14 : Insecurity

Comincia dall'inizio
                                    

"Vin, lo kenapa deh dari tadi cengar-cengir mulu? Jangan-jangan lo masih sakit ya?"

Hiro kembali tersentak dari lamunannya, ia menatap sahabatnya yang kini sudah ikut duduk di hadapannya sambil terus mengamatinya dengan tatapan penasaran.

"Gak kok, udah sembuh," jawab Hiro singkat.

Rafael tiba-tiba teringat sesuatu. "Oh pasti ini ada hubungannya sama Kiara kan? Kemarin gue drop dia di depan rumah lo abis nganterin dia belanja di supermarket."

Lantas Rafael tertawa ketika mengamati ekspresi Hiro yang mendadak terlihat nervous setelah mendengar nama Kiara, bahkan kuping sahabatnya itu saat ini sudah memerah.

"Apaan sih? Sok tau lo! Gue tuh lagi seneng karena bentar lagi mau ketemu Bunda," elak Hiro mencoba membohongi Rafael, tentu saja Rafael tidak semudah itu dibohongi, mengingat ia sudah mengenal Hiro sejak pria itu menjadi adik tingkatnya sewaktu kuliah.

"Oh iya, ada salam dari bunda, untung gue inget kan," sambung Hiro lagi, kali ini dia tidak berbohong karena memang bundanya menitipkan salam untuk Rafael dan...

Sial!

Hiro kembali mengingat Kiara, gadis yang tak pernah keluar dari ingatannya barang sedetik pun sejak kemarin.

Rafael lagi-lagi membuyarkan pikirannya. "Salamin balik buat Bunda, bilang El kangen masakannya," ucapnya sambil tertawa.

Hiro pun menganggukkan kepalanya, ia tak berniat memperpanjang obrolan dengan sahabatnya itu, waspada jika Rafael akan mengetahui perasaan yang sedang tumbuh dalam hatinya.

Baru saja Hiro akan berdiri dari tempat duduknya, namun Rafael sudah kembali bersuara dan seketika itu pula dirinya membeku di tempat.

"Gimana, lo udah bisa mastiin perasaan lo apa belum?"

Udah, tapi gue bingung harus gimana.

"Belum, gue gak mau terlalu pikirin masalah itu, masih banyak laporan pasien yang harus gue selesaikan."

Rafael kembali mencium tanda-tanda ke-bullshit-an dari perkataan Hiro. Ia pun menggelengkan kepalanya. "Ya udah, asal lo inget aja perkataan gue tempo lalu, jangan sampai terlambat lalu kemudian menyesal."

Setelah itu, Rafael menepuk pundak Hiro sebelum ia beranjak keluar dari dalam ruangannya.

•••

"Kiara!"

Sang gadis yang baru saja dipanggil namanya langsung menoleh, ia melihat Irina dan Syila berjalan menghampirinya.

"Eh? Kak Irina, Kak Syila... ada apa Kak?"

Irina pun menggandeng tangan Kiara, "hari minggu kan kakak kamu pulang dari Venice, pas banget di hari ulang tahun kakak. Nah rencananya kakak mau ngadain surprise kecil-kecilan buat dia."

Lah yang ulang tahun siapa, yang dikasih surprise siapa?

"Kakak butuh bantuan apa? Biar Kiara bantu!" Kiara berujar dengan semangat, karena dulu dirinya dan Keanu adalah mak comblang yang mendekatkan Dera dengan Irina.

"Kamu bisa bantu kakak bikin nasi tumpeng kan?"

Kiara mengernyitkan dahinya. "Tumpeng? Kenapa gak bikin cake aja kak?"

Gone With The WindDove le storie prendono vita. Scoprilo ora