Yunho pun sama, tapi dia tidak mungkin menunjukkannya di depan Seonghwa yang lebih kacau darinya. Bisa-bisa nanti akan menimbulkan perkelahian.

"Telpon polisi sekarang."

Yunho membeku. "Baterai hp gue habis, pake hp lo aja, deh," balasnya menyuruh.

"Sama, baterai hp gue juga habis, tadi malem gue habis push rank."

"Argh! Terus kita harus gimana? Tinggal kita berdua yang tersisa, tapi kita gak mungkin pergi dari sini sekarang!"

Tiba-tiba, Seonghwa ada ide. "Gimana kita keliling villa? Kita cek satu-persatu ruangan yang ada, siapa tau ada hal penting yang kita temuin," tawarnya.

"Ya udah, tapi berdua aja, jangan berpencar, takut ada yang hilang."

Seonghwa mengangguk saja.

Pertama, mereka mulai dari ruangan dekat pintu utama, yaitu kamar yang ditempati Hongjoong dan Jongho. Tidak ada apa pun disana.

Kedua, kamar yang ada di samping kamar mereka, yaitu kamar yang ditempati San dan Mingi. Tapi mereka tidak jadi masuk karena tak sanggup melihat mayat San yang belum ditutupi kain oleh mereka.

Ketiga, tujuan mereka adalah kamar mandi, tentu tidak ada apapun disana, jadi mereka melewatinya.

Keempat, mereka ke dapur. Mereka membuka laci, lemari, dan memeriksa kolong meja dan kursi, tapi mereka tidak menemukan apapun.

Kelima, mereka ke lantai atas, ke kamar yang ditempati Yeosang dan Wooyoung. Mereka sengaja melewati kamar mereka karena tahu tidak ada apapun disana.

Ternyata, di kamar Yeosang dan Wooyoung pun tidak ditemukan sesuatu yang penting.

"Jangan pesimis, kita belum cek halaman belakang," ucap Seonghwa lalu turun lebih dulu, disusul Yunho yang mengekori di belakang.

Ketika tiba disana, mereka dibuat bingung dengan ruangan terpisah yang terletak dekat pintu menuju hutan.

Mereka bingung, ruangan apa itu? Kenapa tempatnya harus terpisah dari ruangan villa lainnya? Maksudnya, tidak satu bangunan dengan villa.

"Lo pernah kesini sebelumnya, gak?" Tanya Yunho, dan Seonghwa membalasnya dengan gelengan.

"Biar gue yang cek ruangan itu, lo pergi lapor polisi."

Kedua mata Yunho membulat kaget. "Ehh gak bisa! Nanti kalau lo kenapa-napa gimana?!" Serunya menolak.

"Justru itu gue disini, kalau gue kenapa-napa, lo bisa sampe ke kantor polisi dengan selamat, Yunho."

"Gue gak mungkin tinggalin lo sendirian disini!"

"Yunho, pergi dan lapor semuanya sekarang, berdoa aja semoga gue baik-baik aja, oke?"

Yunho menghirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian mengangguk. Lalu ia berlari pergi tanpa melihat ke belakang.

Seonghwa tersenyum, lalu berbalik menatap ruangan itu dengan sorot yang tajam. Tanpa takut, dia melangkah kesana.

Pintu yang terlihat usang itu rupanya terkunci. Namun anehnya, Seonghwa mencium aroma busuk dan anyir darah dari dalam, walaupun tidak terlalu menyengat.

Haruskah ia buka pintunya?

Selama beberapa detik ia berpikir, pada akhirnya dia memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut.

BRAK!

Dobrakan pertama tidak berhasil.

BRAK!

Dobrakan kedua juga tidak berhasil.

BRAK!













































































Berhasil!

Pintu pun terbuka lebar. Seonghwa yang tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya refleks terjatuh ke lantai.

Tapi, tunggu sebentar, dia baru menyadari kalau dia terjatuh di atas genangan darah!

"Ugh, bau banget disini," gumamnya sambil berdiri.

Ruangan tersebut gelap, jadi dia memutuskan untuk mencari saklar lampu terlebih dahulu. Begitu ketemu, dia langsung menekannya dan lampu pun menyala.

Dan apa yang terjadi?

Seonghwa hampir kehilangan keseimbangannya ketika satu-ah tidak, tiga mayat temannya berada di depan matanya dalam kondisi yang tidak wajar.

Mayat Hongjoong, Yeosang, dan Mingi.

Tapi, dimana Wooyoung? Mengapa dia tidak melihat Wooyoung?

Prok prok prok

"Gak nyangka lo bisa kesini, Seonghwa."

Suara tepuk tangan disertai suara senang yang dibuat-buat itu membuat Seonghwa berbalik badan ke arah seorang pria dengan jahitan vertikal di keningnya.

"Kalian semua bodoh ya, masa gak pernah ke halaman belakang villa sama sekali, haha!"

Pria dengan cutter di genggamannya itu membuat Seonghwa tak mampu berkata-kata.

"Dimana Wooyoung?" Tanya Seonghwa memberanikan diri.

Pria itu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu, lalu menjentikkan jarinya.

"Oh, dia udah gue bunuh di gubuk, hehe. Keren, kan?"

"A-apa?!"

"Aduh, jangan kaget gitu dong. Tapi gak apa-apa deh, jadi asik pas bunuh lo, hehe."

Kekehan itu membuat Seonghwa muak, lalu mendecih membuang ludah.

"Gue gak nyangka lo bohong sama kita semua, Kak Seongwoo."

"Hah? Apa? Siapa? Seongwoo? Gue? Haha!"

Pria itu melangkah maju sambil memainkan cutternya. Lalu menyeringai lebar menatap Seonghwa yang mengambil posisi waspada.

"Oh ya, lo pasti mau tahu sebuah rahasia tentang gue. Haha, lo pasti kaget. Tapi, gue harus kasih tau ini ke lo supaya, eum, apa ya, supaya seru."

Pria itu menaikkan ujung bibirnya, kemudian menusukkan cutternya di pundak Seonghwa, membuat pemuda itu mengerang kesakitan.

"Gue bukan Seongwoo, gue adalah orang yang bakal lo ingat namanya sampai lo mati nanti."

Lagi-lagi, ujung bibir pria itu tertarik membentuk senyuman miring.

"Kim Taehyung, asing dengan nama itu, Park Seonghwa?"



















Ngahahaha! Adakah yang dugaannya benar disini? :)

Death Holiday | Ateez ✓Where stories live. Discover now