2. Miracles Know You, a Big Influence on Change

Mulai dari awal
                                    

Soonyoung masih asik misahin dada ayam ke piring Wonwoo tanpa ada niatan menjawab tapi dahinya berkerut samar.

“Kok dadanya lo pisahin?”

Soonyoung menggendikan bahu cuek. “Gak suka dada gue”

Ehh..

Maksud Soonyoung jawab yang mana nih? Kok ambigu? Jawab yang pertama apa yang kedua?

Tapi Wonwoo mau ambil resiko aja biar sekalian. “Gue juga gak suka dada”

Ehh..

Duh, maksud Wonwoo apa sih? Batin Soonyoung bingung.

“Terus kenapa pesen dada ayam tadi?”

Wonwoo ngambil paha ayam terus di taruh ke piring Soonyoung. “Kalo dada ayam sih gue suka”

Duh, kan..

Maksud Soonyoung tadi mancing doang, eh umpannya beneran ditarik. Kan malah Soonyoung ke pancing. Gak tahu apa mukanya udah merah abis gara-gara Wonwoo bilang gitu.

"Katanya laper, buruan di makan."

Soonyoung cuma ngangguk sambil gigit paha ayam, matanya gak berani natap Wonwoo lama-lama, malu banget.

Maksudnya apa coba?

Soonyoung jadi baper kan.. Dari dulu Wonwoo emang sering godain dia, tapi cuma dianggapnya angin lalu, soalnya Wonwoo cuma iseng pengen lihat reaksi dia gimana, sekali Soonyoung tanya alasannya itu karena Wonwoo suka sama tingkahnya yang marah-marah tapi lama kelamaan Soonyoung ikut bawa perasaan soalnya Wonwoo sering kasih perhatian kecil jadi dia sering salah tingkah terus mukanya merah.

"Nyong, lo sakit?"

Soonyoung mendongak menatap Wonwoo dengan alis bertaut, kunyahannya terhenti saat tangan Wonwoo menyentuh dahi dan pipinya bergantian. "Gak panas kok, tapi kok muka lo merah?"

Soonyoung menampik tangan Wonwoo dengan cepat, sadar akan situasi. "Siapa yang sakit, tangan lo minyakan jangan pegang-pegang gue, jorok."

Wonwoo menatap tangan dan wajah Soonyoung bergantian dengan bingung. "Tangan gue bersih.." tapi kemudian dia tertawa, "lo baper ya.."

Soonyoung mendengus dan memutar tubuhnya menghadap tembok, memberi punggung pada Wonwoo. "Gue gak denger, gue lagi ngobrol sama tembok."

Wonwoo tertawa mendengarnya. "Oh ya, gue nanti mau pergi ketemu editor."

Soonyoung memutar tubuhnya. "Kok malem? Bukannya harusnya tadi pagi?"

Wonwoo menggendikan bahunya. "Tadi anaknya editor sakit, jadi dia ikut nganter, anaknya masih bayi."

Wonwoo menyuir daging ayam miliknya. "Nah, anaknya udah agak mendingan jadi dia bisa ketemunya sekarang, soalnya besok weekend istrinya pengen pulang ke rumah ibunya, sekalian minta bantuan buat ngerawat anaknya."

Wonwoo memasukan daging ke dalam mulutnya melihat Soonyoung cemberut. "Jangan malem-malem ya, gue gak berani.."

Wonwoo tersenyum tipis, dari awal mereka tinggal bersama, Wonwoo belum pernah pergi saat malam, kalau sekalinya Wonwoo harus pulang ke rumah, Soonyoung akan mengajak Jihoon menginap atau dia akan ikut pulang. "Gak kok, gak sampe kemaleman kayaknya, lo tidur aja duluan nanti.."

Soonyoung menggendikan bahunya. "Terserah deh, gue mau mandi.."

Setelah selesai makan, Wonwoo bertugas membersihkan piring dan Soonyoung yang pergi mandi hanya bernyanyi keras di balik bilik, suaranya terdengar cempreng dan membuat telinganya sakit tapi jika dia berkomentar Soonyoung hanya akan tambah berteriak daripada di bilang bernyanyi jadi Wonwoo hanya diam, belajar dari pengalaman.

SWEET ONE [SOONWOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang