Bagian I

4.6K 365 18
                                    

Entah Mingyu perlu merasa bersyukur atau mengucap sial. Dia telah menganggap dirinya lelaki malang yang sudah berputus asa dengan dirinya sendiri.

Hari ini seharusnya ruhnya telah terbang dibawa Tuhan entah kemana. Sebab, dia sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya namun sepertinya Tuhan berkata lain.

Si pecundang ini menceburkan diri di salah satu jembatan yang berdiri diatas sungai Han. Tengah malam, tanpa pikir panjang dia terjun bersama linangan air mata.

Menyedihkan dan jika diingat itu sangat-amat memalukan.

Namun, keputusannya hari ini sudahlah bulat. Mati adalah jalan terakhir setelah cintanya berkhianat di depan matanya sendiri. Rasanya ketika itu dunianya seperti runtuh begitu saja.

Ia kecewa.

Dengan dirinya dan juga cintanya.

Di tengah pikiran kacaunya dia terus menyalahkan Tuhan dan sesampainya di depan jembatan dia sadar... semua ini adalah salahnya.

Namun sekarang...

Dia hidup. Tubuh dan ruhnya masih bersatu. Wajah dan tubuhnya pun tidak berubah. Dan tentu saja seluruh hidupnya pun tetap sama seperti terakhir kali dia ingat.

"Hyung, aku tidak jadi mati."

"Mingyu! Apa kata-"

'tut...tut'

Panggilan itu terputus dan Mingyu pun pergi tidur.

.

.

.

.

.
Tbc

.

.

.

.

.

.
Ga ada 200 word nih enaknya update next chap hari ini atau besok aja? 🤔

Trouvaille | MEANIE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang