7. rumah

67 15 4
                                    

"coba di bridge-nya lo isi suara tiga san,"

minggu siang ini renjun mlipir ke kos-an sanha, lagi melakukan finishing lagu baru mereka.

"untuk membuat hidupku lebih berarti,"

suara merdunya sanha melebur sama suara haechan di bagian bridge. emang nggak salah cowok ini jadi backing vokal. sanha punya pitch perfect jadi selalu pas kalau nembak nada buat suara tiga. waktu itu aja renjun pernah nyoba, tapi fals. untung bukan pas perform.

"ini lagunya nyeritain nakyung lagi ya?" tanya sanha setelah ngesave track mereka di laptop.

renjun ngangguk, "iyalah, masa nyeritain lucy."

"bajingan kau."

"kok gak kesini cewek lo?"

iya, udah sekitar semingguan sejak renjun menyaksikan langsung adegan resminya pasangan sanha dan lucy, tapi sejak itu dia belum pernah ngeliat mereka ngebucin.

"ngapain, kan lo mau kesini."

"iya juga ya."

setelah nyelesaiin lagu, mereka berdua cabut menuju warteg sejahtera buat makan siang (dirapel sama sarapan). wartegnya cuma tiga menit dari kos sanha kalo ngesot. alias di sebelah kosan persis.

"eeehhh siyeon."

renjun dan sanha kompak menyapa cewek cantik berambut hitam panjang yang kebetulan juga lagi beli makan disana. yang disapa cuma membalas dengan senyuman.

"kok berdua aja?" tanya siyeon, tapi renjun dan sanha menerjemahkannya sebagai 'kok gak sama jeno?'.

"iya cuma ngedit lagu kok," jawab sanha sambil jelalatan ngeliatin makanan hari itu, bingung mau makan yang mana.

"sanha, renjun, duluan ya," pamit siyeon yang ternyata makanannya dibungkus.

"oo iya yeon ati-ati."

beberapa saat kemudian renjun dan sanha udah fokus ke makanan mereka, nasi sayur sop buat renjun dan nasi rames buat sanha.

"cewe gua udah makan belum ya." gumam sanha, kayaknya ngeliat nasi rames bikin dia kepikiran lucy.

--

pemikiran renjun kemarin-kemarin nggak sepenuhnya salah, jeno emang lagi butuh uang sekarang.

iya, keluarganya emang kaya raya, papahnya anggota dpr daerah dan mamahnya seorang dokter spesialis penyakit dalam, tapi punya uang banyak gak semena-mena langsung membuat jeno bahagia.

cowok ganteng itu berantem sama papahnya beberapa minggu lalu, karena pria berumur hampir setengah abad itu menentang keras hubungan jeno dengan siyeon. padahal pacaran aja belum, tapi papahnya udah sok nyari-nyari tau soal cewek bernama lengkap siyeon pratiwi itu.

"papah tau apa sih soal siyeon?!" nada bicara jeno meninggi begitu papahnya menyinggung soal gadis kesayangannya itu.

"kamu nggak tau latar belakang keluarga dia? ibunya pelacur dan ayahnya sering mabuk-mabukan! dia datang dari keluarga yang gak bener radit!" balas papahnya nggak kalah ngegas.

jeno mengusap wajahnya kasar, udah capek selalu didebat sama papah. bukan sekali dua kali ini ia disuruh buat ngejauhin siyeon.

"terserah papah, radit pokoknya mau sama siyeon."

"yaudah, keluar kamu dari rumah ini! jangan harap papah mau ikut campur sama urusan kamu lagi!"

jeno nggak habis pikir kenapa papahnya bisa sebenci itu sama siyeon. dia bukannya nggak tau soal latar belakang keluarga siyeon yang bisa dibilang berantakan itu, tapi jeno yakin kalau siyeon adalah orang yang baik, terlepas dari lingkungannya yang nggak bener.

kejadian itu bikin kartu kredit jeno diblokir. sekarang dia nggak punya pegangan apapun selain uang hasil manggung bulan lalu, itupun semakin menipis. makanya jeno sekarang cari-cari kerja sambilan. ia juga terpaksa menggadaikan jam tangan mahalnya demi nyewa kos bulanan di deket kampus.

"maaf ya, aku nggak bawa apa-apa."

siyeon mengernyit bingung ketika ngeliat jeno malem-malem gini ada di depan kontrakannya.

"nggak apa-apa, tapi kok nggak ngabarin dulu kalau mau kesini?" tanya siyeon sambil membukakan pintu kamarnya buat jeno.

jeno nyengir, "biar surprise aja, hehe."

tanpa dipersilakan, jeno langsung goler di kasurnya siyeon. bikin yang punya kasur cuma geleng-geleng kepala.

"kamu teh ngapain kesini kalo cuma mau rebahan?" siyeon bertanya dengan logat sunda yang cukup kental.

jeno ngebuka matanya yang tadi udah mulai merem, "aku capek banget, tapi pengen ketemu kamu."

"emangnya kamu habis ngapain?"

"daripada nanya terus mendingan kamu pijetin aku, badanku pegel semua," kata jeno sambil bangun lalu duduk di pinggir kasur siyeon.

siyeon cuma senyum sambil geleng-geleng pelan, tapi tetep aja duduk di belakang jeno dan mulai megang-megang bahu cowok itu.

siyeon bukannya nggak tau kalau jeno habis kerja, kebetulan jeno ngambil part-time di kedai kopi milik temennya, tapi cewek itu belum berani tanya alasannya, takut dikira ikut campur.

meskipum begitu, dalam hati siyeon bersyukur. dari sekian banyak cewek yang suka sama jeno, si tampan itu memilihnya jadi rumah.

sebagai tempat untuk singgah kalau-kalau si tampan ngerasa lelah.

to be bersambunggg.

SELAMAT ULANG TAHUN URI FULL SUN ☀

060620,
hwayoungiee.

[ON HOLD] intuisi // millenialsWhere stories live. Discover now