Woojin yang sejak tadi berada di dapur untuk menyiapkan roti-roti baru untuk waktu makan malam tadi mulai kehabisan bahan adonan. Ia ingat bahwa tadi pagi Bang Chan pergi keluar untuk membeli bahan-bahan, tapi sang pemilik cafe itu sepertinya masih belum kembali. Setelah mencuci tangannya, Woojin memilih untuk pergi keluar dapur dan bertanya pada Woong apakah ada kabar dari Bang Chan.

Begitu membuka pintu, pemandangan Bang Chan, Woong, dan Felix yang tengah bertukar canda langsung terlihat. Woojin segera menghela napas panjang, inilah yang terjadi jika menjadi perkerja di dapur. Kamu akan ketinggalan semuanya.

"Jadi, ternyata Bang Chan sudah kembali," kata Woojin dengan tenang tapi berhasil membuat ketiga teman kerjanya itu menoleh ke arahnya. "kenapa tidak segera meletakkan semua bahan-bahan itu ke dapur, huh?!" serunya sambil menunjuk dua kotak kardus di atas meja yang berisikan bahan-bahan yang telah di beli oleh Bang Chan.

.

.

.

❇amor noster❇

.

.

.

Sepulang berkerja Felix memilih untuk mampir ke pusat perbelanjaan terlebih dahulu, entah mengapa ia merasa ingin membeli sesuatu dan akan menemukan sesuatu yang sangat menarik untuk dibeli. Felix pergi sendiri, meski tidak benar-benar sendiri karena kemana pun ia pergi ada baby di sisinya, dan terus melihat-lihat ke toko-toko yang ia lewati.

Sebuah toko pernak-pernik dengan warna yang bernuansa pastel menjadi pilihan pertama Felix. Begitu ia melangkah masuk, berbagai bentuk dan jenis boneka yang terlihat sangat lembut langsung menyapanya. Felix selalu menyukai boneka, mereka seperti teman kecil yang selalu menemaninya setiap kali tidur. Matanya segera terpaku pada boneka seukuran tubuh manusia, sepertinya akan sangat nyaman jika memeluk boneka itu.

Felix memilih untuk masuk ke dalam toko lebih dulu sebelum ia akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa boneka. Toko itu dipenuhi dengan berbagai pernak-pernik dan aksesoris-aksesoris lucu. Ada banyak snow globe yang begitu indah dan menarik perhatian Felix. Bahkan pemuda berbadan dua itu tidak bisa tidak menahan diri untuk tidak mengambil salah satu snow globe dan menguncangkannya untuk melihat dunia kecil dalam bola itu di hujani oleh salju.

Hanya dengan melihat salju-salju kecil itu berjatuhan di dalam bola, Felix merasakan hatinya menjadi lebih tenang. Mungkin ia akan membeli satu nanti.

Snow globe itu Felix letakkan kembali ke atas rak dan ia kembali menjelajahi toko tersebut. Tanpa disadari, toko itu ternyata cukup luas dan bahkan memiliki tiga lantai yang berisikan berbagai hal untuk di jual. Setelah hampir berputar-putar di toko itu selama lebih satu jam, Felix memilih untuk mendudukan dirinya pada sebuah kursi yang tersedia sebelum memutuskan barang apa yang akan ia beli.

Begitu duduk, Felix baru menyadari bahwa ada banyak sekali pengunjung di toko ini dan bahkan ia menemukan anak-anak yang berlarian di sekitarnya. Setiap anak-anak yang ia lihat mengenggam sesuatu di tangannya dan mereka membawanya ke orang tua mereka dengan harapan bisa memiliki benda itu. Felix tersenyum melihat adegan anak dan orang tua yang tidak jauh dari tempatnya duduk itu, ia mengelus perutnya pelan.

Jika, baby lahir, apakah ia juga akan melakukan adengan seperti itu? Membayangkan anaknya akan datang kepadanya dan merengek untuk dibelikan sesuatu pastinya akan sangat imut untuk dilihat.

"Baiklah, sepertinya kita akan membeli satu boneka besar dan sebuah snow globe untuk kita, baby," kata Felix sambil menatap perutnya, seakan-akan tengah bicara pada bayinya yang ada di dalam sana.

Felix berdiri dari duduknya setelah ia merasa sudah cukup beristirahat, lalu segera menghampiri salah satu pegawai toko untuk membantunya mengambil dan menyiapkan barang-barang yang ingin pemuda bermarga Lee itu pergi. Seorang gadis part-time berambut pendek yang terlihat cerialah yang melayaninya, gadis itu beberapa kali Felix dapati menatap ke arah perutnya yang memang sudah sedikit sulit untuk disembunyikan.

Sadar bahwa tindakannya tidak sopan, gadis itu segera meminta maaf saat pandangan matanya langsung bertemu dengan milik sang pelanggan. Felix sendiri tidak mempermasalahkan hal itu, dan mengiyakan tebakan yang ada di dalam kepala pegawai tersebut.

"Ah! Congratulations!" Gadis itu tiba-tiba berseru dan segera menutup mulutnya. "S-Saya akan segera menyiapkan pesanan Anda," sambungnya dan buru-buru melangkah pergi.

Diberikan ucapan selamat oleh orang asing seperti itu sungguh membuat Felix merasa sedikit aneh, tapi ia tidak bisa menahan senyumnya. Felix kembali menatap kesekeliling sembari menunggu gadis itu kembali. Tapi, siapa yang menyangka bahwa tiba-tiba tatapan matanya segera terpaku pada sosok pemuda berbadan tegap yang baru saja memasuki toko tersebut.

Pemuda itu terlihat sangat tampan meski hanya mengenakan kemeja hitam dan celana jeans dengan warna senada. Felix terdiam di tempatnya dan pemuda itu mengangkat kepalanya hingga akhirnya kedua mata mereka saling bertatapan.

Itu Hwang Hyunjin.

°amor noster: quattuordecimㅡfinis°

Good day, everyone.

Mohon maaf karena delay update yang sangat terlambat ini (╥_╥) Semoga kalian bisa menikmati chapter ini dengan baik dan sampai bertemu di hari Minggu!

Btw, enggak tahu kenapa percakapan awal malah jadi bahasa Inggris. Maaf kalau kalian terganggu dengan itu. Terus, toko akseseoris yang jadi acuanku itu salah satu toko akseseoris terbesar (mungkin ㅋㅋ) di Solo. Yang orang Solo pasti tahu dong hehe, tapi pengalamanku ke sana penjaga/pengawainya tidak seramah di cerita ini \( ̄▽ ̄;)/

Daaan, akhirnya... HYUNLIX kita bertemu, guys!!!

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Wanna buy me a cendol or give me a tip? Copy this link below!

trakteer.id/hunshinedelight

or you can click the link in my bio.

Thank you.

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

That's all, thank you for reading! Stay healthy and stay at home everyone!! Love ya.

xoxo,
hunshine delight

amor noster; hyunlixحيث تعيش القصص. اكتشف الآن