Georgi:
siap-siap aja lo bakalan
kalah di bawah kaki gue?

Atlantas:
dalam mimpi lo

Georgi:
fuck!

"Parah emang. Udah beberapa kali kalah masih aja nantangin. Minta di ruqyah nih emang," celetuk Sandi setelah membaca roomchat tersebut.

"Nji, di dekat rumah lo ada ustadz, kan? Ntar pas kita ke markas Hanter bawa aja sekalian, biar si Geo di ruqyah."

"Nggak ada akhlak lo," celetuk Anji diiringi dengan tawa pelan. Ia membuka mata, dan ikutan melihat ke dalam isi ponsel Atlantas sebentar. "Tapi gue sebenarnya malah salfok sama balasan Atla si anjir, singkat bener dah kayak kurang lengkap gitu keyboardnya."

"Sialan gue ngakak!" Sandi langsung melemparkan sebuah bantal tepat ke wajah Anji, membuat cowok tersebut mendelik tajam.

"Ampun bang jago," ucap Sandi malah bernyanyi.

"Bang jago pala lo! Sakit nih, anjir," sengit Anji. Sandi tidak memperdulikannya.

"Lagian nggak bisa apa di selesaikan dengan kekeluargaan? Berantem mulu elah kayak anak TK rebutan pensil," kata Ucup ditengah-tengah keributan Sandi dan Anji.

Anji yang mendengar tersebut langsung berdiri.

"Nggak! Nggak bisa! Nggak akan pernah bisa di selesaikan dengan kekeluargaan. Karena gue haus keributan!!" ucap Anji sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas, seolah-olah sedang menghajar orang.

Leo hanya bisa geleng-geleng. "Si Anji minta di hujat emang."

"Cocok aja sih dihujat, liat wajahnya aja nyebelin," timpal Liam.

"Jadi, kita serang Hanter?" tanya Sean-cowok paling normal kedua setelah Atlantas si Bos geng. Meladeni obrolan teman-temannya yang lainnya tidak akan ada habisnya.

"Yakin lo? Gue rasa kali ini Hanter nggak main-main. Bisa aja, kan, mereka main curang."

Atlantas diam, menerawang jauh ke depannya dengan wajah yang tidak bisa dijabarkan, lalu tersenyum miring.

"Nggak akan ada yang bisa ngalahin gue," ucap Atlantas terkekeh sinis.

Yang lainnya diam. Anak-anak Bandidos tau, sebrutal apa Atlantas di jalanan. Jangan pernah cari perkara dengan cowok blasteran tersebut kalau tidak mau berujung di kuburan. Setidaknya dengan kalimat tersebut sudah mampu membuat lawan ketar-ketir lebih duluan.

Sean menatap Atlantas. "Gue nggak pernah ngeraguin kemampuan lo. Cuman, kali ini feeling gue nggak enak," ucap Sean serius. Yang lainnya cuman menyimak tanpa mau menyela.

Jika di Bandidos ada Atlantas yang berperan sebagai ketua, maka Sean ini adalah tangan kiri Atlantas. Cowok tersebutlah satu-satunya yang bisa Atlantas percayai.

Atlantas tersenyum miring. Kali ini terlihat lebih seram dan membuat merinding. Hawa di sekitar meraka berubah menjadi mencekam.

"Cukup persiapan bawa senjata kecil aja kalau keadaan emang terdesak," ucap Atlantas.

Sean dan yang lainnya hanya mengangguk-angguk.

ATLANTAS || ENDWhere stories live. Discover now