( Part 1 )

37 2 0
                                    

Happy Reading Teman Teman❣️❣️❣️

"Aku mau ngomong sesuatu, tapi gak bermaksud kalau aku mau...." Alya menggigit bibirnya

Stevan yang sudah gak bisa duduk diam kini membuka suaranya
"Terus kamu beneran mau nikah sama Axelle?"

Alya langsung jijik mendengar nama yang disebut Stevan itu. Dia benci apabila mengingat keputusan Ayahnya untuk menjodohkan dia dengan Axelle Neandro Bastian yang terkenal dengan buaya daratnya itu.

"Sekali pun aku mati, terus hidup lagi gak bakalan aku mau nikah sama dia.." ujar Alya.
"Hemm, sama kayak aku!" desis Stevan ketika melihat reaksi Alya.
Alya tiba tiba tersedak, untung saja air yang dia minum tadi gak kesembur ke muka Stevan.

"WHAT??? Papa kamu juga nyuruh kamu nikah sama Axelle?" tanya Alya dengan wajah yang terkejut.
"Bukan itu, kamu kok gak peka sih!!
Alya tertawa melihat muka Stevan merah menahan marahnya.

"Al, aku serius ni, aku gak mau nikah sama Naily. Aku lihat dia jalan aja mataku udah tersiksa apalagi dengarin dia ngomong, telinga aku sakit tau. Coba deh bayangin, kalau aku nikah sama dia, bakalan tersiksa aku seumur hidup sama dia. You know what I mean about her.

"Terus, kamu mau kita ngelakuin apa?" tanya Alya sambil meminum es sirupnya.
"Gimana kalau kita nikah" jawab Stevan dengan santai. Dia menunggu reaksi Alya gimana seterusnya. Namun Alya biasa saja mendengar ucapan Stevan tadi.
"Terus kalau udah nikah, selanjutnya kita mau ngelakuin apa?" dengan santai Alya bertanya lagi.

"Ya selayaknya suami dan istri..."
Alya bingung harus gimana, dia terus bermain dengan gelasnya yang masih berisi es sirup. Sudah banyak hal yang menggangu pikiran Alya sekarang. Dan sekarang dia hanya memikirkan baik dan buruknya jika dia setuju dengan ide Stevan.

"Gini aja, let's us talk about the pros and cons of this idea.." seakan akan Stevan tahu isi pikiran Alya.

"Okay, pro pertama!"
Stevan udah siap dengan pro pertamanya. "Okay, keuntungan pertama kita adalah, you and I have known each other for a long time, 5 years for that fact and we are Bff too, so we know each other inside and out.." Alya spontan mendengar pro dari Stevan. Memang benar mereka udah lama kenal dan cuma Stevan satu satunya cowok yang Alya bisa percaya selama ini.

"Second, because I'm handsome boy, so kamu beruntung banget nikah sama aku.." Stevan tersenyum nakal.
Pengen saja telinga Alya copot mendengar ucapan dari Stevan. "And I think you is normal too, not defects so gak rugi banget kalau nikah sama aku.."

Alya sudah ingin melempar gelas yang ada dihadapannya tapi masih ditahannya karena dia masih memiliki sikap sabar. " Dan orang tua kita juga udah saling kenal kan, so kita..."

"Nah, itu dia masalahnya.." Alya memotong dengan cepat sambil memukul meja. "Kamu pikir orang tua kita gak tau tentang hubungan kita gimana, kalau mereka curiga sesuatu gimana. Ihh gak boleh!! Kalau mereka tahu kita nikah cuma gak mau nikah sama pilihan mereka, nanti gimana nasib kita..."

Dengan santai Stevan jawab "Kita bilang aja kalau kita pengen nikah, emang mereka bisa apa? Terserah mereka mau curiga apa gak. Kalau kita menyakinkan mereka gak mungkin mereka akan curiga alasan sebenar kita mau nikah. Lagi pula, it's possible bangetkan kalau kita benar benar nikah?

Alya langsung mengangkat alisnya, "Maksudnya??"
Stevan hanya mengangkat bahunya menandakan,"Just saying..."

"Oke, gimana dengan kontranya? I can't even think one dear,.."
Alya hanya tertawa kecil, "Am I that good huh..?"
"Well,if you say like that, yang penting kamu gak kayak Naily yang gatal sana sini, dan kamu jauh lebih baik dan jauh lebih cantic darii dia.."
"Alay tau.." ujar Alya melihat Stevan datar.

"Baiklah, aku akan buat keputusan, kita nikah. By the way, in my opinion, you is not bad too." Alya tetap dengan keputusannya untuk nikah dengan Stevan. "Lebih baik nikah sama orang yang kita udah kenal luar dan dalamnya daripada nikah sama orang kayak Axelle. I wish, aku gak rugi apa-apa nikah sama Stevan." batin Alya.

"Like you said, Am I that good huh,?" Stevan meniru ucapan Alya dengan tersenyum nakal.
"Bodoamat".. Alya udah gak betah untuk meladeni cowok yang ada didepannya sekarang.

"Oke, its deal huh? Kita nikah!!"
"Oke, kita nikah.." Alya mengucapkan kata yang sama dengan Stevan sambil menganggukan kepalanya tanda setuju.

"OH MY GOD!! Its very possible, aku akan nikah sama sahabat aku sendiri..." ujar Alya dalam hati...

"Tapi ini gak marriage contract kan...? Janji sama aku, we'll try to make this marriage works no matter is happen. Atau... nikah baru kita try to falling in love each other or else....."

Alya kaget mendengar ucapan dari Stevan.  Seakan-akan gak percaya dengan ucapan Stevan barusan.
"Tapi kalau kita bener-bener gak serasi atau gak sesuai yaudah kita buat jalan masing-masing, oke?" lanjut Stevan..

"Aku gak bias janji, tapi let's see, what will be happen to us.." ujar Alya.
Hening..........
"Oke, Friends with Benefits. That's us after this...." ujar Stevan memecahkan keheningan..
"Eh, aku baru aja mau ngomong kayak gitu tadi.."
"Hahah!!.. Mungkin kita ditakdirkan untuk selamanya kali.." seketika hening menghantui mereka lagi..

"Nah bayar sana.." Stevan mengeluarkan uang Rp50.000.00 lalu mengambil hp dan juga kunci mobilnya...
"Quickly please, we have many work to do, especially planning about our marriage..." lanjut Stevan yang sengaja membuat Alya marah....

"Yes Mr. Stevan Grill..." jawab Alya dengan menahan marahnya, ingin saja dia membunuh cowok yang sedang berjalan di depannya..

Alya berpikir dengan keras, apakah keputusannya ini udah bener? Alya seakan-akan tidak percaya dia bakalan setuju dengan ide ini. Setelah nikah, dia akan duduk serumah, tidur serangjang dan share everything with the guy? Errkk!!...

"Bisa gak sih aku batalin aja pernikahan ini? Tapi kalau aku batalin, ntar aku disruruh nikah sama Axelle... Iihh gak mau.. okay calm down Alya, just think, Evan is better, Evan is better more than Axelle.." batin Alya

Stay (Complete) (Cerpen)Where stories live. Discover now