1

356 43 2
                                    

Hujan menguyur kota Seoul yang gelap dan mencekam. Angin kencang serta rintikan hujan yang begitu deras membuat orang-orang yang berlalu lalang merapatkan mantel hujan dan menutupi diri mereka dengan payung. Asyik dengan kehidupan pribadi, tak ada seorang pun menyadari sosok gadis mungil yang berdiri basah kuyup ditengah derasnya hujan. Tanpa alas kaki, gadis mungil itu menundukkan kepalanya agar orang tidak ada yang melihat tangis air matanya.

"Ibu" kata pertama yang disuarakan gadis mungil yang mempunyai bibir pucat itu. Menghapus air mata serta air hujan yang membasahi pipi tembemnya, kata itu kembali keluar dari bibirnya.

"Ibu" isak gadis itu. Tubuhnya bergetar hebat. Angin semakin kencang berhembus mengantarkan hawa yang semakin dingin.

"Seungwan!"

Mata coklat gadis mungil itu terbuka lebar, tangannya mengepal dengan erat dan wajah yang tadi tertunduk menengadah lurus ke depan. Pandangannya tertuju pada sosok gadis yang hampir mirip dengannya sedang memegang payung dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Seungwan-"

"Pergi!"

"Seungwan, dengarkan kakak-"

"Aku bilang pergi, Joohyun!"

"Seungwan-"

"Aku tidak ingin melihat wajah pembunuh ibuku"

"Kamu salah paham, bukan kakak yang membunuh ibu"

"Diam kamu Joohyun! Apa kamu tidak tahu malu setelah perbuatan kotormu telah terungkap dan tidak mengakui kesalahan yang kamu dan ibumu perbuat kepada ibuku? Dimana otakmu? Hah?" teriak gadis mungil yang bernama Seungwan itu.

Joohyun melangkahkan kakinya dan berusaha meraih tangan Seungwan namun gagal karena gadis mungil itu menghempaskan tangan milik Joohyun.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu-"

"Seungwan-"

"Aku akan membunuhmu Joohyun! Matilah kau" teriak Seungwan sambil mencekik leher Joohyun dengan kuat.

"Se.. Seung.. Wan" gumam Joohyun dengan pelan.

"Matilah kau dan hiduplah di neraka selamanya"

"Seungwan!"

Joohyun terbangun dengan nafas tersengal-sengal sambik memegang lehernya. Nihil! Dirinya masih hidup dan gadis menetralkan nafasnya. Dilihatnya ke sebelah tempat tidurnya dan kosong.

"Seungwan!" panggil gadis itu sambil turun dari kasurnya. Dibukanya pintu kamarnya dan gelap.

"Seungwan, kamu dimana?"

Dengan langkah pelan, Joohyun turun ke bawah ruang tamu dan melihat lampu dapur yang kini tengah menyala. Penasaran, Joohyun melangkahkan kakinya ke arah dapur.

"Seungwan-"

Terkejut, gadis yang dipanggil oleh Joohyun itu menoleh ke arah suara dan menghentikan aktivitasnya.

"Kakak! Aku kira tadi siapa, ternyata-"

"Kenapa? Kamu kira aku adalah ibu?"

Seungwan diam dan melanjutkan aktivitasnya lagi.

"Kakak ngapain disini? Nanti ibu lihat bisa-bisa kita kena marah. Lagian kakak besok kerja lagi" kata Seungwan.

Joohyun tersenyum dan membelai rambut halus milik adiknya itu.

"Kakak nggak bisa tidur kalo kamu nggak ada disebelah kakak"

"Benarkah? Tolong, jangan seperti anak kecil lagi. Kakak itu udah gede, bentar lagi mau nikah tapi tidur aja masih ditemani" sungut Seungwan.

"Lagian kamu ngapain sih? Tengah malam didapur?"

Seungwan menunjukkan mie ramen miliknya yang baru saja direbus.

"Aku lapar dan membuat mie ramen"

"Loh, bukannya kamu sudah makan?"

Seungwan menganggukkan kepalanya.

"Sudah, tapi sedikit jadi aku lapar lagi"

"Jangan bilang kalo ibu-"

"Tidak.. Tidak.. Aku hari ini malas makan jadi hanya sedikit saja makannya"

Joohyun menatap Seungwan sedangkan yang ditatap asyik dengan mie ramen buatannya.

"Kakak mohon kamu jangan membela-"

"Sudah berapa kali aku katakan, aku malas makan nasi tadi dan berakhir dengan mie ramen. Kalo kakak tidak percaya, coba lihat dikulkas pasti masih ada sisa makanan"

Joohyun takut kalo Seungwan berbohong padanya tentang perlakuan ibunya selama Joohyun tidak ada dirumah.

"Ibu hari ini baik padamu, kan?"

"Aku tidak bertemu dengannya hari ini?"

"Kamu pulang jam berapa dari kampus?"

"Jam 6 sore"

"Apa ibu tidak ada diruang tamu seperti biasanya?"

Seungwan menggelengkan kepalanya sambil menikmati mie ramennya.

"Apa kakak mau?" tawar Seungwan.

"Tidak, kakak sudah kenyang" sahut Joohyun senyum.

"Sepertinya besok aku agak lama pulang?"

"Kenapa?"

"Ada tugas wawancara dengan pemilik Min's Group, janji jam 6 sore"

"Min's Group?"

"Ya"

"Apa perlu kakak-"

"No way, aku bisa sendiri" sungut Seungwan.

"Yakin?"

"Kenapa sih kakak tidak pernah yakin dengan hasil keringatku sendiri?"

"Bukan kakak tidak yakin, kakak hanya-"

"Stop! Aku udah gede dan nggak mau terus bergantung dengan kakak! Aku juga ingin sukses dan bekerja dengan hasilku sendiri"

Seungwan berdiri dan meletakkan mangkuk mie-nya ke wastafel, berjalan melewati Joohyun menuju ke arah pintu dapur.

"Kamu marah?"

"Siapa yang tidak marah kalo kemampuan sendiri diremehkan"

"Seungwan, bukan itu maksud kakak"

"Sudahlah, ini sudah tengah malam. Nanti ibu bangun dan menyalahkan aku yang membuat onar di tengah malam"

Seungwan pergi meninggalkan Joohyun yang berdiam diri sambil melihat punggung milik Seungwan.

"Seungwan, maafkan kakak" gumam Joohyun pelan.

Sedangkan Seungwan yang kini menaiki tangga menuju ke arah kamarnya, berhenti sejenak dan melihat ke arah Joohyun.

"Bodoh!"



























~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BLACK S(EUNG)WANWhere stories live. Discover now