mendorong hingga terjatuh sangat keras dan menamparnya.

Plak !

"APA YANG KAU LAKUKAN DASAR KEPARAT ! APA KAU INGIN MENAJADI PEMBUNUH SEKARANG ?!" Mata Jaemin sudah berkaca-kaca.

"PERGI KAU DARI SINI ! PERGI !" Jaemin dengan segera langsung bangkit dan pergi dari ruangan itu. Meninggalkan Jeno dengan raut wajah marahnya dan Siyeon dengan senyum kemenangannya.

Jaemin berlari menuju liftnya. Setelah sampai di lobby, ia kembali berlari. Tujuannya sekarang hanya ingin pulang. Bertemu dengan anak-anaknya.

Jisung dan Renjun yang masih berada di sana dan tengah berbincang mereka dengan manajer perusahaan merasa terganggu akibat suara gaduh dari suara derapan langkah kaki. Tapi, mereka terkejut saat mengetahui derapan langkah kaki yang bertubi-tubi berasal dari Jaemin yang tengah berlari. Lantas, Renjun langsung berlari menuju arah Jaemin dan memeluknya.

"R-renjun hiks- Jeno..." Jaemin menangis di pelukan Renjun.

"Semua akan baik-baik saja, Jaemin. Semua akan baik-baik saja.... Tenanglah."

Ajaib, Jaemin pun langsung tenang di pelukan Renjun.

"Jeno Lee. Kau akan mendapatkan balasannya, sialan."

TBC

Pegel, cuy.

-Qii💚

Baby Boy | ɴᴏᴍɪɴ ✔️Where stories live. Discover now