01. Liburan, Bandung

3.7K 530 107
                                    

"finally," lelaki bersurai hitam itu menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur. Meregangkan tubuhnya yang sudah hampir setengah tahun harus bangun pagi demi sekolah.

Sesayang itu Hyunjin sama sekolahnya, tapi sama sekolah malah dibalas tugas segunung, kan bangsat.

'bodoh amat anjir, mau gue bales, mau tidur aja seharian, yang gangguin jodoh mon-'

"RAFFA, TURUN DULU SINI, BUNDA MAU BICARA" Belum juga Hyunjin dapat menyelesaikan sesi bernarasi ria nya, sang bunda sudah terlebih dahulu memanggilnya, mau tidak mau, ibu negara tetap harus dipatuhi, kan?

Hyunjin menuruni tangga ketika melihat senyuman bundanya yang sangat teramat lebar dibawah sana, demi kerang ajaib Hyunjin rasa ini bukan berita baik.

"Raffa anak bunda yang paling ganteng, karena sekarang udah mulai libur, ya, kan?" Hyunjin mengangguk dan menatap bundanya tidak minat, sedangkan bundanya hanya nyengir nyengir kuda didepannya.

"Karena liburnya panjang juga, bunda sama ayah setuju buat liburan ke Bandung, temenin nenek, kamu mau, kan?" Padahal Hyunjin mau liburannya hanya diisi dengan tidur, tidur, dan tidur. Tapi kalo sudah begini, apa lagi ayahnya sudah setuju, mau bilang tidak pun, dia pasti dipaksa ikut.

"Iya deh, mah. Tapi, sekarang Raffa mau tidur dulu. Lagi capek banget banget," Hyunjin hendak melangkah kembali ke kamarnya sebelum suara bundanya kembali terdengar.

"Eh, ga boleh tidur, mending beresin barang barang kamu, deh. Kita kan berangkatnya sore nanti."

Setelah itu Hyunjin berlari ke kamarnya sambil menggerutu dan memikirkan apa yang harus dia bawa.





Disini lah Hyunjin sekarang, di kereta menuju Bandung yang akan ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam.

Niatnya mau tidur saja di kereta karena tadi sibuk membereskan barang barangnya hingga harus ada sesi teriak teriak di rumahnya, dia jadi tidak punya sedikitpun waktu untuk tidur.

Tapi niat hanya tinggal niat karena sang bunda tidak henti hentinya berceloteh tentang terakhir kali mereka ke Bandung saat dia masih berusia 8 tahun atau sekitar 9 tahun yang lalu.

"Ingat gak, Ranu, itu yang suka gangguin kamu sampe kamu digigit anjing. Aduh lucu banget." Hyunjin jelas ingat, waktu itu sakitnya bukan main setelah digigit anjing, bukannya membantu, si bocah ingusan bernama Ranu itu malah menertawainya sampai bajunya penuh tanah akibat aksi guling guling di tanahnya.

Hyunjin hanya membalas bundanya dengan jawaban singkat seperti iya, deheman, dan yang sejenisnya.

"Oh iya, nanti Ranu juga, loh, yang bakalan jemput kita, sama nenek."






Pria manis itu tersenyum semakin lebar ketika pengumuman menyebutkan kereta dari arah Jakarta akan segera tiba. Karton manila putih yang sedari tadi dipeluknya mulai dia lebarkan perlahan lahan.

Setelah kereta berhenti, para penumpang mulai berhamburan memenuhi stasiun. Jeongin, si pria manis bersurai hitam itu mengangkat karton yang dipegangnya tinggi tinggi.

Ditengah kerumunan sana, ayah, bunda, serta si putra tunggal, sedang berusaha mencari si kecil berbekal foto yang baru saja dikirimkan oleh nenek kepqda mereka.

Hyunjin kemudian bertemu mata dengan si surai hitam, tapi perhatian Hyunjin teralih ke karton manila yang dipegang Jeongin

'SELAMAT DATANG AYAH, BUNDA, KAKAK RAFFA GANTENG, CAPEK ADUH RANU BEDIRI DARI TADI'

Hyunjin yang jarang ibadah jadi pengen nyebut jadinya.

"Bunda," Hyunjin nyentuh pundak bundanya, setelah bundanya menengok kearahnya, segera Hyunjin nunjuk kearah Jeongin yang masih nyengir kuda dengan karton manila diatas kepala.

"YA AMPUN, RANU NYA BUNDA," Bunda kemudian berlari kecil kearah Jeongin.

Curiga Hyunjin, bundanya ini sebenarnya bundanya Jeongin, lebaynya beda beda tipis.

Ayah dan Hyunjin mengikuti langkah bundanya yang kini tengah cipika cipiki dengan Jeongin.





"Bunda, bunda tau gak, sekarang tinggi Ranu udah 170, udah cocok belum, kalo Ranu mau cari pacar?" Jeongin yang duduk di kursi paling belakang memeluk leher bunda yang duduk di kursi bagian tengah bersama ayah.

"Lah Ranu, kan, mau bunda jodohin sama mas Raffa, masa Ranu mau poliandiri," Hyunjin hanya bergidik ngeri kalo sampai kejadian dia dijodohin sama anak macam Jeongin.

"Ish, Ranu ga mau sama Kak Raffa, nanti Ranu bisa sakit jantung," Hyunjin menatap bocah itu dengan tatapan jengkel. Tolong, yah, Hyunjin emang sejenis apa sampai bisa buat orang sakit jantung, orang ganteng gini, kok.

"Kok gitu?" Bunda melirik putranya yang tampak sudah sangat jengkel, kemudian tertawa pelan.

"Soalnya, kalo liat kak Raffa tuh bikin jantung Ranu gak bisa santai, kenceng mulu berdetaknya, dag dig dug mulu, Ranu ga suka."

Ini bocah ngomongnya nyadar ga sih? Batin Hyunjin yang gemes, mau lempar saja si manis ini keluar mobil








Hyunjin menurunkan kopernya seterta koper milik bunda dan ayahnya, Jeongin memeluk karton manilanya sambil memperhatikan yang lebih tua.

"Jeongin mampir dulu, gak?" Nenek menghampiri si kecil maheswara.

"Engga, nek," Jeongin menggeleng lucu.

"Bapak kayaknya udah pulang jam segini, ntar Ranu dipukul pake sapu kalo kemaleman."

"Yaudah Ranu pulang, ya. Nanti dimarahin bapakmu lagi." Nenek membelai rambut Jeongin, sementara Jeongin mengangguk patuh.

"Siap, Ranu pulang dulu ya nek, nanti besok Ranu balik lagi bawa Chio," Nenek hanya mengiyakan saja, biar cepet.

Btw, Chio itu boneka monyet besarnya Jeongin, dan selama ini Jeongin bilang mau bawa Chio kenalin ke nenek tapi ya karena terlalu besar, Jeongin jadi ga pernah bawa bonekanya.

"Bunda, Ayah, Mas Raffa, Ranu pulang dulu. Mas Raffa kalo kangen Ranu panggil aja Ranu di balkon yang itu, yang ada Chionya, nanti panggil aja nama Ranu tiga kali, 'Ranu, Ranu, Ranu,' pasti Ranu muncul, kok."

Jeongin menujuk kearah balkon rumah disamping rumah nenek yang terdapat boneka monyet segede manusianya disana, ya emang tetanggaan Jeongin sama nenek.

kemudian Jeongin berlari kecil memasuki pekarangan rumahnya.

Tbc.

Gimana?
Udah lama ga ngetik jadi makin ancur ketikan aku.

Semoga kalian suka wkwkwk, oh iya jan lupa voment kawan kawan:)

guide ; hyunjeong ✓Where stories live. Discover now