Dua

282 53 7
                                    


Laut lepas, dalam perjalanan menuju Hokkaido



Pada malam hari, di kapal pesiar mewah keluarga Kim yang besar, Doyoung makan barbekyu sambil minum air putih dengan es. Sebenarnya Doyoung bukan seorang yang suka pilih pilih makanan, tapi dia sangat sulit saat minum. Dia tidak suka alkohol -- dia bukan tipe peminum yang baik, dia juga tidak suka minuman bersoda seperti cola, atau jus yang terlalu manis.Dia juga tidak suka kopi, atau produk susu.


Doyoung biasanya hanya minum air putih, dengan ditambah es batu. Hal ini sangat bertentangan dengan Sejeong yang suka sekali anggur mahal. Bahkan dia mengoleksi sendiri wine wine itu di ruangan khusus di mansionnya.


"Sejeong, dimana aku bisa mendapat es batu lagi?" Doyoung menghampiri Sejeong yang sedang melamun di tepi dek kapal.


"Ada," Jawab Sejeong tanpa menoleh, "Di dekat barak ada kulkas."


Alih-alih pergi untuk mendapatkan airnya. Doyoung mengikuti arah pandang Sejeong. Perempuan itu sedang menatap jauh ke arah laut.


Laut itu biasanya akan berwarna biru jernih, terang, ketika siang hari. Tapi laut di malam hari terlihat menakutkan. Warnanya gelap gulita.


"Kita hampir sampai," gumam Sejeong nyaris tak terdengar.


"Apa?"


Sejeong berbalik dan bertanya pada Doyoung, "Kamu tahu di mana ini?"

Melihat Doyoung menggelengkan kepalanya dengan ekspresi bingung di wajahnya, Sejeong melanjutkan, "Ini tempat di mana Jeno meninggal,"


Sejeong kembali menatap lautan tanpa ujung. Perempuan itu punya rentang suara yang tinggi, tapi malam itu suaranya terdengar rendah dan sedikit serak. "Hari itu angin sangat kencang, kapal polisi divisi narkotika mengejar tepat dibelakang kami, semua penjagaku sudah tewas tertembus peluru, hanya ada Jeno dan aku. Kami menuangkan tiga kotak heroin ke laut untuk menghilangkan barang bukti, dari bawah dek aku menemukan satu pelampung,"


Sejeong menjeda kalimatnya sebentar, menghela nafas panjang, "Jeno mengatakan dia sudah belajar berenang dengan John bulan lalu dan menyuruhku memakai pelampung dan melarikan diri," Tatapan Sejeong menajam bergeser dari permukaan laut ke arah Doyoung.

"Tapi dia berbohong padaku. John tidak pernah mengajarkan cara berenang."



"Seminggu kemudian mayat Jeno ditemukan,"


"Sejeong," Doyoung menggenggam tangan dingin Sejeong. "Ini semua adalah masa lalu. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Sekarang kamu telah berubah, Kim Coorporate tidak lagi melakukan perdagangan narkoba, tidak akan ada korban lain yang akan bernasib sama dengan Jeno,"


"Siapa bilang aku tidak lagi melakukan perdagangan narkoba?" Suara Sejeong mengikuti angin laut saat angin bertiup kencang. Keduanya sama-sama dingin.


Doyoung terbelalak, matanya terbuka lebar. Dia tampak seperti tidak percaya apa yang baru saja dia dengar, "Bukankah Kim Coorporate saat ini melakukan bisnis yang sah. . . ."


"Semua informasi yang kamu terima palsu, dan catatan bisnis di dalamnya tentu saja sah, aku masih perlu mengucapkan terima kasih telah membantu menyingkirkan kecurigaan polisi terhadapku, Kim Doyoung," Sejeong mendekatkan tubuhnya dan berbisik tepat di samping telinga Doyoung, "Atau aku harus memanggilmu


letnan Kim?"




***


Meri emang suka bikin tebak tebakan berhadiah wkwkwk

PandoraWhere stories live. Discover now