🌧 limabelas [end]

218 33 12
                                    

Seongmin menghela nafas. Sejak malam tadi Ara tidak kunjung mengangkat telpon. Kata mamah tadi malem ada suara ambulan tapi mamahnya denger samar-samar.

Seongmin jadi cemas. Gimana kalo itu Ara.

Mereka baru aja resmi, masa harus menderita kayak gini lagi.

Dan dia inget satu hal. Buru-buru dia samperin Wonyoung dan narik tangannya.

"Won, liat Ara?" tanya Seongmin.

Wonyoung menggeleng.

Seongmin menghela nafas. "Lo gak ngancem Ara kayak lo ngancem Dahyun waktu itu kan?" tanya Seongmin dengan tatapan mengintimidasi.

Wonyoung mengatupkan bibir. "Gue gak se childish itu lagi kak! jangan nethink deh!" bentaknya.

Seongmin mengacak rambutnya frustasi. Kenapa ia malah marah pada Wonyoung.

Seongmin berniat berlari tapi Wonyoung menahan tangannya. "Dengerin dulu,"

Seongmin akhirnya mendengarkan Wonyoung.

"Dulu gue sama Kak Ara pernah ketemu di rumah sakit jiwa. Di sana Kak Ara bilang kalo mamahnya sakit jiwa akibat kakanya meninggal, ayahnya malah mikah sama yang baru dan mamahnya dalam kondisi parah akhir-akhir ini, gue gak tahu hal buruk apa yang mungkin terjadi. Tapi pesan dia jangan kasih tahu Seongmin tentang hal ini."

Hati Seongmin mencelos. Jadi yang sakit selama ini itu ibunya bukan dirinya. Seongmin tanpa sadar menitihkan air mata. "Kenapa lo gak bilang dari dulu Wonyoung!"

Wonyoung mengusap punggung Seongmin. "Maaf, rsj nya di xxx. Pergi ke sana sekarang sebelum telat."

Seongmin ngangguk dan belari. Masa bodo dengan motornya yang terparkir di sekolah.

Dia terus berlari menuju rumah sakit jiwa.

Kenapa Ara gak cerita hal ini? Padahal ini beban yang berat.

Seongmin terjatuh namun dia bangkit lagi. Dia menangis selama perjalan sampai dia sampai.

Benar saja, sosok Ara berada di sana sedang menyandarkan tubuhnya di dinding dengan gaun berwarna hitam dengan wajah pucat dan sembab.

Seongmin berlari dan memeluk Ara erat.

"Kenapa!? Kenapa lo gak bilang sama gue! Gue ini apa sih di mata lo!" bentak Seongmin.

Ara menangis deras di pelukan Seongmin. "Gue gak bisa..."

Seongmin mengelus rambut Ara. "Gue gak kayak mereka Ra, gue gak akan ninggalin lo."

Tangis Ara kembali pecah. "Maaf..."

Seongmin menghapus air mata Ara dengan ibu jarinya. Lalu menepuk pucuk rambut Ara pelan. "Gapapa,"

Ara masih berlinang air mata. "Maaf, mama...maafin ara..."

Ara melepaskan pelukan Seongmin tiba-tiba. "Gue benci sama lo! Gara-gara lo mama mati! Coba aja kalo gue selalu ada di rumah, mama gak akan kayak gini!" bentak Ara sambil memukul dada Seongmin.

Seongmin diam tak menahan tangan Ara. Mungkin benar, dia menyita waktu Ara dengan mamahnya hanya karena dia jatuh cinta.

"Maafin gue ra,"

Akhirnya Ara terus menangis di bahu Seongmin sampai tertidur. Seongmin memindahkan Ara ke kursi kosong.

"Ahn Seongmin?" tanya seorang pria berjass hitam.

"Iya," jawab Seongmin.

"Saya harap kamu gak deketin anak saya lagi, pulanglah."

Seongmin menggeleng. "Gak bisa, om sendiri kemana waktu Ara ngalamin semua kesusahannya!? Om lebih dari sekedar jahat!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

moral of the story | seongmin ft starship Where stories live. Discover now