Unadjusted Heart

29.6K 1.8K 34
                                    

Writen by tanzeela_

Keramaian yang ada di sekitarnya tidak memberikan efek apa-apa pada Taeyong. Jantungnya berdegup kencang dan ia merasa sangat gugup. Taeyong menatap orang di depannya yang saat ini masih memakan makanannya dengan tenang.

​"Ten, kau benar-benar jahat."

​Orang yang berada di depan Taeyong, Ten, mengangkat alis, "Kau yakin aku jahat? Aku membantumu menyelesaikan benang kusut kalian."

​"Kau lupa Jaehyun sekarang bagaimana, hah?" Taeyong menaikkan nadanya.

​"Tidak. Tapi ia bahkan mau menjemputmu."

Ten berhenti makan dan menggenggam tangan Taeyong, "Aku dulu salah. Jadi, aku mau memperbaiki kesalahanku dengan mempertemukan kalian lagi setelah aku yang melarang kalian bertemu. Setidaknya, kali ini kau selesaikan dengan benar. Aku tak akan mengganggu kalian lagi."

​Jaehyun, seseorang yang sempat dekat dengannya saat masih sekolah. Taeyong tahu Jaehyun sangat tulus kepadanya, namun saat itu Taeyong sudah menyukai orang lain. Taeyong tahu Jaehyun banyak berjuang untuknya. Saat Taeyong sudah mulai membuka hatinya untuk Jaehyun, orang yang Taeyong sukai malah mendekatinya. Yang Taeyong pilih, bukan Jaehyun.

Ten pun mendukung keputusan Taeyong. Ia memang tak terlalu suka pada Jaehyun. Ten menghalang-halangi Jaehyun yang ingin bertemu Taeyong dan ia pun membuat Taeyong tetap berada jauh dari Jaehyun.

Namun siapa sangka, orang yang Taeyong sukai malah hanya bermain-main dengan Taeyong. Saat Taeyong ingin kembali bersama Jaehyun, sayangnya semua sudah terlambat.

Tak berhenti sampai disitu. Jaehyun terkadang masih menghubungi Taeyong. Akhir-akhir ini semakin sering dan anehnya selalu Taeyong angkat. Ten yang mengetahui hal itu tidak menghakimi baik Jaehyun dan Taeyong.

Masalah mereka belum terselesaikan dan Ten ingin setidaknya hubungan mereka menjadi jelas. Tidak seperti saat ini.

​"Taeyong."

Taeyong membuyarkan lamunannya, "Kenapa?"

​"Jaehyun sudah di depan. Ayo."

Taeyong melirik makanan Ten yang sudah lenyap. Ia menenangkan dirinya sedikit. Lalu ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Ia melihat Jaehyun yang menunggu di atas motornya. Taeyong ingat, motor ini yang dulu selalu Jaehyun gunakan jika mereka pergi berdua.

​"Hei." Jaehyun tersenyum pada Taeyong dan Ten.

​"Apa kabar, Jaehyun?" Tanya Ten.

Jaehyun dan Ten mengobrol sedikit. Dalam hati, Taeyong berterima kasih karena Ten mengulur waktu karena Taeyong belum siap. Tak lama Johnny datang untuk menjemput Ten.

​"Taeyong." Ten memanggilnya. "Let me hug you." Taeyong tersenyum dan langsung memeluk Ten.

Ten berbisik, "Taeyong, kali ini selesaikan masalahmu dengan Jaehyun. Apapun hasilnya, aku akan selalu ada di sisimu."

​"Terima kasih, Ten. Kau sangat mengerti."
​Mereka melepaskan pelukannya. Ten langsung pulang bersama Johnny. Sekarang, sisa Taeyong dan Jaehyun.

​"Ayo, Jaehyun."

​"Pakai dulu helmnya." Jaehyun menyodorkan helm pada Taeyong, "Aku sudah izin Bunda Jaejoong untuk pulang sedikit telat karena aku tak ingin langsung pulang."

Taeyong memukul bahu Jaehyun, "Kau itu selalu seperti ini."

Selama di perjalanan, mereka banyak membicarakan hal-hal yang dulu sering mereka lakukan. Jaehyun berhenti di depan warung tenda yang tak terlalu ramai. Taeyong tersenyum kecil. Dulu saat mereka sering pulang bersama, Jaehyun kerap kali membawa Taeyong ke sini.

​"Warungnya tidak berubah sama sekali, ya." Taeyong mendudukkan dirinya di sebelah Jaehyun.

​Jaehyun mengangguk, "Ya, banyak yang tak berubah di saat semua bergerak maju."

​Dua gelas wedang jahe disodorkan di hadapan mereka. Taeyong mulai menyeruput wedang jahenya. Rasanya tak berubah. Satu tahun yang lalu pun, masih seperti ini rasanya. Bersama Jaehyun, yang Taeyong rasakan selalu hangat.

​"Jaehyun, sebenarnya apa yang kau mau?"

​"Kau. Aku mau kau." Jaehyun menatap Taeyong, "Dari dulu yang kumau hanya kau."
​Taeyong mengangkat alisnya, "Kau tak sadar diri?"

Jaehyun menaruh gelasnya. "Hubunganku dengan Winwin tidak direstui oleh keluargaku. Aku sudah mencoba untuk putus dengan Winwin, namun aku tidak tega saat ia datang ke rumahku dan menangis disana."

​"Ya, Jaehyun. Kau akan selalu tidak tega jika melihat seseorang menangis." Sarkas Taeyong.

"Tapi bagaimanapun, kau tak seharusnya bersikap seperti ini Jaehyun. Saat ini Winwin kekasihmu, aku hanya orang dari masa lalumu."

​"Lalu kau sendiri bagaimana, Taeyong? Apa kau benar-benar bahagia saat ini? Kau sedang dekat dengan Mingyu, kan?"

​"Jangan mengalihkan pembicaraan, Jaehyun." Ucap Taeyong emosi.

​"Aku frustasi. Orang tuaku tidak menyukainya, menyuruhku untuk segera mengakhiri hubungan kami. Sedangkan Winwin tak mau kutinggal." Jaehyun menundukkan kepalanya.

​"Dari dulu kau selalu kurang tegas pada sesuatu." Taeyong menepuk-nepuk bahu Jaehyun, "Tentu kau harus memutuskan apa yang akan kau pilih."

​Sejenak, hanya ada keheningan di antara mereka. Taeyong memilih untuk menghabiskan wedangnya. Ia menerawang dan menatap ke jalanan yang ada di depannya. Jaehyun pun hanya berdiam diri.

​Tak lama, mereka pulang. Di perjalanan, tak ada yang memulai pembicaraan hingga mereka sudah sampai di depan rumah Taeyong. Setelah memberikan helmnya pada Jaehyun, Taeyong sudah siap untuk mengakhiri semua ini.

​"Setelah ini, jangan bertemu lagi denganku. Jangan menghubungiku lagi." Taeyong mengucapkannya dengan tegas, meskipun ia tahu hatinya ikut hancur.

​Jaehyun menatap Taeyong dengan tidak percaya. Namun ia tak membalas ucapan Taeyong.

​"Dan pertanyaanmu tadi, Jaehyun." Taeyong memberanikan diri menatap Jaehyun, "Tidak sebahagia saat aku bersamamu. Selamat tinggal."

​Kedekatannya dengan Mingyu hanya sekedar teman. Sejujurnya, Taeyong pun hanya menginginkan Jaehyun. Tapi ia tahu bahwa ia sudah terlambat. Taeyong tidak ingin semuanya semakin hancur karena dirinya.

Taeyong segera membalikkan badannya dan segera memasuki rumahnya. Namun sebelum ia membuka pagar rumahnya, Taeyong ditarik paksa ke arah belakang. Tiba-tiba ia mendapati dirinya berada di pelukan Jaehyun.

​"Maafkan aku, Taeyong. Maafkan aku yang tak bisa berhenti mencintaimu."

​Taeyong tak ingin menangis, sungguh. Tapi entah kenapa air matanya mulai membasahi wajahnya. Ia ingin berhenti, namun yang terjadi ia menangis lebih keras. Ia merindukan Jaehyun. Pelukan Jaehyun. Tawa Jaehyun. Wangi Jaehyun yang saat ini Taeyong hirup. Taeyong tahu ia salah. Tak seharusnya ia berada di pelukan kekasih orang lain. Tapi untuk saat ini, biarkan Taeyong egois sedikit.

​"Maaf, Jaehyun. A-aku sudah jahat kepadamu."
​Jaehyun memegang wajah Taeyong. Taeyong baru menyadari bahwa Jaehyun pun menangis seperti dirinya.

"Tunggu aku sampai aku menyelesaikan semuanya."

​Taeyong menjawabnya dengan mengangguk.
​Terkadang Taeyong merasa bingung pada Jaehyun. Ia sudah menyakiti Jaehyun dengan memilih orang lain yang bukan dirinya. Lalu ia kerap kali bersikap kasar dan sarkas, namun Jaehyun tetap akan mendekatinya. Jaehyun selalu ada untuknya.

​Lalu mereka berpelukan kembali. Taeyong tak bisa berpikir dengan jernih. Saat ini ia hanya mendengarkan kata hatinya, yaitu bersama Jaehyun.

-

FIN

a.n
Hallo! Ini pertama kalinya ceritaku yang selesai dipublish. Masih banyak banget minusnya. Kritik sarannya akan selalu diterima. Hope you enjoy it!

©excelentjy

ELYSIAN《Jaeyong》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang