Dunia Sedang Bercanda

416 27 1
                                    


Kebaikan dunia seakan berpaling darinya. Berawal dari Andre, yang berpaling dari cintanya dan kemudian seisi dunia seakan meninggalkan Yola begitu saja. Apalagi sekarang wajahnya rusak, tak bisa secantik dulu. Ah ... siap-siap saja, ia semakin dicampakkan oleh Shopia nantinya. Sebab, Shopia sudah berhasil membalaskan dendamnya kepada Yola.

Hati perempuan bertubuh mungil itu patah ketika melihat wajahnya di cermin. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan dalam hidupnya. Tak lagi cantik dan punya segalanya seperti dahulu kala. Ia bingung, bagaimana jika ia harus ke rumah sakit nanti untuk menjenguk sang ayah? Bagaimana cara menyembunyikan luka bakar di wajahnya? Tentu, Yola pun tak ingin menambah beban pikiran ibu tercinta dengan hadirnya lukisan baru di wajah bersihnya.

Gadis itu memeluk lututnya, seperti sudah tak ada lagi kekuatan yang membuatnya semangat untuk menjalani kehidupan. Semuanya hilang, ketika kekurangan mulai muncul perlahan dari hidupnya. Siapa yang harus disalahkan untuk hal ini? Shopia? Tak mungkin Yola menyalahkan Shopia, sebab Shopia pun juga merasa pernah teraniyaya dengan perlakuan ayah Yola ketika keadaan mereka masih serba tercukupi.

Namun, di tengah-tengah kekalutan hati Yola. Pintu kamar gadis itu terketuk, asisten rumah tangganya sudah pulang dari rumah sakit. Ah ... ia masih belum siap menghadapi dunia ketika mengetahui wajahnya yang kini tak lagi sempurna. Apa yang akan dikatakakannya jika nanti asisten rumah tangga bertanya kepada Yola mengapa wajahnya telah berubah menjadi seperti monster yang mungkin bisa saja membuat Nadia jadi ketakutan?

"Assalamu'alaikum, Neng."

"Waalaikumussalam, Bi."

"Tolong buka pintunya, Neng. Ini Bibi bawakan bubur ayam dari rumah sakit. Neng Yola belum makan, kan?"

"Taruh meja aja, Bi. Yola belum lapar."

"Jangan begitu, Neng. Bibi tahu sudah setengah hari Neng, nggak makan, kan?"

Yola tak menjawab, bulir bening masih setia membasahi pipinya. Sebenarnya, ia memang sangat lapar. Namun, lapar itu terkalahkan dengan perih yang dirasakan oleh Yola. Entahlah, sampai kapan Allah akan menguji kesabarannya bersama seluruh ujian yang kini sedang diterima olehnya. Sebenarnya, Yola sangat paham akan hal ini. Sangat paham tentang makna kehidupan yang sesungguhnya yaitu tentang hidup adalah tempat menjalani ujian. Ia yakin, setiap hamba memiliki kadar ujian sendiri-sendiri. Sebab, itulah yang pernah ia baca dalam sebuah buku keagamaan. Namun, sampai kapan ia akan selalu diuji seperti ini?

Tak sabar menunggu jawaban dari Yola, asisten rumah tangga pun segera mendobrak kamar gadis berusia dua puluh satu tahun itu. Ia penasaran, mengapa Yola terlalu lama membuka pintu. Setelah pintu terbuka, betapa terkejutnya asisten rumah tangga tersebut ketika melihat wajah Yola. Kulit putihnya melepuh, penuh luka. Beribu tanya memenuhi pikiran sang asisten rumah tangga. Tanpa menunggu lama, ia segera menghampiri anak majikannya itu dengan air mata yang deras mengaliri wajahnya.

"Apa yang sudah terjadi, Neng?" tanya si asisten rumah tangga itu

"Shopia, Bi. Sepertinya ia tak bisa sedikit saja membiarkan Yola bahagia." Yola menyeka air matanya.

"Ya Allah ... mengapa ia begitu tega dengan Neng Yola? Apa salah Neng sama dia?"

"Ada, kisah masa lalu yang membuat hati Shopia begitu terluka, Bi. Padahal, Yola sama sekali tak ambil bagian dari kisah ini. Ini semua salah Ayah."

"Sudah, Neng. Tak usah diceritakan. Nanti, Neng malah semakin sakit hati dengan Pak Amar. Oh ... iya, Bibi ada syal. Neng, bisa pakai syal ini untuk menutupi wajah Neng yang terluka. Ingat Neng, Allah tak akan menguji hamba di luar batas kemampuannya."

RetakWhere stories live. Discover now