CHAPTER 1

220 21 105
                                    

~KTRPA~

31 Desember 2005

Di penghujung tahun kala itu, yang seharusnya di habiskan dengan suka cita merayakan pergantian tahun dan pada tanggal ini pun menjadi moment spesial untuknya karena hari ini hari kelahirannya hari bertambahnya usia.
Namun semuanya tak berjalan sesuai dengan yang ia harapkan, orang tuanya saling memaki satu sama lain saling menyalahkan dengan nada bicara yang sama kerasnya. Satu tamparan mulus mendarat di pipi sang laki-laki.
Anak itu ketakutan ia meringkuk di bawah meja menahan tangisnya sambil menutup kedua telinga.
Ia sudah tak tahan lagi, air matanya jatuh turun menyusuri pipi chubbynya ia berteriak sekuat tenaga hingga membuat kedua orang tuanya terkejut.

Sungguh masa-masa kelam yang ia pun tak ingin mengingatnya.

~~~

Pagi hari yang cerah ini terlihat anak dan ayah sedang malas-malasan di kasur mereka. Padahal sudah pukul 6 pagi yang harusnya mereka menyiapkan diri untuk melakukan aktifitas mereka.

"Ayo bangun siap-siap, gara-gara kamu ini ayah ikut males-malesan."

Gadis ini tak memperdulikan kata ayahnya tangannya tetap melingkar di perut sang ayah. Dia Kirana Anindira Mahardika umurnya sudah 17 tahun tapi ia sangat manja pada ayahnya.

"Kira bangun sekolah."

"Iya yah, ayah duluan aja."

"Awas ya kalau ayah udah selesai kamu masih tidur, ayah tinggalin kamu."

Sang ayah beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Kira mengerjapkan matanya dengan malas ia bangun dan kembali ke kamarnya.
Sudah menjadi kebiasaannya kalau ia sedang tak bisa tidur pasti ia akan mendatangi kamar ayahnya dan tidur disana.

Dia hanya tinggal bersama sang ayah, orang tuanya bercerai sejak ia umur 3 tahun. Ia tak pernah tau bagaimana rupa ibunya, ya di umur yang terbilang masih kecil memorinya tak cukup kuat untuk mengingat rupa ibunya.

Segala sesuatu foto atau apapun itu, yang bersangkutan dengan ibunya sudah tak ada. Entah di buang atau memang ayahnya sudah tak ingin lagi mengingat-ingat apapun tentang istrinya.

Rasanya sudah terbiasa bagi Kirana hidup dengan ayahnya seorang. Bagaimana tidak ayahnya bisa berperan menjadi ayah dan ibu sekaligus untuknya.

Sama seperti pagi ini, Kirana menemukan ayahnya dengan kemeja kerjanya dibalut dengan celemek memegang spatula di tangan kanannya.

"Ayah cepet banget siap-siapnya gak mandi ya." ejek Kirana

"Enak aja gada ceritanya ayah gak mandi, kamu aja yang kelamaan."

"Simbok mana yah.? Kok ayah yang masak."

"Simbok sakit Ra, ijin. Nanti pulang sekolah anterin obat ya kerumahnya."

"Oke yah."

"Nih sarapanya, nasi goreng spesial ala Ayah Juned." kata ayah sembari meletakan sepiring nasi goreng di hadapan putri kesayangannya.

"Makasih ayah Juned Mahardika." senyum Kirana mengembang membuat ayahnya gemas

Juned Mahardika seorang duda yang terbilang sukses. Sukses di segala aspek, entah pekerjaannya, perusahaan yang ia bangun sendiri, prestasinya yang gemilang dan jangan lupakan tampangnya yang rupawan. Bahkan banyak yang mengira bahwa Juned belum menikah. Tidak tau saja mereka, ia sudah mempunyai anak gadis berumur 17 tahun.

Ku Titip Rasa Pada AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang