[Name] masih menangis di sana, menumpahkan segala protes dan umpatan yang selalu tertahan dalam hati. Memeluk suaminya, hingga tak terasa melukai punggung Tetsuroo akibat cengkramannya. Lelaki itu meringis, tapi tak sekalipun ia mendesiskan suaranya. Luka cakar hanya sebagian kecil, satu per seratus juta rasa sakit yang [Name] tanggung selama menikah dengannya.

Tetsuroo terus membelai surai [h/c] [Name]. Menepuk punggungnya selembut mungkin. Mendekapnya semakin dalam, menelusuri dada bidangnya. Sementara Tetsuroo hanya bisa menunduk, meratapi semua kebodohan.

🌹

Channel-channel televisi menampilkan dorama, berita, dan kartun-kartun yang umum di tayangkan di sore hari. Tetsuroo menghela panjang, tak kunjung menemukan sesuatu yang menarik baginya. Tangannya masih setia bergerak, mengelus lembut surai [H/c] dalam pangkuan.

"Tidak ada acara yang ingin kamu tonton?" tanya Tetsuroo pada [Name].

Wanita itu menggeleng pelan, menghadap televisi dalam posisi tidur dengan paha Tetsuroo sebagai bantal.

Inilah definisi 'menghabiskan waktu bersama'. Melalui kecanggungan, keheningan, dan kebisuan antar sesama. Seharian ini mereka hanya diam, tetap berdekatan namun tak bersuara. Seharian ini mereka makan bersama, tanpa sapaan yang percuma.

Tetsuroo memijat pelipis, jengah akan kecanggungan yang tengah melanda. "[Name], mau jalan-jalan sebentar sekalian cari makan malam?" tawar lelaki itu.

[Name] tak langsung menjawab. Tak lama kepalanya mengangguk dan segera bangkit dari posisinya. "Aku ingin es krim yang ada di taman kota, Tetsu!"

"Eh?"

"Kok malah 'eh!?' sih! Ayo!" Entah dari mana semangat itu muncul. [Name] menarik paksa tangan Tetsuroo hingga mereka sama-sama ke kamar untuk ganti baju serta bersiap-siap sebelum pergi.

Wanita itu memilah bajunya dengan wajah gembira. Memilih rok selutut warna coklat serta sweater warna krem berpadu tas jinjing warna hitam. Sementara Tetsuroo memilih memakai celana jeans warna hitam dan kaos oblong warna hitam dipadu coat coklat tua kesayangannya.

"Oh tidak... Kenapa suamiku sangat tampan di pakaian serba hitam!" [Name] berseru heboh, mengelilingi tubuh tinggi Tetsuroo dengan mata berbinar. "Suamiku akan mencuri banyak perhatian~" Tiba-tiba saja wanita itu pergi keluar kamar, menuruni tangga dengan senandung riang tanpa peduli ekspresi aneh yang Tetsuroo buat.

Lelaki itu hanya ersenyum. Melihat sisi baru wanitanya yang tak pernah ia ketahui sebelumnya. Bahwa [Name] wanita yang seaneh dan seceria itu.

Keduanya berjalan berdampingan. Di antara kebahagiaan yang menyelimuti taman kota, tawa canda anak-anak, bahkan derap lari para pejuang STAN--eh maksudnya pejuang kurus dan pejuang tubuh ideal. Tetsuroo menggamit tangan istrinya erat, mengikuti segala arah yang ditunjuk oleh [Name] dengan wajah cerah.

"Langit senjanya indah, ya, Tetsu! Aku selalu ingin jalan-jalan ke sini denganmu hehe..." kata [Name] sambil nyengir lebar. "Es krim di sini jadi langgananku saat pulang sekolah semasa SMA. Hampir setiap hari aku beli, jadi hampir satu bulan sekali aku demam, yang artinya hampir satu bulan sekali aku bolos."

Tetsuroo tertawa kecil, masih memerhatikan wajah istrinya yang begitu gembira.

"Padahal Keiji sudah memperingatkanku, tapi aku mengabaikannya. Hingga aku harus membuat Keiji kerepotan menjagaku. Waktu itu aku tinggal sendiri, sih, jadi aku hanya punya Keiji," lanjut [Name].

Mendengarnya membuat hati Tetsuroo mencelos. Rasa perih ia rasakan ketika nama mantan kekasih sang istri terucap dari mulutnya. Mantan satu-satunya yang membuat [Name] begitu bahagia semasa itu.

Shitty Black | Kuroo TetsurooWhere stories live. Discover now