Truck Tak Bersopir

Depuis le début
                                    

Pukul sepuluh malam. Namun, tiada satu pun orang yang melintasi jalanan itu hingga membuat Andi merasa muak. Ingin rasanya ia mendorong mobil itu ke bagasi. Namun, ia malas dan juga takut. Bagaimana tidak? Sendiri di tempat sepi yang telah memakan banyak korban jiwa. Mungkin saja makhluk tak kasat mata menerkamnya saat itu juga.

"Ada cahaya!" seru Andi senang ketika ia melihat cahaya lampu kendaraan roda empat. Sontak, Andi pun lansung segera keluar dari mobil.

Andi berseru memanggil truk yang semakin mendekat itu sambil melambai-lambaikan kedua tangannya ke atas. Ia melompat-lombat kecil hingga akhirnya truk itu berhenti beberapa meter dari Andi. Lantas, Andi pun langsung mengetuk-ketuk kaca jendela truk itu.

Kaca jendela truk itu terbuka secara perlahan. Namun, tiada suara terdengar dari sopir truk itu hingga akhirnya kaca jendela itu terbuka secara utuh.

"Aaaaa ...! Hantu!" jerit Andi tatkala ia tidak melihat sopir di dalam truk tersebut. Ia pun langsung  menjongkok sambil menunduk. Kedua tangannya ia letakkan di kepalanya.

"Woy! Kau kenapa?!" tanya seseorang.

"Aaaa ...! Pergi lo hantu brengsek!" jerit Andi lagi. Ia beringsut berdiri sambil mengayun-ayunkan kedua tangannya sambil memalingkan kedua matanya ke samping. Andi tidak ingin melihat rupa hantu yang berbicara kepadanya itu. Ia juga tidak perduli hantu apa itu. Yang terpenting bagi Andi adalah berharap siapa pun itu agar cepat-cepat pergi dan menghilang. Membiarkan Andi sendiri di jalanan angker itu.

"Woy, ini aku Angel. A-n-g-e-l!" seru Angel sambil mengeja namanya sendiri. Kesal.

"Angel?" Tingkah Andi mulai tenang. Kemudian, ia memberanikan diri untuk melihat ke depan. Perlahan, tetapi pasti. "Mobil truknya hilang!" jerit Andi. Ia terkejut saat melihat tiada lagi truk tak bersopir itu. Ia memang melihat Angel. Namun, keberadaan Angel ia acuhkan.

"Truk apaan? Di sini mana ada truk atau semacamnya. Hanya kau aja yang dari tadi kuperhatikan jerit-jerit sendiri kayak orang gila," ketus Angel sambil berkacak pinggang kesal.

"Masa sih? Udah jelas-jelas tadi ada truk berhenti di sini." Andi memastikan ucapannya itu benar-benar nyata. Bukan hanya sebatas ekspetasi.

"Udah-udah. Jangan ngehalu di sini. Bay the way, kau ngapain di sini sendirian? Bukannya kau mau jumpaan sama Tasya? Oh ... atau jangan-jangan mobilnya rusak, ya?" Angel tersenyum kecil. Namun, hati kecilnya tertawa pecah karena Andi mendapatkan imbas akibat dari kekeras kepalaannya.

"Eh, enggak kok. Gue-gue hanya berhenti sebentar. Tadi-tadi itu ada barang gue yang jatuh. Jadi, gue berhenti untuk mengambilnya. Lah elo, ngapain lo ada di sini?" tanya balik Andi.

"Aku mau ngawasi Tasya."

"Untuk apa?"

"Huh." Angel memutar kedua bola matanya. "Hey, lo pasti tau, 'kan kalau belakangan ini si Naura sama si Tasya itu deket banget?"

"Tau. Lalu, apa masalahnya?"

"Cih, dasar manusia bodoh," gumam Angel. Netranya menatap ke arah yang lain. "Oke. Sekarang ke intinya aja. Naura itu sudah terbukti bukan manusia. Jadi, tugasku mengawasi Tasya ialah bertujuan untuk memastikan bahwa gadis berkaca mata itu baik-baik aja. Bisa saja tujuan si Naura yang tiba-tiba mau bergaul sama si Tasya bertujuan untuk membunuhnya. Lalu, dia akan menyuci otak orang-orang yang mengenal Tasya itu berpikiran kalau kematian Tasya dikarenakan sebuah kecelakaan, sebuah penyakit, atau apa pun itu. Hantu licik itu bisa saja melakukan apa pun demi kesenangannya sendiri," jelas Angel panjang lebar.

"Zzzzz ...." Bukannya mendengar penjelasan Angel, justru Andi malah tertidur.

"Woy, bangun!" jerit Angel ke telinga Andi. Sontak, Andi pun langsung bangun seketika. "Aku sudah capek-capek menjelaskan, eh ... kaunya malah tidur. Udah jam berapa ini? Kau gak jadi jumpaan sama si Tasya?" tanya Angel kesal.

"Oh iya, gue lupa soal itu. Mati!" panik Andi.

"Yaudah, langsung pergi sono."

"Eee ... lo aja yang duluan."

"Kenapa? Aku ini hantu. Jadi, aku bisa ke sana dalam waktu beberapa detik," jelas Angel.

"Iya, tapi gue masih ada urusan di sini."

Angel tersenyum kecil sambil menyipitkan kedua matanya. "Sudah kuduga. Mobilnya rusak, 'kan?"

"Enggak kok. Em ... sebaiknya lo cepat pergi sebelum dia datang. Ntar, gue disangka gila ngomong sendiri."

"Siapa yang lo tunggu?" tanya Angel sambil menatap kuntilanak yang ada di villa itu. Entah sejak kapan kuntilanak itu ada di belakang Andi.

"Adalah. Yaudah, lo pergi aja sono."

"Baiklah. Semoga bahagia menjalani malam romansa-nya bersama kuntilanak itu." Angel langsung pergi dengan cara menghilang. Sebelum ia pergi, sebingkai senyuman ia bingkaikan di wajahnya itu.

"Apa? Kuntilanak? Apa jangan-jangan ...." Perlahan, Andi menoleh ke belakang.

Gadis Misterius (PROSES REVISI)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant