Dendam Bang cendol

29 3 1
                                    

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un telah bepulang ke rahmatullah H. Abdulah bin Bansir pada jam 03.45 subuh.

Gerimis kecil diiringi tangisan pun pecah di rumah orang tua Sulaiha.
.
"Yang sabar, Neng. Abang do'akan semoga husnul khotimah. Segala dosa diampuni," ucap bang cendol lewat via telpon.

"Iya, bang. Terima kasih do'a nya."

"Maaf abang nggak bisa ke sana karena jarak yang jauh. Abang hanya mendoakan dari sini saja."

"Iya, bang. Sulaiha mau persiapan buat tahlil abah dulu sehabis isya. Nanti kita lanjutkan lewat BBM aja, bang. assalamu'alaikum."

"Wa'alakumus salam."
____

Dua bulan sebelumnya Sulaiha membawa abah dari Tarakan ke rumah sakit ternama di Samarinda, dengan niat mau mengobati abah yang sakit hampir 1 tahun tidak bisa bergerak, lumpuh total dari leher sampai kaki. Hanya kepala saja yang bisa bergerak itu pun terbatas.

"Tinggal di rumah Kakak Ferdy saja ya, Abah. Kebetulan Kak Ferdy ditugaskan kerja di Samarinda selama 6 bulan."

Abah hanya mengangguk tanda setuju

"Mama jangan melamun, insha Allah Abah akan sehat kembali dan bisa aktivitas seperti dulu, memandikan jenazah, menjadi imam di mesjid, membantu pembagian zakat."

" Mama harus kuat, Kak Ferdy dan Sulaiha akan berusaha mencari obat buat Abah biar kembali sehat."

"Tetapi El ... (panggilan sulaiha) mama yakin abah kamu itu bukan sakit medis coba bayangkan, 4 dokter spesialis syaraf memeriksa semuanya nihil tidak ada gangguan apa pun," seru Mama dengan antusias.

"Sudah, Ma. Jangan berfikir yang aneh-aneh. Abah orang baik di kampung, sering membantu, mana mungkin ada orang yang dendam," tukas Sulaiha.

"Hati orang kita tidak tau El. Di depan baik, tetapi di belakang menusuk."

"Sudah-sudah. Mama sama El ini ngobrol apa berantem? Kasian Abah di dalam kamar nggak ada yang temani," ucap Ferdy.

"Ya sudah mama jaga abah dulu nanti gantian aja jaganya."
.
Sambil duduk di teras rumah tiba-tiba Ferdy bertanya.
" El ... Di samarinda punya kenalan dukun atau orang pintar gitu, kah?"

"Gak ada, Kak. Teman kampus banyak, sama teman nongkrong di cafe. hehehe."

Sambil mengingat-ingat terbesit di dalam hati menghubungi abang cendol.

Tapi apa bisa ya, Abang cendol bantu? Nanti saja lah abang cendol kan super sibuk susah di hubungi. Lagi pula tidak mungkin penyakit abah diakibatkan kiriman orang.

"Hayo ... El melamun mulu."

"Apaan sih, Kak. Bikin kaget aja. Ya sudah, El mau mandi dulu, udah gerah, lengket semua badan rasanya."

"Besok jam 7 pagi kita harus ke rumah sakit ambil nomor antrian."

"Iya, Kak."

"Ngomong-ngomong Ela laper nih, temani cari makan ya di luar selesai mandi."

"Ah, kamu itu El, makan mulu kerjaannya. Percuma ikut aerobik tiap hari kalau makan terus," sindir Kak Ferdy.
.
"Biarin ye." Sulaiha berlari kecil masuk menuju kamar mandi.

#####################

#hitamatauputih

Sembilan ... Sepuluh ... Sebelas ... Dua belas.
Ahhhh ... Loyo amat hari ini olahraga rasanya kurang suplemen susu sepertinya," ucap Abang cendol.

Seminggu 3 kali kadang abang cendol olahraga gym, lumayan mencari keringat, dari pada di rumah memandang demit melulu.
.
"Sudah selesai, Bang latihannya?"
tanya (Daniel)

"Sudah. Capek. Besok gak latihan mau jualan cendol aja dulu, kejar target mau beli HP android."

" Semangat, Bang, jualan cendolnya."

"Siap, Dan. Ehn sekali-sekali ajak Dollmen tuh, olahraga, jangan kerja terus jadi buncit tuh perut, di depan laptop mulu.

" Gak mau, Bang. Susah diajak olahraga tuh anak."

" Aku pulang dulu, Dan. Sudah jam 9 malam nih. Salam ya, buat cewek yang itu tuh, baju putih. hahaha."

"Abang ini bisa juga goda cewek," ucap Daniel.
.
Selesai olahraga bang cendol niat mau beli makanan karena sangat lapar yang tidak tertolong. Para naga diperut sudah pada demo.
Mungkin di dekat rumah sakit ada warung makan.

"Alhamdulillah terisi penuh nih perut."
.
Selesai makan bang cendol langsung pulang. Baru mau naik motor dari kejauhan terlihat Sulaiha sedang jalan sambil membawa sekantong belajaan.
.
"Neng ... Neng Arab! oy neng ...!!?"

Sulaiha pun menoleh mencari asal suara yang tidak asing. Cuma abang cendol berani memanggilnya neng Arab.

"Mau kemana, neng? malam-malam keluyuran? nanti diculik demit baru tau."

" Abang tuh ngpain malam-malam?"

"Hahaha Abang habis olahraga neng."

"Neng Arab sendiri mau kemana?"

"Abah saya sakit, Bang. Sekarang lagi terbaring di ICU, sempat tidak sadarkan diri pas pemeriksaan dokter spesialis saraf. Do'akan ya, Bang, semoga abah sehat," kata Sulaiha dengan mata berkaca-kaca.
.
" Abang antar ke dalam ya, Neng, sekalian mau lihat kondisi Abah bagaimana?"

Karena jarak rumah makan ke rumah sakit berdekatan, tidak terlalu jauh, maka Bang cendol berniat mengantarkan Sulaiha.
.
"Boleh bang, tapi kita cuma melihat dari luar saja karena jam besuk sudah lewat, Abang tau sendiri kan  rumah sakit ini ketat penjagaanya? "

" Iya, neng, abang cuma pengen liat kondisi Abah aja dari jauh."

.
Sampailah mereka di sana.
Abang cendol hanya terdiam membisu sambil mengerutkan dahinya dan mengepalkan  tangan sekeras mungkin.

"Keterlaluan! niat membunuh mereka ini," ucap pelan bang cendol saat melihat dari kaca jendela kondisi Abah Sulaiha.

" Kenapa, bang? kok seram begitu raut wajahnya?"

"Sudah berapa lama Abah sakit?"

" Hampir satu tahun, Mas." mama sulaiha menjawab dari belakang.

"Eh, mamanya Sulaiha ya?" tanya Bang cendol sedikit sungkan.

" iya, saya mamanya. kamu bang cendol, ya? yang pernah ngusir macan dari badan Ela?"

"Kejadiannya sudah lama, bu. hehe."

"Apa yang cendol lihat dari Abah Ela sekarang?"

"Mama ini apaan sih? kok langsung bertanya seperti itu ke bang cendol," sergah Sulaiha.
.
Dengan sedikit kesal bang cendol menjelaskan apa yang dia saksikan pada diri abah Sulaiha.

"Sebenarnya Abah ini lumpuh di setiap sendi tulang. Ada tulang babi yang menancap. Bahkan di dalam badan Abah ada mahluk bertanduk 1 dengan mata yang merah."

"Ya Allah, bang. benar, kah itu semua? Sulaiha menangis.

"Benar, neng.  itu yang abang liat."

"Bagaimana sekarang, bang? caranya biar Abah bisa normal kembali walaupun tidak 100 % pulih."

"Nah itu air di botol bawa sini abang bacakan doa dulu. Besok saat jam besuk kasih kan ke Abah. Semoga bisa membantu sedikit. Apa yang tidak baik bisa keluar dari badan Abah," jelas Bang cendol menunjuk sebotol air milik Sulaiha.

Setelah 15 menit  selesai air dibacakan doa oleh bang cendol, ia berikan ke Sulaiha.

"ini neng airnya selesai. Besok kasih ke Abah minum kan saja langsung. Abang mau pulang dulu, neng. Insha Allah besok habis jualan cendol ke sini lagi tengok keadaan abah."

Lalu menoleh pada Ibu Sulaiha.
"Ibu saya pulang dulu. Jaga kesehatan juga, bu. Di rumah sakit."

"Iya, Mas cendol. Terima kasih sudah membantu ya besok ke sini lagi."

" Insha Allah. Saya pamit. assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumus salam."

Dendam Bang CendolWhere stories live. Discover now