BAB 1 : Tentang Adik Angkatku, Nadia

4K 86 5
                                    




Kehidupan sempurna adalah pujian yang patut diucapkan kepada Yola, perempuan berusia dua puluh satu tahun yang bertubuh mungil itu begitu beruntung karena di usianya yang masih begitu muda, perempuan itu sudah menjadi tauladan bagi teman-teman seusianya di kampus. Bagaimana tidak, sekarang ini lima buku solo inspiratif berhasil ia tulis, dan menjadi buku best seller seantero Indonesia.

Hingga saat ini, Yola sudah duduk di semester lima program studi Bahasa Indonesia, dan berhasil menjadi mahasiswa yang begitu cerdas di kampusnya. Entah sudah berapa kali ia memenangkan lomba debat Bahasa Indonesia yang diselenggarakan oleh kampus-kampus perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Selain itu, Yola juga termasuk mahasiswa yang cerdas, karena dia hanya menghabiskan waktu dua tahun saja untuk masa SMAnya.  Namun, sepertinya nasib Yola sedang tak beruntung kali itu. Nilai ujiannya anjlok hingga ia tak dapat melanjutkan pendidikan di luar negeri seperti yang diinginkan ayahnya. Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi pada Yola termasuk Karina—sahabat yang selalu ada dalam senang dan sedihnya.

"Yola, aku mau tanya deh sama kamu," ucap Karina pada sahabatnya itu.

"Tanya apa?" Yola balik bertanya.

"Kenapa nilai kamu bisa turun drastis waktu ujian nasional dulu?" Karina mengrenyitkan kening.

"Entahlah, Kar. Aku sendiri juga tak tahu. Padahal, kusamakan porsi belajarku dengan seperti saat aku melakukan UTS atau UAS seperti biasa, ya mungkin sudah rezekiku belajar di kampus ini dan bertemu denganmu." Yola menutup novelnya.

Setiap pagi, selalu saja ada kata-kata manis yang diselipkan dalam kotak bekal yang dipersiapkan Bu Widia untuk putri kesayangannya kali ini. Sebuah roti dengan pesan manis, "Man jadda wa jada" menjadi pengantar Yola dalam mengawali kegiatan kampus pagi ini. Kadang, dengan membawa bekal seperti itu Yola lebih sering dijuluki anak mama oleh teman-temannya tapi,

Yola tak pernah sedikit pun menaruh benci kepada mereka karena julukan itu. Baginya, panggilan yang diberikan teman-temannya kepada gadis itu merupakan bentuk rasa sayang sebagai seorang teman terhadapnya. Bukan ungkapan kebencian, ia bersyukur dengan nikmat Tuhan yang dikaruniakan kepadanya. Keluarga yang lengkap, teman-teman yang selalu mendampingi bagaimana pun keadaan yang sedang menimpa dirinya. Intinya dia benar-benar bersyukur dengan kesempurnaan hidup yang ia terima.

Seperti kali ini, debat bahasa Indonesia akan dilakukan di kampusnya dalam rangka kegiatan pekan seni yang rutin diadakan setahun sekali, dan lagi-lagi dialah yang ditunjuk untuk mewakili kelasnya dalam lomba debat tersebut. Rasa haru menyelimuti hatinya, sudah tiga kali ini Yola ditunjuk oleh dosennya untuk mengikuti debat tersebut. Ah memang benar-benar sempurna sekali hidupnya. Materi yang berkecukupan, orang tua yang masih lengkap, kepandaian berpikir, juga kecantikan yang selalu terpancar pada wajahnya. Membuat seluruh mahasiswa takjub kepadanya tentu saja, banyak mahasiswa juga yang ingin menjadikan ia seorang kekasih. Namun, memang dasarnya Yola adalah gadis cuek sehingga tak semua laki-laki dapat menarik perhatiannya.

Memang, percintaan tak terlalu dipikirkan oleh gadis yang selalu berpenampilan modis ini. Baginya masa depan lebih ia pentingkan, daripada cinta sesaat yang hanya akan membuang waktunya dengan sia-sia.

"Gimana, udah siap lomba debatnya, Yol?" Andre datang dengan membawa dua botol air mineral di tangannya.

"Siap." Yola menjawab pertanyaan Andre dengan gaya cuek yang jadi ciri khasnya.

"Datar banget sih, jadi cewek." Andre menjawab ketus.

"Biarin, Wlee." Sebuah ledekan diberikan Yola kepada Andre. Namun, walaupun hanya ledekan Andre tetap berbahagia setidaknya ia dapat tetap dekat dengan perempuan berotak cerdas itu.

RetakWhere stories live. Discover now