3. When we met

Mulai dari awal
                                    

Sekarang di atas Bukit, semuanya sedang menatap horror ke arah Hermione. Susan, gadis itu menaruh kedua tangannya di sisi pinggang. Peter sedang memandangnya sembari bersidekap. Sedangkan Lucy sedang mengamit lengan Edmund. Draco? Ah, Hermione menyesal kenapa harus musang melambung yang terseret dengannya. Kenapa tidak Harry? Setidaknya bila itu Harry. Dia dengan senang hati akan membantu Hermione dalam kondisi apapun.

"Hermione, katakan. Bagaimana kau bisa mengetahui bahwa ini Narnia?" Susan tengah menatapnya. Sungguh, Hermione benci di tatap dengan intimidasi berlebihan.

"Um.. anu itu.. kami." Hermione melotot ke arah Draco untuk meminta bantuan. Tapi pemuda itu malah membuang pandangannya ke lain arah. Sial, batinnya.

Hermione bersumpah, ia akan mengutuk Draco menjadi musang pirang untuk selama-lamanya. Atau haruskah ia mengcrucio pemuda tampan itu? Atau sekalian avada kedavra? Demi Merlin, Hermione pasti akan sangat gembira untuk yang satu itu.

"Kami apa?" Tanya Peter yang mulai mengintimidasi. Ia menyipitkan matanya. Membuatnya hanya segaris. Tapi tidak melunturkan ketampanannya.

"Kami pernah mendengar tentang Narnia sebelumnya." Sahut Draco tiba-tiba.

Lucy mengerutkan kening. "Who? Narnia adalah tempat tersembunyi."

Draco menatap gadis itu datar lalu mendekatinya. Mengusap surai cokelat Lucy. "Dunia ini luas, Lu. Kau tidak akan tahu apa yang sedang menantimu. Bahkan masa lalu pun bisa menghantuimu kapan dan di mana saja."

Tubuh Lucy bergetar takut mendengar perkataan Draco. Ia bersembunyi dibalik tubuh Edmund. Sedangkan Edmund, hanya memandang tidak suka pada pria di depannya.

"Menjauhlah dari adikku, naga sombong!" Edmund tidak berkata keras, melainkan pelan dan mengambang. Tapi siapapun pasti tahu bahwa nada bicaranya barusan mengandung ancaman dan peringatan.

Draco takut?

Rasa takut tidak ada di dalam kamus kehidupan sang Malfoy muda tersebut. Terkecuali, hantu. Untuk yang satu itu Draco sangat membencinya. Bahkan untuk berperang pun Draco sanggup. Ia masih mempunyai tongkatnya. Kalian lupa? Draco merupakan murid terpintar setelah Hermione.

"Wohoo Ed, berusahalah untuk tidak memancing keributan. Jaga kesopananmu." Sergah Peter dengan memegang bahu Edmund. "Yasudah, dunia ini luas. Siapa pun itu pasti ia mengetahui Narnia lebih dulu dibanding kita. Ingat reaksi paman ketika kita keluar dari dalam lemari?"

Ketiga Pevensie itu saling bertatap dan mengangguk. Peter membersihkan tenggorokannya yang terasa kering lalu melanjutkan. "Berarti Narnia sudah tidak asing lagi dengannya bukan?"

Semuanya hening. Hanya semilir angin sebagai pengiring keheningan mereka. Ketiga Pevensie itu tengah berpikir keras. Peter benar, dunia ini luas. Kelewat luas malah. Mungkin saja ada seseorang yang mengetahui Narnia lebih dulu dibanding mereka. Mengingat pamannya hanya memberikan ekspresi biasa-biasa saja, itu sudah menguatkan pikiran mereka akan orang lain yang mengetahui Narnia.

Lucy berjalan pelan meninggalkan mereka. Ia melihat beberapa runtuhan yang dirasa tidak asing. Ia berpikir keras dengan reruntuhan yang ada di depannya. Lucy berbalik dan berkata. "Susan, bukan kah ini Cair Paravel? And that, look! Itu singgasana kita!" Lucy menunjuk kepada reruntuhan paling ujung.

Hermione yang melihat ke ujung segera mendekat dan disusul oleh yang lain. Ia penasaran oleh apa yang dikatakan Lucy. Benarkah ini Cair Paravel? Setahu dia, Cair Paravel adalah kastil yang sangat megah. Salahkan matanya yang tidak kuat menahan kantuk saat ingin membaca seri kedua dari buku Narnia. Mungkin ini ada hubungannya.

Draco mendekati Hermione dan berbisik sesuatu. "Kau berhutang kepadaku, Granger."

Hermione memutarkan bola matanya bosan. Lagipula Ia juga tidak ingin tersesat di dalam buku dengan Draco. Lagi-lagi matanya bersibobrok dengan manik cokelat Pevensie ketiga. Hermione akui, Edmund jauh lebih tampan dibanding Draco dan di filmnya. Tapi Ia tidak merasakan adanya getaran saat pertama kali bertemu. Mungkin tidak sekarang, bisa saja nanti. Batinnya.

I'm soooooo soooo sorry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


I'm soooooo soooo sorry. Jangan panggil aku 'thor' huhuhu 🥺

Started at MaRch, 2020
•jangan lupa vote dan comment
—woof u✨

[✔️ ] Magic Portal; DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang