•Satu•

158 21 83
                                    

~♥~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~♥~

"Semesta, sebenarnya tidak banyak hal yang diinginkan. Hanya ingin sebagian diriku dikembalikan. Rasanya seperti kosong, tanpa sebagian itu."

~♥~

|Adeeva Afsheen Myisha|

Apa kabar langit Jingga?

Dua hari ini aku jarang menemukan semburat jingga lagi. Aku merindukannya, sangat. Awan hitam menutupinya, sehingga aku mulai bosan menatap langit. Menopang dagu menatap langit yang tak kunjung menurunkan rintik hujan. Padahal kan mendung.

Ah, aku lupa. Kata orang mendung belum berarti hujan, dan dekat belum tentu- apa ya? Aku lupa. Sudahlah, aku memang tidak pandai mengingat.

"Enaknya ngapain ya? Bingung. Bunda sama Papah juga lagi berduaan. Terus gue sama siapa?"

Sekian kalinya, aku menghela nafas bosan. Biasanya jika langit sedang cerah, semburat jingga memenuhi langit sore. Dan itu membuatku tenang.

"Ngapain lo?" Pertanyaan dengan nada ngegas, membuat aku menoleh kearah samping kanan.

Aku memutarkan mata malas, orang asing yang dua hari lalu mengganggu acara menikmati senja di trotoar jalan. Kesialan yang harus aku dapat saat tau kedua orang tuaku dan dia berteman baik.

"Lo nanya ke gue atau nanya ke tembok?" tanyaku balik. Dia selalu menatap kearah lain jika berhadapan denganku.

"Tembok. Gue mau curhat nih tembok, dua hari lalu gue ketemu orang yang sangat-sangat aneh. Diem ditengah jalan cuman liat langit jingga. Aneh kan tembok? Sialnya lagi gue tetanggaan sama orang aneh itu," ujarnya melihat kearah tembok.

Kesal. Sungguh, rasanya ingin mencabik mulutnya yang berani menghina aku.

"Apa urusan lo heh?! Kenal aja kagak gue sama lo!" sentakku. Dia menoleh sedikit, dan memalingkan wajahnya kembali.

Aku tercenung, walaupun sebentar tapi aku merasakan familiar dengan bentuk wajahnya.

"Arion," ujarnya.

Aku melongo ditempat. Setelah mengatakan namanya, dia melenggang meninggalkan aku yang terheran-heran dengan sikapnya. "LO GA MAU TAU NAMA GUE?"

Oke, aku kelepasan berteriak. Dia berhenti sejenak lalu menengok, "Deev. Gue panggil lo Deev."

Aku mengepalkan tangan, Arion itu harus aku tenggelamkan kepalanya ke dalam bak mandi. Tapi, dia seperti sudah lama mengenalku. Bahkan dia tau nama kecil aku, sudah lama tidak ada yang memanggil dengan nama itu. Perasaan rindu yang entah datang dari mana membuat aku masih termenung di balkon kamarku.

OpacarophileWhere stories live. Discover now