Part 16

106K 13.2K 6K
                                    

YANG Taeyong lakukan ketika mobil Jaehyun berhenti di perkarangan rumah lelaki tampan itu adalah duduk diam di dalam mobil, tidak berniat untuk beranjak satu sentimeter pun. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang, jauh lebih kencang dari sebelumnya. Taeyong benar-benar belum siap, tapi Jaehyun memaksanya tanpa henti.

Ketukan di jendela membuat Taeyong menoleh, ia menatap Jeno yang sedang tersenyum lebar ke arahnya, hal tersebut membuat Taeyong mengulum kedua bibir. Jeno berada di gendongan Jaehyun, Ayah dan Anak itu sedang menunggunya untuk keluar dari dalam mobil. Sial, mana mungkin Taeyong menang? Satu lawan dua, ini adalah kekalahan mutlak!

Menghirup napas dalam, Taeyong akhirnya keluar dari dalam mobil, berhasil membuat Jeno bersorak girang, sementara Taeyong hanya bisa memasang senyum paksa. Sungguh, bisakah Taeyong pulang dan menikmati makan malam tenang bersama Mark?

"Mommy," Jeno mengulurkan tangan; menyentuh pipi Taeyong dengan lembut. "Ada Jeno dan Daddy disini, Daddy bilang, Mommy tidak perlu takut karena kami berdua akan melindungi Mommy."

Taeyong tersenyum kecil dan merentangkan tangan; mengambil alih untuk menggendong Jeno, bocah enam tahun itu membuat perasaan Taeyong merasa jauh lebih baik.

Jaehyun mengenggam tangan Taeyong, mengajak si lelaki cantik untuk berjalan masuk ke dalam rumah. "Kau gugup?"

"Menurutmu?!" seru Taeyong galak, ia menghembuskan napas lalu mengalihkan pandangan ke arah lain, "ini ide gilamu, jika kedua orang tuamu tidak menyukaiku, aku lebih memilih untuk melompat dari lantai dua rumahmu!"

Mendengar itu Jaehyun tertawa kecil. "Kau hanya akan patah tulang, itu menyakitkan."

"Kalau begitu dari balkon apartemenku! Jaraknya lumayan tinggi, aku mungkin bisa langsung mati!" Taeyong bersungut-sungut, masih terlalu kesal dengan oknum bernama Jung Jaehyun yang selalu memerintahnya semena-mena.

Jeno memeluk erat leher Taeyong. "Mommy jangan mengatakan hal seperti itu, Jeno menyayangi Mommy dan tidak ingin melihat Mommy mati. Nana bilang, neraka itu mengerikan."

"N-neraka?"

"Uhm! Mommy tidak mungkin masuk surga karena Mommyㅡ"

"Oke tutup mulutmu anak pintar." ujar Taeyong dengan senyum paksanya, ternyata Ayah dan Anak memang tidak jauh berbeda. Jangan sampai Taeyong juga kesal terhadap Jeno.

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang tengah. Taeyong bisa melihat sepasang suami istri yang sedang menikmati kudapan seraya menonton televisi; menayangkan berita terkini. Kegugupan itu kembali, Taeyong mendekap Jeno semakin erat dan mengulum kedua bibir, berharap bahwa rasa gugupnya akan menghilang.

"Grandma! Grandpa!" seru Jeno senang, ia melambaikan tangan kepada kedua pasangan paruh baya yang kini menoleh. Hal tersebut membuat Taeyong segera membungkukkan tubuh untuk menyapa.

Sekarang Taeyong tahu darimana Jaehyun mendapatkan wajah sempurna bak malaikat. Ternyata kedua orang tua Jaehyun memiliki visual di atas rata-rata, Taeyong mencengkram kuat tangan Jaehyun yang sedang mengenggam tangannya. Kedua orang tua Jaehyun tersenyum kecil, tapi Taeyong bisa melihat sorot kebingungan dari mata pasangan itu.

Jaehyun kembali menarik Taeyong untuk duduk di sofa yang terletak di hadapan Ibu dan Ayah Jaehyun. Jeno turun dari gendongan Taeyong lalu berlari mendekati Nenek dan Kakeknya; memeluk kedua pasangan paruh baya itu dengan sangat erat.

"Jeno merindukan Grandma dan Grandpa!" serunya senang.

Ibu Jaehyun tertawa pelan, ia mencubit gemas pipi Jeno. "Grandma juga sangat merindukan Jeno," ia mengalihkan pandangan ke arah Jaehyun. "Bagaimana pekerjaan?"

CEO Jung《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang